Politik

Sabar Bangsaku, Politisi Masih Sibuk Cari Capres

Kamis, 23 Juni 2022 - 19:03 | 76.89k
Founder Al Hasanah Foundations, Najib Salim Attamimi.
Founder Al Hasanah Foundations, Najib Salim Attamimi.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Gong pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden sudah mulai ditabuh. Penyelenggara Pemilu sudah mulai bekerja. Partai politik dan politisi terus sibuk mencari sosok calon Presiden dan Wakil Presiden RI untuk Pemilu 2024 mendatang. "Sabar bangsaku, politisi masih sibuk cari capres."

Begitu kata Founder Al Hasanah Foundations, Najib Salim Attamimi, saat diskusi singkat dengan TIMES Indonesia, di sebuah hotel Jakarta, Rabu (22/6/2022) dini hari.

Memang tidak semua parpol sibuk menjaring siapa sosok calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan diusung pada Pemilu 2024 mendatang. Pun juga tidak semua politisi demikian. Namun, hanya ada beberapa parpol pragmatis dan politisi yang masih punya jiwa dan pikiran bijaksana memikirkan nasib bangsa Indonesia kedepan. 

"Tapi, saya melihat sangat miris sekali. Banyak parpol dan politisi sibuk sendiri menjaring calon presiden. Seharusnya tidak demikian. Yang harus dikedepankan adalah apa rencana program strategis yang akan dijalankan oleh Presiden dan Wakil Presiden yang akan datang," jelas Najib. 

Begitu juga, parpol harusnya juga memikirkan dan menyiapkan dengan matang, apa dan bagaimana yang harus dilakukan oleh para calon legislatif (dewan) dari masing-masing parpol tersebut. "Jika itu sudah dirumuskan, bisa disosialisasikan dengan maksimal pada rakyat yang akan memilihnya," katanya.

Presiden, Wakil Presiden dan DPR, tegas Najib, secara dasar ilmiah adalah mewakili rakyat. Pelayan rakyat, pembawa kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia. Tidak membawa kepentingan pribadi dan partainya.

"Komitmen Presiden, Wakil Presiden dan DPR itu, bersama rakyat. Itu yang utama. Jika hal itu selesai, baru bisa melakukan komitmen bersama parpol, sebagai lembaga politik yang mewadahi aspirasi rakyat, sesuai dengan dengan Undang-Undang," terang Najib.

Logika salah kaprah, memang terjadi pada pemahaman demokrasi di Indonesia. Tak sedikit politisi yang salah kaprah memahami demokrasi Indonesia. Mereka seakan menjadi tuannya rakyat. Bukan pelayan rakyat. 

"Akhirnya, mereka tak jarang akan menindas dan membohongi rakyatnya. Bukan malah melayani dan menyejahterakan rakyatnya," tegas Najib.

Najib juga mengagumi kinerja dan kebijaksanaan Presiden Jokowi. Ia mengatakan, sosok Jokowi, di mata publik tidak terlalu sibuk ikut-ikutan memikirkan siapa calon Presiden mendatang.

"Presiden Jokowi harus tetap fokus untuk memajukan bangsa ini walah sudah diakhir jabatan. Jangan ikut-ikutan politisi yang sedang sibuk mengikuti pragmatismenya," harapnya.

Presiden Jokowi harus terus bertahan pada posisi sosok presiden teladan bagi rakyatnya. Bahkan teladan bagi rakyat dunia. "Karena yang akan dikenang abadi itu adalah jasa dan perjuangan baik untuk bangsa dan negara ini. Bukan lainnya," kata Najib.

Terakhir, Najib berpesan pada petinggi parpol dan politisi, untuk kembali fokus pada kepedulian yang tinggi terhadap nasib rakyat dan perbaikan bangsa dan negara. Tak boleh hanya memikirkan kepentingan sendiri dan kelompoknya. Rakyat sudah cerdas.

"Rancang dan siapkan dengan matang apa program yang akan dilakukan Presiden terpilih yang akan datang. Komitmen itu bangun bersama rakyat. Jangan sibuk sendiri. Rakyat banyak tertawa melihatnya," kata Najib sembari tersenyum. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES