Kopi TIMES

Memaknai Burung Enggang dalam Motif Batik Suku Dayak Kalimantan Tengah

Kamis, 23 Juni 2022 - 12:18 | 144.21k
Aquarini, Mahasiswa Program Studi Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Aquarini, Mahasiswa Program Studi Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Mitos yang diyakini oleh masyarakat biasanya diabadikan melalui lukisan oleh sekelompok orang atau suku menjadi sebuah produk budaya. Suatu suku akan menggambarkan suatu tokoh atau binatang yang dianggap keramat sebagai lukisan yang memiliki jalan cerita di dinding rumah atau menjadikan salah satu tokoh tersebut sebagai tato di tubuhnya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan bertambahnya pengetahuan manusia, karakter dalam cerita rakyat dibuat berupa motif batik khas suku Dayak.

Salah satunya adalah motif batik burung enggang yang sarat akan makna karena motif batik burung enggang merupakan produk budaya yang bersifat material budaya. Sebagai produk budaya, batik dapat dilihat melalui dimensi simbolik, yaitu makna sosial. Dengan demikian, batik dengan motif burung enggang merupakan bagian dari fashion yang merupakan fenomena sosial dalam kehidupan masyarakat Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng). 

Berbekal pengetahuan akan produk budaya berupa batik motif burung enggang yang ada dimasyarakat Dayak Kalteng, penulis melangkah maju untuk mengungkap seperti apa pemaknaan akan batik motif burung enggang dalam sebuah penelitian disertasi. Mengusung judul ‘Makna Sosial Burung Enggang Dalam Batik Suku Dayak Kalimantan Tengah’, penelitian ini rencananya akan diujikan dalam Sidang Ujian Promosi Doktor pada Sabtu, 25 Juni 2022.

Penulis melihat bahwa dalam waktu beberapa tahun terakhir batik banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik generasi tua maupun generasi muda. Banyak pelajar dan remaja yang memakai batik dalam aktivitas sehari-hari. Orang pakai batik ke kantor, mahasiswa seragam, acara non formal, santai dan pada saat ritual keagamaan. Peran pemerintah untuk mendorong penggunaan batik merupakan kontribusi yang signifikan bagi kebangkitan industri batik.

Pemerintah merekomendasikan mengenakan pakaian dengan motif batik pada hari-hari tertentu di berbagai instansi pemerintah untuk menciptakan budaya melestarikan batik. Selain pegawai negeri, pramusaji juga dianjurkan untuk menggunakan batik, bahkan banyak perusahaan swasta yang juga mewajibkan atau paling tidak menganjurkan pegawainya untuk memakai baju dengan motif batik dalam 1 hari di hari biasa. Hal ini tidak hanya membantu produksi dan permintaan batik corak meningkat, tetapi juga menambah kecintaan generasi ke generasi untuk memiliki kesadaran identitas kearifan lokal dan nasional.

Batik memiliki ciri khas yang melekat pada motif sesuai dengan daerah penghasil batik, motif yang dituangkan pada kain batik memiliki makna dan filosofi suatu daerah. 

Suku Dayak di Kalimantan Tengah memiliki batik dengan nama Benang Bintik, dan motif yang dituangkan pada batik tersebut memiliki makna filosofi tersendiri menurut budaya suku Dayak. Salah satu motif batik yang digunakan di Kalimantan Tengah adalah motif burung enggang atau sering disebut burung tingang.

Burung enggang adalah hewan suci dan dianggap sebagai dewa. Sistem kepercayaan suku Dayak Kalimantan Tengah yang menganut sistem kepercayaan nenek moyang yang memiliki aturan adat sebagai pedoman yang mengatur bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhan, individu dengan individu lain, individu dengan roh leluhur, dan individu dengan alam. Jubata memiliki dua ciri, pertama Jubata hidup di alam nirwana dan kedua Jubata mendiami alam dunia.

Orang Dayak percaya bahwa kedua sifat ini mewakili gambaran baik dan buruk. Menggambarkan bahwa Jubata adalah salah satu menurut kepercayaan orang Dayak yang memiliki sifat Maha Agung adalah diungkapkan oleh burung enggang yang menghadirkan Ketuhanan dunia “atas”. Burung enggang merupakan burung endemik yang terdapat di Kalimantan Tengah. Namun, ciri-ciri burung enggang besar digambarkan sebagai kuat, setia, berani, dan rendah hati.

Burung enggang adalah burung yang menurut kepercayaan Dayak adalah burung yang disakralkan. Karena burung enggang adalah burung yang diturunkan Jubata dari nirwana. Simbol burung enggang tidak hanya digunakan pada batik, hampir semua ornamen suku Dayak Kalimantan Tengah menggunakan burung enggang sebagai simbol pelindung. 

Penulis melihat bahwa masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mempercayai keberadaan burung enggang mitos sebagai penjelmaan pangkal burung (panglima Burung), dan mempercayai hal-hal mistis tentang burung enggang. Mitos merupakan bagian dari kepercayaan terhadap cerita legenda keramat, dalam legenda tersebut terdapat bentuk batara keramat dan memiliki kharisma bagi masyarakat suatu daerah.

Sosok dewa harus dihormati dan menjadi teladan agar masyarakat terlindungi dan terhindar dari musibah. Menurut kepercayaan masyarakat Dayak, jika ada burung Enggang maka akan berteriak kencang bahwa di kota atau desa akan ada berkah yang muncul, misalnya ketika menanam padi yang baik dan produktif, maka indikasi bahwa ketika memilih pemimpin desa, misalnya   seorang pemimpin ini akan membawa berkah bagi masyarakat sekitar.

Mitos yang merupakan tradisi yang turun temurun, menjadi kepercayaan yang mengakar kuat pada masyarakat Dayak Kalimantan Tengah, dan menjadi kearifan lokal masyarakat Dayak. Orang Dayak percaya bahwa dongeng yang dipercaya secara turun temurun sebagai cerita tradisional merupakan adat yang sakral, karena memiliki petuah sebagai pedoman hidup. Manusia yang tidak mempercayai keberadaan burung enggang sebagai panglima burung, makanya berburu dan membunuh burung enggang. Maka manusia akan mendapatkan musibah atau malapetaka bagi si pemburu.

Mitos yang diyakini biasanya diabadikan melalui lukisan karya sekelompok orang atau suku menjadi  sebuah produk budaya. Suatu suku akan menggambarkan suatu tokoh atau binatang yang dianggap keramat sebagai lukisan yang memiliki jalan cerita di dinding rumah atau menjadikan salah satu tokoh tersebut sebagai tato di tubuhnya. Seiring dengan perkembangan zaman dan bertambahnya pengetahuan manusia. Karakter dalam cerita rakyat dibuat berupa motif batik khas suku Dayak.

Motif batik burung enggang sarat akan makna, karena motif ini merupakan produk budaya yang bersifat material budaya. Sebagai produk budaya, batik dapat dilihat melalui dimensi simbolik, yaitu makna sosial. Dengan demikian, batik dengan motif burung enggang merupakan bagian dari fashion yang merupakan fenomena sosial dalam kehidupan masyarakat Dayak Kalimantan Tengah.

Fashion adalah fenomena, mekanisme, atau proses sosial sentral yang dapat diterapkan pada domain apa pun. “Fashion… adalah cara di mana setiap peradaban berorientasi. konteks perilaku sosial. Unsur utama dari tindakan sosial adalah makna subjektif yang terkait dengan tindakan aktor lain. Makna yang disampaikan dalam motif burung enggang adalah filosofi suku Dayak sebagai pemersatu. Dengan demikian kesadaran masyarakat terus meningkat untuk menggunakan dan memiliki kebanggaan saat menggunakan batik motif burung. 

Melalui hasil penelitiannya, penulis mencoba menjelaskan masyarakat yang menggunakan batik dengan motif burung engga melambangkan kekuatan karena merupakan perwujudan dari panglima burung, sekaligus sebagai pengingat proses kehidupan manusia. Selain itu burung enggang merupakan burung langka dan dianggap keramat oleh suku Dayak di Kalimantan Tengah. Burung enggang digunakan sebagai pengobatan atau simbol ritual dan masih banyak lagi manfaat burung enggang. Burung enggang merupakan burung langka dan burung yang dianggap keramat oleh suku Dayak di Kalimantan Tengah.

Makna motif burung enggang sebagai motif batik adalah sebagai simbol tradisional yang diagungkan berdasarkan makna yang dimaknai oleh manusia dan kelompoknya. Beberapa makna yang berhasil diungkapkan dalam motif batik burung enggang antara lain memiliki nilai kesetiaan, berkah, kepemimpinan, kharismatik dan keindahan.

Nilai-nilai tersebut mempengaruhi sikap dan perilaku manusia, seperti kesetiaan, bahwa orang Dayak harus menjaga hubungan dengan pasangannya dan setia kepada pasangannya sehingga hanya kematian yang dapat memisahkan mereka. Berikutnya orang Dayak mencintai keluarga dan sesama, termasuk menghargai alam semesta. Menjaga keluarga dan membesarkan anak-anak secara bertanggung jawab. Mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang dapat membentuk karakter individu yang berbudi luhur.

Selanjutnya motif ini juga dimaknai sebagai sebuah berkah. Seperti individu burung enggang membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. Dimanapun mereka berada, mereka menjadi individu yang dapat memberikan berkah bagi keluarga dan masyarakat pada umumnya.

Makna kepemimpinan, dimana ketika seseorang menggunakan batik burung enggang diharapkan dapat menjadi panutan sebagai individu yang mampu melindungi keluarganya dan orang lain di sekitarnya. Memiliki sikap pantang menyerah terhadap masalah yang dihadapi, dan terus memperjuangkan kebenaran. Individu juga harus cerdik dalam arti positif. Kecerdasannya mampu menjadikannya sebagai inspirasi bahkan sebagai inspirasi terbesar bagi orang lain serta makna karismatik.

Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah yang memahami nilai-nilai motif batik memberikan rasa bangga saat mengenakan pakaian batik dan berlomba-lomba memakainya. Batik Burung enggang bukan hanya sekedar hiasan tetapi merupakan warisan leluhur yang mengandung nilai-nilai atau falsafah hidup yang harus dijadikan pedoman berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai bentuk kecintaan terhadap budaya leluhur suku Dayak Kalimantan Tengah, juga sebagai bentuk pelestarian budaya yaitu batik burung enggang.

***

*) Oleh: Aquarini, Mahasiswa Program Studi Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES