Kopi TIMES

Tetap Melakukan Perbuatan Baik

Minggu, 12 Juni 2022 - 15:33 | 74.36k
Pendeta Anang Sugeng Sulistyanto, S Th, Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Banyuwangi. (Foto: Dokumentasi TIMES Indonesia)
Pendeta Anang Sugeng Sulistyanto, S Th, Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Banyuwangi. (Foto: Dokumentasi TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGIBerbuat baik adalah suatu keharusan dan merupakan sebuah kesempatan. Berbuat baik merupakan buah keselamatan yang telah kita terima. Dan berbuat baik merupakan bukti dari iman yang hidup serta kita miliki.

Namun sayang ada beberapa orang yang masih tidak mau berbuat baik. Karena sering dikecewakan. Terlebih perbuatan baik itu tidak mendapat respon apalagi balasan yang diharapkan, sehingga mulai merasa jemu atau bosan untuk berbuat baik. Bahkan sampai memutuskan untuk berhenti berbuat kebaikan.

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup didalamnya” (EFESUS 2:10).

Dari kutipan di atas, sudah sangat jelas bahwa Allah menciptakan kita untuk berbuat baik. Berbuat kebaikan yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya dan supaya kita hidup didalamnya. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia memberikan nafas kehidupan dengan maksud agar manusia berkarya serta menjadi berkat bagi semua.

Jam Dinding

Ketika jam dinding mulai bekerja menjalankan tugasnya, ia tidak akan pernah berhenti. Bekerja dan terus bekerja tanpa pamrih. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, dia terus bekerja tanpa henti sampai baterai itu habis dayanya.

Jam dinding itu tetap berputar. Baik saat dilihat orang atau tidak. Dihargai atau tidak bahkan walau tidak seorangpun mengucapkan terima kasih. Dia tetap berputar, tetap bekerja dan tetap berbuat baik, sampai baterai habis dayanya (mati).

Bila demikian, sampai kapan kita harus berbuat baik?. Jawabnya, sampai akhir hidup kita. Sampai nafas hidup kita berhenti.

“Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barang siapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah (3 YOHANES 1:11).

Kita berbuat baik bukan dengan tujuan agar mendapat pujian dari manusia atau untuk pamer. Tetapi agar orang lain yang yang melihat perbuatan baik itu memuliakan Bapa yang di Sorga.

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Sorga (MATIUS 5:16).

Untuk itu, selama Tuhan masih memberikan kesempatan. Teruslah melakukan hal-hal yang baik dan berguna bagi sesame. Dengan tanpa pamrih. Tanpa memusingkan terhadap pujian dan penghargaan dari manusia. Tetaplah melakukan perbuatan baik meski tidak dihargai.

Tidak perlu menghitung untung dan rugi dalam berbuat baik. Sebab pada saatnya nanti kita akan menuai apa yang ditaburkan.

“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (GALATIA 6:9).

“Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri (AMSAL 11:17).

Teruslah berbuat baik sekecil apapun karena tanpa kita sadari siapa tahu telah menyelamatkan orang lain. (*)

*) Penulis : Pendeta Anang Sugeng Sulistyanto, S Th, Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Banyuwangi.

Nb : RUBRIK SIRAMAN MINGGU

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES