Ekonomi

Lombok Utara Butuh Bendungan, Bukan Sekadar Bendung

Kamis, 09 Juni 2022 - 14:35 | 98.55k
Tampak salah satu bendungan yang sudah mengering. (Foto : Hery Mahardika/TIMES Indonesia)
Tampak salah satu bendungan yang sudah mengering. (Foto : Hery Mahardika/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LOMBOK UTARA – Memasuki musim kemarau, sejumlah bendung di beberapa titik di Kabupaten Lombok Utara mulai mengering. Kondisi ini dipengaruhi debit air yang mengalir tidak ditampung sehingga bendung hanya berfungsi sebagai pengatur irigasi.

"Kita punya bendung di beberapa titik di Lombok Utara, fungsi bendung hanya mengatur pembagian saluran irigasi, tidak menampung air yang mengalir," ungkap Kabid Sumber Daya Air (SDA), Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPR dan PKP) Lombok Utara, Norman Hari Sandi kepada TIMES Indonesia, Kamis (9/6/2022).

Dari lima kecamatan terdapat di tiga kecamatan, di antaranya Kecamatan Kayangan terdapat bendung Bagek Kembar dan Santong yang dibawah pengawasan BWS. Dua bendung itu mengairi seluas 1700 hektar lahan basah.

"Untuk bendung Bagek Kembar masuk musim kemarau mengering, kalau Santong tetap mengalir namun debitnya berkurang," terangnya.

Kecamatan Bayan terdapat bendung Teres Genit, bendung Senaru, dan bendung Mendala, yang mengairi lahan pertanian 1900 hektar. Jika sudah memasuki musim kemarau semua titik bendung di wilayah Bayan mengering.

Di Kecamatan Gangga ada bendung Rempek, di Kecamatan Tanjung ada bendung Pekatan, dan di Kecamatan Pemenang ada bendung Menggala. Dengan luas areal sawah yang diairi untuk tiga kecamatan itu 1500 hektar.

"Khusus wilayah barat (Gangga, Tanjung, Pemenang) tidak separah di dua kecamatan itu," jelasnya.

Jika melihat luas lahan pertanian di Lombok Utara semestinya ada bendungan khusus yang dapat menampung air irigasi, sebab Lombok Utara tidak mendapatkan saluran irigasi dari kabupaten lain.  Pada musim kemarau banyak lahan pertanian mengalami kekeringan, yang selama ini lebih banyak mendapatkan air tadah hujan.

"Lombok Utara membutuhkan bendungan secara khusus," ucapnya.

Pemerintah Lombok Utara sendiri pernah melakukan kajian terkait perlu adanya bendungan. Dari hasil kajian itu pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR RI memberikan persetujuan atas keberadaan bendungan tersebut terlebih meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sebab, konsep bendungan pada saat ini tidak hanya berfungsi untuk kebutuhan air irigasi, namun juga difungsikan untuk air minum, tenaga listrik, kebutuhan rumah tangga, budidaya ikan, dan objek wisata.

Untuk merespons pihak Kementerian PUPR RI, pemerintah daerah pernah melakukan rencana awal dengan melakukaan pemetaan dua lokasi yang cocok menjadi lokasi bendungan. Yaitu, daerah aliran irigasi Pokok Reak, Desa Senaru Kecamatan Bayan dengan luas 27,4 hektar, kemudian daerah aliran sungai Amor-Amor Desa Gumantar Kecamatan Kayangan seluas 43,2 hektar.

Terkait kebutuhan anggaran pembangunan bendungan itu yakni di Senaru sebesar Rp 257 miliar dan Amor-Amor Rp 405 miliar. Lokasi bendungan ini tidak mengenai permukiman warga karena mengikuti arus aliran sungai, hanya saja yang kena lahan warga di pinggir kali saja. Dua lokasi tentu belum diputuskan.

Imbas dari keberadaan bendungan ini multi efek, di antaranya meningkat areal tanam pertanian menjadi 10.709 hektar, tidak lagi daerah kekeringan, kemudian bisa menjadi budidaya ikan, pengendali banjir, objek wisata, tenaga listrik, kebutuhan air bersih. Terlebih ke depan bisa menyuplai kebutuhan air di kawasan Global Hub pada 10-15 tahun ke depan.

Diakui, proses pembangunan bendungan membutuhkan waktu lama, namun pihaknya harus segera memulai dari sekarang sehingga kedepan tinggal dilanjutkan atau dikawal sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat Lombok Utara. "Kita harus mulai dari sekarang sehingga dapat dikawal," imbuhnya.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES