Kopi TIMES

Dakwah Intelektual Santri di Eropa -- Refleksi Keikutsertaan pada 3rd Biennial International Conference PCINU Belanda

Minggu, 12 Juni 2022 - 04:37 | 120.13k
Anton Abdul Fatah (Sekretaris PCINU Belgia/Kandidat Doktor Universitas Leuven, Belgia).
Anton Abdul Fatah (Sekretaris PCINU Belgia/Kandidat Doktor Universitas Leuven, Belgia).

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Alhamdulillah kami berkesempatan mengikuti konferensi internasional dua tahunan yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda pada tanggal 8-9 Juni 2022 di Belanda. 

Konferensi tahun ini merupakan gelaran ketiga yang diselenggarakan secara berkelanjutan, dan pada tahun ini menggandeng mitra utama Vrij Universiteit Amsterdam. Adapun tema yang diusung pada konferensi tahun ini adalah “Reimagining Religion and values in time of (societal) Crisis”. 

Tema tersebut merefleksikan pengejawantahan torehan ikhtiar cukup panjang dari PCINU Belanda serta PCINU di berbagai negara yang secara terus menerus mempromosikan nilai keragaman nusantara di mata dunia sekaligus menebarkan nilai dan ajaran Islam moderat yang rahmatan lil‘alamin. 

Pada konferensi ini, terdapat 52 karya ilmiah dari berbagai negara yang dipresentasikan secara tersebar pada 6 kelompok panelis. Selain itu, terdapat 15 karya ilmiah yang dipresentasikan melalui media poster. Rangkaian acara tidak hanya terbatas pada pemaparan presentasi, tetapi juga kuliah akademik dari beberapa peneliti dan tokoh cendekiawan. 

Rangkaian konferensi juga berlanjut dengan beberapa agenda, antara lain dialog antar-umat agama serta forum diskusi penguatan peran perguruan tinggi Islam dan kerjasama antara universitas di Indonesia dan Belanda. Oleh karenanya, beberapa rektor dan petinggi dari universitas dan perguruan tinggi di Indonesia dan Belanda juga turut hadir pada berbagai kegiatan dan rangkaian acara konferensi ini.

Latar belakang santri sangat mendominasi puluhan cendekiawan muda dari berbagai belahan dunia yang hadir mempresentasikan karya tulis dan hasil penelitian mereka. Sebagian besar dari para presenter ilmiah ini masih menjalani masa pendidikan pascasarjana pada beberapa universitas dengan rangking yang cukup tinggi di beberapa benua, antara lain Eropa, Australia, Asia, serta Amerika. Para cendekiawan muda ini juga pada umumnya aktif mengabdi pada PCINU di negara tempat mereka mengenyam pendidikan.

Menikmati interaksi dengan pada santri kelas dunia ini, terdapat beberapa catatan khusus yang kiranya perlu saya bagikan. 

Pertama, di balik tingginya inteligensia yang mereka miliki, kharakter khas santri tetap melekat pada setiap aktivitas yang mereka jalankan. Meraih pendidikan tinggi di dunia barat ternyata tidak mengikis sikap rendah hati, hormat dan mengabdi pada guru serta kyai, termasuk keramahan salam sapa dengan siapapun yang mereka temui. Beratnya topik presentasi dan tensi diskusi selama konferensi bisa direduksi karena senyum keramahan dan nuansa keakraban khas santri dari para peserta ini. 

Kedua, bukanlah warga nahdliyyin bila tidak ada guyon dan saling lempar banyolan di manapun dan dalam kesempatan apapun. Beberapa hari berinteraksi selama konferensi, saya merasakan suasana penuh humor namun tetap kritis dan tajam menyentuh esensi diskusi. 

Ketiga, batik, sarung, dan peci menjadi business attire atau pakaian yang digunakan oleh sebagian besar peserta yang hadir. Oleh karenanya, selama tiga hari berada di dua kota besar Belanda, yaitu Amsterdam dan Den Haag, rasanya saya tetap merasa berada di Jember karena nuansa batik, sarung dan kopiah ini. 

Bahkan, beberapa kali saya melihat tram dan bis kota yang menuju berbagai lokasi kegiatan yang sebagian penumpangnya mengenakan peci serta kerudung warna-warni khas tanah air. Semoga keramahan dan keragaman pakaian para cendekiawan muda nahdliyyin di tengah sejuknya udara di musim semi dapat mewarnai Eropa, khususnya Belanda, dengan hadirnya nuansa khazanah muslim Indonesia yang khas.

Dari sisi akademik, ragam topik yang dipresentasikan juga tidak kalah menarik dan tentu sangat layak mendapatkan apresiasi. Pandangan sempit bahwa santri hanya berkutat pada kajian kitab klasik sepertinya terbantahkan pada gelaran konferensi ini. 

Goresan pena para cendekia muda ini sangat bernuansa kekinian, seperti krisis kemanusiaan baik di tanah air maupun berbagai belahan dunia, konservasi ekologi, hingga kesetaraan gender.

Potensi sumber daya santri nusantara yang kini tersebar di berbagai belahan benua dan berbagai kampus top dunia sangatlah besar adanya. Para cendekiawan muda yang hadir pada konferensi di Belanda ini hanyalah bongkahan gunung es dari potensi yang jauh lebih besar yang belum ditampilkan. 

Besarnya sumber daya unggul sejatinya menjadi pekerjaan rumah bagi banyak pihak untuk memberikan aneka wahana guna menampilkan karya sehingga kemanfaatannya bisa jauh lebih besar dan tidak berhenti pada goresan pena. 

Aneka untaian masukan saran kebijakan yang merupakan buah dari kajian masalah sosial, ekonomi, ekologi, hingga teknologi, bisa memperkaya perumusan pengambilan keputusan di negeri yang kita cintai ini. Oleh karenanya, semakin banyak pihak yang menyenggarakan acara serupa, baik dalam bentuk konferensi, lokakarya, maupun kegiatan lainnya sangatlah dinanti para generasi emas ini. 

Untuk mengakhiri, izinkan kami menyampaikan pandangan bahwa dengan besarnya potensi cendekiawan muda yang ada, kiranya upaya “menyongsong 100 tahun NU, merawat jagat, membangun peradaban” bukanlah sebatas ungkapan biasa, namun nyata dan bisa terlaksana! (*)

 

*)Oleh: Anton Abdul Fatah (Sekretaris PCINU Belgia/Kandidat Doktor Universitas Leuven, Belgia)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES