Kopi TIMES

Membumikan Kemanusian Melalui Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Rabu, 08 Juni 2022 - 18:01 | 94.42k
Muhamad Saini, Mahasiswa FKIP Universitas Jember.
Muhamad Saini, Mahasiswa FKIP Universitas Jember.

TIMESINDONESIA, JEMBER – Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai bapak Pendidikan nasional. Sematan itu bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan jasa beliau yang sangat besar dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

Ki Hajar lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Ia menggunakan pendidikan sebagai alat perjuangan untuk memerdekakan Indonesia. Pengabdiannya terhadap bangsa melalui pendidikan lah yang kemudian diapresiasi dengan salah satunya menjadikan tanggal kelahirannya di tetapkan sebagai hari pendidikan nasional. 

Pendiri Taman Siswa ini hidup semasa Indonesia dalam jajahan Belanda. Penjajahan yang tidak berprikemanusiaan itu yang kemudian menyebabkan ia mengajarkan rasa kebangsaan dan pembebasan kepada anak bangsa. Ia mengajarkan konsep kemanusiaan melalui pendidikan, bahwa pendidikan harus mampu memanusiakan manusia. Dengan pendidikan tidak ada lagi penindasan baik secara fisik maupun psikis.

Lantas bagaimana konsep pendidikan yang di gaungkan oleh Ki Hajar Dewantara?

Berikut adalah beberapa konsep pendidikan yang gaungkan oleh Hajar Dewantara; 

1. Filosofi Pendidikan 

Menurut Ki Hajar, pendidikan memiliki makna menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak (manusia). Pendidik tidak boleh menanamkan apa yang diinginkan oleh pendidik itu sendiri, dia hanya bertugas untuk menuntun dan mengembangkan kodrat atau kemampuan yang miliki oleh peserta didik. Konsep ini sangat memanusiakan manusia. Manusia lain dilarang untuk menanamkan dan mematenkan pemikirannya secara mutlak. 

2. Orientasi Pendidikan

Ki Hajar Dewantara merumuskan tiga orientasi pendidikan yang ia beri nama Tri Rahayu. Orientasi-orieantasi tersebut diantaranya; 
a. Memayu Hayuning Sarira
Ia memiliki arti untuk mempercantik diri sendiri dengan mengembangkan potensi yang ada dalam diri sendiri, membentuk diri yang paling baik, memperbaiki sikap agar lebih baik atau lembut. Jadi, orientasi pertama kembali pada pembenahan diri sendiri terlebih dahulu. 

b. Memayu Hayuning Bangsa
Setelah membenahi diri sendiri maka perlu di kembangkan dengan mengabdikan, memberikan kontribusi diri pada bangsa. Dalam hal ini, Ki Hajar menekankan bagaimana individu bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik dalam masyarakat. 

c. Memayu Hayuning Bawana
Pada tingkatan orientasi pendidikan yang terakhir yaitu bagaimana individu yang telah melalui tahapan pembenahan diri, kontribusi pada bangsa nya, harus bisa mampu membawa hal positif dalam masyarakat global. Tentu yang dimaksud hal positif disini bisa membebaskan manusia secara keseluruhan, tidak hanya menguntungkan diri nya sendiri atau hanya suatu golongan tertentu.  

3. Asas Ideal Pendidikan 

Ki Hajar Dewantara memiliki azaz pendidikan yang ideal. Meskipun asas ini diterapkan dalam lembaga yang ia dirikan, namun asas ini cocok dipakai dalam elemen pendidikan apapun yang ada di Indonesia. Asas-asas itu antara lain; a). Mengatur diri sendiri, b). Kemerdekaan batin, pikiran, dan tenaga, c). Kebudayaan sendiri, d). Pendidikan yang merakyat, e). Percaya dan bersandar pada kekuatan sendiri, f). Kemandirian secara ekonomi, g). Ketulusan dan kesucian hati. 

Konsep-konsep pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hajar ini sangat manusiawi dan masih sangat layak di gunakan sebagai dasar filosofi maupun implementasi pendidikan nasional. Konsep yang mucul pada abad 20 ini masih layak diterapkan pada abad 21 ini karena orientasinya yang sangat bagus (salah satunya mengajarkan cinta tanah air, bangga terhadap kebudayaan lokal, dll). Konsep ini memerdekakan manusia secara substansi, tidak hanya diksi merdeka tapi kebebasan masih terkekang. 

Memang penjajahan secara fisik sudah tidak ada lagi di Indonesia. Tapi, dalam buku Mazhab Pendidikan Kritis, karya Dr. M. Agus Nuryatno pada halaman 18-19, menyatakan bahwa imprealisme itu terbagi menjadi 3 fase; pertama, masa kolonialisme fisik. Kedua, penjajahan teori. Ketiga, penjajahan berbentuk globalisasi kapitalisme. Berangkat dari itu, penjajahan tidak benar-benar berakhir, ia berkamuflase sesuai dengan perkembangan zaman.

Maka, konsep pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yang membebaskan itu masih sangat relevan diterapkan pada dewasa ini dengan tujuan memerdekakan manusia sesungguhnya sejak dini.  

***

*)Oleh : Muhamad Saini, Mahasiswa FKIP Universitas Jember.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES