Peristiwa Daerah

Soal Sterilisasi Bangunan Jalur KA Malang Kotalama-Jagalan, Ketua RT: Banyak Janda Menangis

Jumat, 24 Juni 2022 - 16:58 | 45.49k
Suasana Kereta Api pengangkut minyak (BBM) saat melintas di kawasan permukiman warga Jl Moh Yamin Gang VII, Jumat (24/6/2022). (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Suasana Kereta Api pengangkut minyak (BBM) saat melintas di kawasan permukiman warga Jl Moh Yamin Gang VII, Jumat (24/6/2022). (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Rencana sterilisasi bangunan di sepanjang jalur Kereta Api (KA) Malang Kotalama-Jagalan membuat sedih ratusan warga Kota Malang yang tinggal di kawasan tersebut.

Meski rencana tersebut masih belum ada lampu hijau kapan terlaksana, sejumlah warga yang menerima kabar tersebut kini merasa pasrah hingga menangis dihadapan tokoh masyarakat seperti Ketua RW maupun Ketua RT.

Benar juga, hal ini dilakukan karena memang dalam rapat internal yang digelar PT KAI Daops 8 Surabaya bersama Forkopimda Kota Malang dan sejumlah tokoh masyarakat sekitar, telah diputuskan bahwa sterilisasi sisi kanan dan kiri jalur KA Malang Kotalama-Jagalan sekitar 6 meter di masing-masing sisinya.

Kereta-Api-pengangkut-minyak-2.jpg

Kekecewaan warga sekitar dirasakan oleh Ketua RT 09 RW 07 Jl Prof Moh Yamin Gang VII, yakni Muhammad Suli (52) yang diceritakan kepada TIMES Indonesia saat ditemui di kediamannya.

Diketahui, usai mengikuti rapat internal bersama PT KAI, sepulang dari situ, Suli pun sempat memberi tahu sejumlah warganya bahwa ada rencana sterilisasi bangunan tersebut.

Sontak, diakui Suli, sebanyak 180 KK dari 110 bangunan yang ada di RT 09 RW 07 itu pun langsung merasa pasrah hingga banyak yang menangis dihadapannya.

Terlebih, diakui Suli bahwa warganya yang sempat menangis usai mendengar kabar tak mengenakan itu, kebanyakan janda.

"Ada banyak (warga pasrah), ada yang nangis. Yang nangis kebanyakan janda itu. Cuma saya selaku Ketua RT maunya ya minta jalan terbaik saja," ujar Suli, Jumat (24/6/2022).

Meski begitu, Suli beserta seluruh warganya memang mengakui bahwa kesalahan berada di mereka. Sebab, sesuai undang-undang posisi bangunan mereka memang tidak diperbolehkan. Benar saja, jika dihitung jaraknya antara rel dengan bangunan warga hanya sekitar 2 meter saja.

Meski begitu, ratusan warga tentu meminta jalan keluar yang terbaik bagi mereka. Mereka hingga kini masih diselimuti pikiran 'jika dilakukan pembongkaran, saya mau tinggal di mana?'.

"Seumpama terjadi gini-gini (pembongkaran) gimana, saya tinggal di mana. Di sini kan ada 108 KK, bangunan sekitar 110 ditambah masjid madrasah dan posyandu, jadi kalau rumah aja 107. Ini semua warga sini bukan orang lain," bebernya.

Namun, dikatakan Suli, sempat ada wacana dari pihak PT KAI bakal memberikan ganti rugi per meternya untuk bangunan semi permanen sebesar Rp200 ribu dan untuk bangunan permanen sebesar Rp250 ribu.

"Untuk penggantian yang saya dengar segitu waktu rapat. Tapi seumpama habis 6 meter mau tinggal di mana, meskipun ada ganti rugi ya gimana gitu loh," ungkapnya.

Dengan adanya wacana sterilisasi ini, warga sekitar, kata Suli hanya menginginkan adanya rasa kemanusiaan agar proses sterilisasi tak menyebabkan permasalahan baru muncul kembali.

Terlebih, Suli mengaku bahwa dirinya sudah tinggal sejak tahun 70an silam dimana saat itu ia masih kecil dan lahir di kawasan tersebut. Berarti, jauh sebelum itu kawasan tersebut sudah ada.

"Kita menunggu tim terpadu yang mau dibentuk untuk menyelesaikan ini. Kita sebagai warga hanya bisa mengusulkan ini itu. Jadi kita bicarakan di tim, karena itu sosialisasi ke warga langsung," katanya terkait rencana sterilisasi bangunan di sepanjang jalur KA, Malang Kotalama-Jagalan.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES