Pendidikan

Tamansiswa Kritisi Pendidikan di Indonesia yang Hanya Mengabdi pada Penguasa

Rabu, 08 Juni 2022 - 17:54 | 68.48k
Rektor UST Yogyakarta, Prof Drs H Pardimin M Pd Ph D (tengah) bersama para pembicara lainnya dalam seminar 'Ambuka Raras Angesti Wiji’ yang bertema ‘Kesenian Pepucuk Pendidikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara’. (Foto: Dok. Humas UST)
Rektor UST Yogyakarta, Prof Drs H Pardimin M Pd Ph D (tengah) bersama para pembicara lainnya dalam seminar 'Ambuka Raras Angesti Wiji’ yang bertema ‘Kesenian Pepucuk Pendidikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara’. (Foto: Dok. Humas UST)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Ketua Bidang Dikbud Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Prof Slamet PH M Ed MA Ph D mengkritik jika pendidikan di Indonesia tidak memiliki pegangan yang kokoh. Sebab, hal ini terjadi dikarenakan pendidikan yang tidak mengabdi pada sistem namun justru mengabdi kepada penguasa.

Lontaran kritikan tersebut ia sampaikan dalam kegiatan seminar ‘Ambuka Raras Angesti Wiji’ yang bertema ‘Kesenian Pepucuk Pendidikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara’ di Hotel Cokro Kembang, Rabu (8/6/2022).

Prof Slamet menegaskan, perlunya membangun pendidikan melalui sistemnya. Jika pendidikan hanya mengabdi pada penguasa, maka tentu saja menjadi tidak terstruktur dan kurang kreatif.

"Pendidikan di Indonesia tidak jelas, timbul tenggelam. Pendidikan tidak punya pegangan yang kokoh. Hal ini terjadi karena pendidikan tidak mengabdi pada sistem tetapi justru mengabdi pada penguasa," tegas Prof Slamet.

Kemudian, pihaknya menilai jika esensi pendidikan itu seharusnya mampu membuat anak bahagia. Hanya saja, pendidikan kurang mengolah cipta, rasa dan karsa, akibatnya lemah kemanusiaan, kurang manusiawi dan juga terseret pada materialisme. "Hal inilah yang menjadi sumber kekerasan,” ujarnya.

Prof Slamet pun berharap, saat menjadi tenaga pendidik jangan sampai merampas hak anak. Menurutnya pengamatannya, Undang-Undang Pendidikan sebenarnya hanya merealisasikan tujuan apa yang ingin dicapai serta upaya-upaya apa yang dilakukan.

Di kesempatan yang sama, Rektor Universitas Sarjanawiyata (UST) Prof Drs H Pardimin M Pd Ph D mengatakan, seminar ini sebagai sumbang saran pemikiran revisi RUU Sisdiknas di mana Kontribusi Pendidikan Kesenian sebagai Penjaga Karakter Khas Bangsa dalam Kebijakan Keistimewaan DIY dan Merdeka Belajar.

Seminar ini melibatkan Perkumpulan Keluarga Besar Tamansiswa (PKBTS) yang bekerjasama dengan Disdikpora DIY. Selain itu, juga menghadirkan narasumber Maya Lestari GF (Homeschooler, Penulis Buku Kurikulum Merdeka Kemendikbud), Dr Hajar Pamadhi MA Hons (Dosen UNY) dengan moderator Ki Tri Suparyanto (dosen FE UST). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES