Peristiwa Internasional

Untuk Mempertahankan Perekonomian, Pakistan Imbau Rakyatnya Kurangi Mengkonsumsi Teh

Rabu, 15 Juni 2022 - 08:48 | 20.60k
Rata-rata orang di Pakistan mengkonsumsi 1kg teh setiap tahun, menurut perkiraan. (FOTO:unsplash)
Rata-rata orang di Pakistan mengkonsumsi 1kg teh setiap tahun, menurut perkiraan. (FOTO:unsplash)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Orang-orang di Pakistan diminta untuk mengurangi mengkonsumsi teh untuk menjaga perekonomian negara mereka untuk tetap bertahan.

"Menyeruput lebih sedikit cangkir dalam sehari akan bisa mengurangi  tagihan impor Pakistan yang tinggi," kata menteri senior, Ahsan Iqbal seperti dilansir di BBC

Pakistan adalah importir teh terbesar di dunia dengan nilai lebih dari $600m (£501m) tahun lalu.

Cadangan mata uang asing negara yang rendah, saat ini hanya cukup untuk kurang dari dua bulan dari semua impor, sehingga membuatnya sangat membutuhkan dana.

"Saya mengimbau kepada bangsa untuk mengurangi konsumsi teh satu hingga dua cangkir karena kami mengimpor teh dengan pinjaman," kata Iqbal, menurut media Pakistan.

"Kepada para pedagang agar menutup kios pasarnya pada pukul 20.30 untuk menghemat listrik," pintanya.

Permohonan itu datang karena cadangan mata uang asing Pakistan terus turun dengan cepat, sehingga memberikan tekanan pada pemerintah untuk memotong biaya impor yang tinggi dan menyimpan dana di negara itu.

Permintaan untuk mengurangi minum teh telah menjadi viral di media sosial, dengan banyak yang meragukan masalah keuangan negara yang serius dapat diatasi dengan menghentikan minuman berkafein.

Cadangan devisa Pakistan turun dari sekitar $16bn (£13,4bn) pada bulan Februari menjadi kurang dari $10bn (£8,3bn) pada minggu pertama bulan Juni, hampir tidak cukup untuk menutupi biaya dua bulan dari semua impornya.

Bulan lalu pejabat di Karachi membatasi impor lusinan barang mewah yang tidak penting sebagai bagian dari upaya mereka untuk menghemat dana.

Krisis ekonomi merupakan ujian besar bagi pemerintah Shehbaz Sharif, yang menggantikan Imran Khan sebagai perdana menteri Pakistan dalam pemungutan suara parlemen pada bulan April.

Tak lama setelah dilantik, Sharif menuduh pemerintah Imran Khan salah mengelola ekonomi dan mengatakan mengembalikannya ke jalurnya akan menjadi tantangan besar.

Pekan lalu kabinetnya meluncurkan anggaran baru senilai $47 miliar (£39 miliar) yang bertujuan untuk meyakinkan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memulai kembali program bailout senilai $6 miliar (£5 miliar) yang terhenti.

Kesepakatan IMF dinegosiasikan pada 2019 untuk meredakan krisis ekonomi yang diciptakan oleh pasokan cadangan mata uang asing yang rendah dan pertumbuhan yang stagnan selama bertahun-tahun. Namun hal itu kemudian dihentikan setelah pemberi pinjaman mempertanyakan keuangan Pakistan.

Berbagai cara kini dilakukan Pakistan untuk menghemat cadangan uang mereka diantaranya dengan mengimbau rakyatnya mengurangi konsumsi teh.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES