Peristiwa Internasional

KFC Australia Menambah Kubis di Burgernya Karena Kekurangan Selada Akibat Banjir

Rabu, 08 Juni 2022 - 10:00 | 39.51k
Burger KFC Australia terpaksa ditambahi kubis karena kekurangan selada akibat banjir di sejumlah negara bagian.(FOTO: BBC/KFC)
Burger KFC Australia terpaksa ditambahi kubis karena kekurangan selada akibat banjir di sejumlah negara bagian.(FOTO: BBC/KFC)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Banjir di Australia menyebabkan tanaman selada hancur dan raksasa makanan cepat saji KFC mencampurkan kubis ke untuk bungkus burgernya.

Perusahaan mengatakan kepada pelanggan bahwa mereka menggunakan campuran selada dan kubis karena banjir menghancurkan tanaman selada.

Dilansir BBC, itu terjadi ketika pembeli di Australia terpukul dengan melonjaknya harga beberapa buah dan sayuran segar.

Pengguna media sosial telah memposting foto selada dengan harga lebih dari A$10 ($7,18; £5,72), tiga kali lipat dari harga biasanya.

Di situs webnya KFC Australia mengatakan: "Karena banjir baru-baru ini di NSW [New South Wales] dan QLD [Queensland], kami saat ini mengalami kekurangan selada. Jadi, kami menggunakan campuran selada dan kubis pada semua produk yang mengandung selada, sampai pemberitahuan lebih lanjut," katanya.

"Jika itu bukan tas anda, cukup klik 'Sesuaikan' pada produk yang anda pilih dan hapus Selada dari Resep," tambahnya dengan dibubuhi tandatangan dan emoji wajah tersenyum.

Ini bukan pertama kalinya tahun ini perusahaan dilanda kelangkaan bahan makanan.

Pada bulan Januari, KFC Australia juga terpaksa mengubah menunya karena kekurangan bahan utamanya, yaitu ayam. Itu disebabkan oleh kekurangan staf di pemasok ayam terbesar Australia, Ingham's, karena penyebaran varian Omicron Covid-19 yang cepat di seluruh negara bagian Australia timur pada akhir tahun lalu.

Sementara itu, perusahaan makanan cepat saji terbesar dunia McDonald's mengalami kekurangan keripik di beberapa gerainya di Asia, termasuk di Jepang dan Singapura, akibat krisis rantai pasokan global. Seperti negara-negara di dunia, Australia juga dilanda masalah rantai pasokan pangan akibat perang di Ukraina dan pandemi.

Produksi pangan Australia sendiri juga telah dipengaruhi oleh peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir besar di pantai timur awal tahun ini. Itu membantu menaikkan biaya hidup bagi warga Australia, dengan harga konsumen melonjak 5,1% dalam tiga bulan pertama tahun 2022. Itu adalah tingkat inflasi tertinggi di negara itu selama 20 tahun, dengan harapan bisa naik lebih tinggi lagi.

Pada hari Selasa, bank sentral Australia menaikkan biaya pinjaman lebih dari yang diharapkan karena mencoba untuk mengendalikan lonjakan inflasi. Reserve Bank of Australia menaikkan suku bunga utamanya setengah poin persentase menjadi 0,85%.

Dikatakan membuat keputusan karena kenaikan harga yang disebabkan oleh sejumlah masalah, termasuk gangguan rantai pasokan terkait Covid-19, perang di Ukraina dan banjir Australia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES