Peristiwa Internasional

Ilmuwan Swiss Temukan Metode Kulit Pisang Bisa Menjadi Energi Terbarukan

Jumat, 10 Juni 2022 - 09:00 | 68.40k
Menggunakan kulit pisang, para ilmuwan telah menemukan cara baru untuk menghasilkan energi dari biomassa. (FOTO A: Euronews.green/Pexels)
Menggunakan kulit pisang, para ilmuwan telah menemukan cara baru untuk menghasilkan energi dari biomassa. (FOTO A: Euronews.green/Pexels)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Para ilmuwan Swiss telah menemukan metode baru yakni memanasi kulit pisang untuk mengekstrasi hidrogen yang secara signifikan bisa meningkatkan pasokan gas dari biomassa

Kulit pisang kering yang disorot dengan lampu yang kuat bisa langsung diubah menjadi energi terbarukan. Bisa juga dari tongkol jagung, biji kopi dan tempurung kelapa.

Seperti dilansir Euronews.green, penemuan ini terjadi ketika Eropa meningkatkan ekonomi hidrogennya di jalan menuju netralitas karbon pada tahun 2050.

Pertama, kulit pisang harus dikeringkan pada suhu sekitar 100 °C selama 24 jam, kemudian digiling dan diayak hingga menjadi bubuk halus sebelum dimasukkan ke dalam reaktor stainless steel.

"Setiap kilogram biomassa kering dapat menghasilkan sekitar 100 liter hidrogen dan 330g biochar, yang berarti hingga 33 persen berat kulit pisang kering asli," tambah Nagar.

Pemisahan biomassa alam menjadi gas dan arang ditawarkan sebagai solusi “cerdas, cepat, dan ramah lingkungan” untuk produksi hidrogen. Arang juga berharga karena dapat ditambahkan ke tanah untuk meningkatkan kesehatan tanaman, atau disimpan sebagai strategi penangkapan karbon.

Menurut kebijakan hidrogen Uni Eropa, hidrogen 'terbarukan' dapat dibuat dari biomassa (bahan tumbuhan dan hewan) asalkan kriteria keberlanjutan tertentu terpenuhi.

Salah satu perhatian utama biomassa adalah bahwa biomassa sebenarnya dapat melepaskan lebih banyak CO2, misalnya di mana hutan ditebangi, ke pembangkit listrik bahan bakar.

Tetapi tim ilmuwan yang berbasis di Swiss menjelaskan bahwa semua produk dari teknik foto-termal (berbasis cahaya dan panas) mereka dapat ditangkap, sehingga ekonomis dan aman terhadap iklim.

kulit-pisang-2.jpgBiomassa dibagi menjadi gas dan padatan dengan pulsa dari lampu kilat. (FOTO: Euronews.green/EPFL)

"Relevansi pekerjaan kami semakin meningkat dengan fakta bahwa kami secara tidak langsung menangkap simpanan CO2 dari atmosfer selama bertahun-tahun," tulis Dr Bhawna Nagar, salah satu penulis dari cole Polytechnique fédérale de Lausanne (EPFL) di Swiss. 

"Kami telah mengubahnya menjadi produk akhir yang berguna dalam waktu singkat menggunakan lampu flash xenon," ujarnya.

Saat ini ada dua rute utama konversi biomassa secara kimia menggunakan panas yakni gasifikasi dan pirolisis.

Gasifikasi meledakkan bahan organik ke suhu 1000 ° C, mengubahnya menjadi syngas, yakni campuran hidrogen, metana, karbon monoksida, dan karbon dioksida yang digunakan sebagai biofuel . Residu padat karbon, yang dikenal sebagai 'biochar' atau arang, tertinggal.

Sedangkan Pirolisis menguraikan biomassa pada suhu yang lebih rendah dari 400 hingga 800 ° C, dalam wadah tanpa oksigen. Tetapi ini membutuhkan reaktor yang sangat spesifik yang dapat menangani suhu dan tekanan tinggi, para ilmuwan menjelaskan dalam jurnal  Chemical Science .

Metode yang lebih sederhana sekarang tersedia dalam bentuk foto-pirolisis menggunakan lampu xenon. Ini memancarkan cahaya putih terang, seperti yang pernah terlihat di studio fotografer. Satu tembakan senter yang kuat dapat memicu konversi biomassa hanya dalam beberapa milidetik.

Para ilmuwan di Swiss itu berharap metode memanasi kulit pisang untuk mengekstrasi hidrogen itu bisa ditingkatkan dan diterapkan pada limbah industri seperti ban. Itu bahkan bisa membuka jalan bagi foto-pirolisis surya, memanfaatkan energi matahari menjadi lebih berkelanjutan.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES