Peristiwa Internasional

Korea Utara Dilanda Wabah Epidemi Usus Saat Berjuang Melawan Covid-19

Jumat, 17 Juni 2022 - 09:35 | 29.16k
Selain melawan wabah epidemi usus yang tidak dikenal, Korea Utara juga sedang berjuang melawan wabah Covid-19. (FOTO: BBC/Getty Image)
Selain melawan wabah epidemi usus yang tidak dikenal, Korea Utara juga sedang berjuang melawan wabah Covid-19. (FOTO: BBC/Getty Image)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ditengah "perang" melawan Covid-19, kini Korea Utara dilaporkan semakin tegang karena ketambahan wabah epidemi usus yang tidak dikenal.

"Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah mengirim obat-obatan ke kota pelabuhan barat Haeju pada hari Rabu untuk membantu pasien yang menderita "epidemi enterik akut," kata kantor berita negara KCNA, tanpa memberikan jumlah yang terkena, atau mengidentifikasi penyakit tersebut.

Dilansir BBC, pemimpin negara itu, Kim Jong-un telah memerintahkan dilaksanakannya tindakan karantina, dan dia telah mengirim obat ke kota Haeju untuk membantu pasien yang menderita "epidemi enterik akut".

Pakar kesehatan menduga penyakit itu bisa jadi tipus atau kolera. Korea Utara mengumumkan keadaan darurat pada Mei setelah mengatakan jutaan orang mengalami "demam", yang diyakini sebagai kasus Covid-19 yang belum teruji.

Munculnya wabah epidemi usus tak dikenal di wilayah pertanian pada hari Kamis itu menempatkan tekanan lebih lanjut di negara yang terisolasi itu saat memerangi kekurangan makanan kronis dan gelombang infeksi Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"(Kim) menekankan perlunya menahan epidemi sedini mungkin dengan mengambil tindakan yang baik untuk mengkarantina kasus yang dicurigai untuk benar-benar mengekang penyebarannya, mengkonfirmasi kasus melalui pemeriksaan epidemiologi dan tes ilmiah," kata KCNA seperti dilansir Al Arabiya.

Wabah itu dilaporkan terjadi justru ditengah kekhawatiran tentang kurangnya vaksin dan pasokan medis. Badan mata-mata Korea Selatan sebelumnya mengatakan kepada anggota parlemen bahwa penyakit yang ditularkan melalui air, seperti tipus, sudah menyebar luas di negara itu sebelum mengumumkan wabah virus corona.

"Penyakit usus seperti tipus dan shigellosis bukanlah hal baru di Korea Utara, tetapi yang meresahkan adalah penyakit itu datang pada saat negara tersebut sudah berjuang dari Covid-19," kata Profesor Shin Young-jeon dari Fakultas Kedokteran Universitas Hanyang di Seoul.

"Korea Selatan juga masih tetap bersedia bekerja sama dengan Korea Utara untuk mengatasi wabah penyakit, meskipun Pyongyang kukuh tidak menanggapi setiap tawaran untuk berdialog, termasuk proposal Seoul sebelumnya untuk menyediakan vaksin Covif-19," kata seorang pejabat di kementerian unifikasi Korea Selatan yang menangani urusan antar-Korea, yang menolak disebutkan namanya.

Menambah kesengsaraan, Provinsi Hwanghae Selatan di mana kota Haeju berada, adalah wilayah pertanian utama Korea Utara, meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan dampak pada situasi pangan yang sudah mengerikan di negara itu yang disebabkan oleh kekeringan.

Sementara kemungkinan penyakit yang tidak ditentukan menyebar melalui tanaman tampak agak rendah. "Masalah utamanya adalah mendisinfeksi sumber pasokan air karena kemungkinan besar terbawa air," kata Eom Joong-sik, ahli penyakit menular di Gachon University Gil Medical Center.

Pyongyang setiap hari mengumumkan jumlah pasien demam tanpa menyebutkan mereka sebagai pasien Covid-19, tampaknya karena kurangnya alat tes. Banyak  yang mencurigai pemerintah tidak melaporkan kasus-kasus baru.

Korea Utara melaporkan 26.010 lebih banyak orang dengan gejala demam pada hari Kamis, dengan jumlah total pasien demam yang tercatat di seluruh negeri sejak akhir April mendekati 4,56 juta. Pemerintah Korea Utara menyatakan korban meninggal dunia akibat wabah demam itu mencapai 73 orang.

Tetapi WHO dan lainnya mengatakan mereka khawatir situasinya jauh lebih buruk karena Korea Utara memiliki sistem perawatan kesehatan yang buruk dan selalu menolak tawaran vaksin internasional untuk penduduknya yang terkena Covid-19, apalagi kini ditambah munculnya wabah baru yang dicurigai tipus atau kolera. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES