Peristiwa Daerah

Manfaatkan Limbah Udang di Pacitan, Tim Riset ITS Surabaya Sukses Ciptakan Kitosan

Kamis, 23 Juni 2022 - 17:22 | 88.21k
Tim Riset Kewirausahaan ITS yang terdiri dari dosen dan mahasiswa saat memproduksi Kitosan dari limbah udang di Pacitan, Kamis (23/6/2022). (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Tim Riset Kewirausahaan ITS yang terdiri dari dosen dan mahasiswa saat memproduksi Kitosan dari limbah udang di Pacitan, Kamis (23/6/2022). (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PACITAN – Dengan memanfaatkan limbah udang yang terdapat di Pantai Selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Tim Riset Kewirausahaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS Surabaya) sukses menciptakan Kitosan. 

Alasan riset keilmuan ini dilakukan di Pacitan, karena secara geografis terdapat sumber daya yang memadai, yakni 150 lebih tambak udang dengan hasil limbah kulit yang cukup signifikan daripada daerah lainnya. 

Ketua Tim Riset ITS Surabaya, Dr. Lukman Atmaja mengatakan, banyak tambak di wilayah pesisir selatan Pacitan menggunakan sistem intensif sehingga menghasilkan udang yang cukup banyak di samping kebutuhan ekspor dan olahan makanan. Dalam pertumbuhanya akan terjadi molting yaitu pergantian kulit dengan sendirinya selama 15-18 hari dalam 1 kali pergantian. 

"Dari limbah proses pendewasaan dan pengolahan ini, secara kimia dapat dikonversi menjadi kitosan, yakni suatu bahan yang bisa dipakai untuk berbagai keperluan," katanya, Kamis (23/6/2022).

Tim-Riset-Kewirausahaan-ITS-a.jpg

Menurut Lukman, Pacitan memiliki potensi tambak udang yang sukses dan berkelanjutan juga didukung dengan sumber daya manusia sebagai wiraswastawan yang cukup tangguh. "Terbukti ada 100 usaha kecil menengah yang mengelola limbah perikanan, meskipun belum bergerak untuk memproduksi Kitosan," tambahnya. 

Selain itu, riset keilmuan dalam bidang kewirausahaan tersebut, lanjut dia, tujuannya untuk membantu warga pesisir Pacitan  agar memperoleh tambahan pendapatan dengan cara mengelola limbah perikanan yang memiliki potensi value-added.

"Program dan kegiatan ini sifatnya mengarahkan warga agar mau memproduksi Kitosan. Kami juga menyediakan peralatan awal hingga membantu pemasaran hasilnya nanti," jelas Ketua Tim Riset Kewirausahaan ITS Surabaya Dr. Lukman Atmaja. 

Sementara itu, mahasiswa ITS Surabaya, Eka Annisa memaparkan secara detail bagaimana proses pembuatan Kitosan yang terbilang cukup mudah dilakukan oleh masyarakat, yakni ada 3 tahapan mulai deproteinasi, demineralisasi hingga deasetilasi.

"Proses awal menghilangkan protein dari kulit udang yang sudah dihaluskan dan dicampur dengan larutan NaOH 3.5 persen lalu dipanaskan dalam suhu 65 derajat selama 2 jam. Selanjutnya dinetralisir dengan air pH netral, setelah pH mencapai 7, endapan dioven pada suhu 105 derajat selama 6 jam untuk memperoleh serbuk halus warna coklat," bebernya. 

Tidak sampai di situ, masih ada uji ninhidrin untuk mengetahui masih terdapat kandungan protein atau tidak. Jika mengandung protein akan berwarna ungu. 

"Proses kedua adalah demineralisasi yang bertujuan untuk menghilangkan mineral, dimana hasil dari deproteinasi dipanaskan dalam larutan HCl 1 M selama 30 menit pada suhu 65 derajat. Baru dinetralisir kembali dengan air pH netral setelah itu dikeringkan pakai oven 105 derajat selama 6 jam agar jadi serbuk kitin coklat muda," ucap Eka melanjutkan. 

Sedangkan tahap akhir dari pembuatan Kitosan adalah deasetilasi untuk menghilangkan asetil. Yang mana kitin dari proses kedua dipanaskan dalam larutan NaOH 50 persen selama 4 jam pada suhu 120 derajat sambil diaduk. 

"Setelah itu dinetralisir menggunakan air hingga pH netral, kemudian endapan dikeringkan dalam oven selama 6 jam pada suhu 105 derajat untuk memperoleh serbuk kitosan murni berwarna putih," jelasnya lagi.

Tim-Riset-Kewirausahaan-ITS-b.jpg

Dari tiga proses pengolahan Kitosan terjadi penyusutan massa. Semisal bahan baku awal sebesar 610 gram menjadi 103 gram dan menyusut sampai 83 persen. 

Standar kitosan dianggap bagus ketika minimal derajat deasetilasi (DD) mencapai 70 persen. Sedangkan dalam riset ini mencapai 86 persen. Alhasil, produk Kitosan Tim Riset ITS Surabaya selama 5 bulan tersebut sudah memenuhi standar dan layak jual. 

Secara ekonomi, produksi Kitosan dengan memanfaatkan limbah udang ini bisa meningkat. Terlebih nilai jualnya cukup tinggi, yakni Rp250 ribu per 100 gramnya. 

Untuk diketahui, Kitosan merupakan suatu polisakarida yang terbentuk dari monomer N-asetil glukosamin dan D-glukosamin. Kitosan sendiri suatu bahan yang terpakai secara luas dalam kosmetik, farmasi atau obat-obatan, pertanian hingga industri makanan. 

Tim Riset ITS Surabaya terdiri dari Prof Mardi Santoso, Prof Djoko Hartanto yang diketuai oleh Dr Lukman Atmaja, Ph.D. juga dibantu oleh 11 mahasiswa Prodi Kimia Semester IV dan diketuai oleh Eka Annisa.

Demikian pemanfaatan limbah udang di Pacitan oleh Tim Riset ITS Surabaya dan sukses menciptakan Kitosan yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES