Peristiwa Daerah

40 Tahun Naik Kereta Api, Mbah Tani PP Jombang-Surabaya Demi Jualan Pisang

Jumat, 24 Juni 2022 - 12:32 | 38.87k
Senyum Mbah Tani, pedagang pisang di Pasar Gubeng Masjid Surabaya, Jumat (24/6/2022).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Senyum Mbah Tani, pedagang pisang di Pasar Gubeng Masjid Surabaya, Jumat (24/6/2022).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Namanya Mbah Tani. Ia kelahiran 1945. Saat masa perang merebut kemerdekaan kala itu. Usianya kini 77 tahun. Wajahnya memang nampak berkerut. Tapi lihatlah, senyumnya terus mengembang.

Mbah Tani berjualan di Pasar Gubeng Masjid Surabaya. Lokasinya dekat stasiun. Ia menjual berbagai hasil kebun. Seperti pisang, pepaya, polo pendem. Juga lontong lodeh dan telur ayam kampung. Beberapa dagangan hasil kulakan. Sementara masakan ia racik sendiri.

Keceriaan seolah enggan putus. Tuntutan hidup ia tanggalkan. Asal cukup bisa makan hari ini dan melakukan keseharian naik kereta api pulang pergi setiap hari. Bayangkan. Tiap hari dari Jombang ke Surabaya. Begitu pula sebaliknya.

Dia bangun saat dini hari sebelum ayam berkokok. Pukul tiga pagi bergegas bersiap diri menuju stasiun Cukir Jombang. Biasanya ia diantar becak. Bayar Rp20.000 dari rumahnya. Kemudian membeli tiket kereta api seharga Rp 5.000 dengan tujuan Stasiun Gubeng. Dari Gubeng ia masih harus membayar jasa becak Rp15.000. Total biaya transportasi mencapai Rp90.000 sehari.

"Kadang lak mboten angsal yotro mlampah (kalau tidak dapat uang ya jalan, red)," ucapnya.

Ia akan berjalan sambil menggendong dagangan dengan tubuh rentanya yang tak lagi tegak. Tapi ia tak pernah mengeluh. Empat puluh tahun sudah ia bersahabat dengan kondisi itu.

Mbah-Tani-2.jpg

"Ingin cari uang bisanya di sini. Kalau jualan di desa mboten payu (tidak laku, red). Kalau diutang orang kulo tagih muring-muring (kadang diutang orang tapi ditagih saya malah dimarahi, red)," ujar Mbah Tani, Jumat (24/6/2022).

Ia ingin selalu berjualan dengan jujur. Tidak menjual mahal dagangannya. Bahkan untuk menaikkan nilai jual, misalnya. Mbah Tani akan mengolah telur bebek menjadi telur asin.

Setiap jualan tak selalu dapat untung. Ia memang tak bisa menjual mahal. Kerap merugi jika harga kulak tinggi.

"Kathah (banyak, red) rugine," kisahnya.

Mbah Tani tidak memiliki keinginan muluk-muluk. Hidup ini ia jalani apa adanya. Mbah Tani juga berbagi resep sehat. Agar bisa kuat dan berumur panjang. Makan nasi beras, nasi jagung, sayur kangkung, sayur lembayung, buah pepaya mentah, dan bawang merah mentah. Ia juga tidak pernah menggunakan penyedap buatan.

"Prei total (penyedap) sehat nak," ujar Mbah Tani.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES