Ekonomi

Kisah Eks Napiter yang Berikrar Kembali ke NKRI dan Sukses Jadi Pengusaha Permen

Jumat, 03 Juni 2022 - 15:02 | 107.65k
Eks Napiter, Syahrul Munif saat menunjukan produk permen jelly yang diproduksinya. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES INDONESIA)
Eks Napiter, Syahrul Munif saat menunjukan produk permen jelly yang diproduksinya. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES INDONESIA)

TIMESINDONESIA, MALANG – Syahrul Munif, eks Narapidana Teroris (eks Napiter) di Malang menceritakan bagaimana ia bisa lepas dari jeratan paham-paham radikalisme yang sempat ia ikuti selama 14 tahun lalu.

Pria yang lahir di Jember tersebut diketahui pernah mengikuti beberapa kelompok radikalisme, seperti JAT (Jamaah Ansharut Tauhid) dan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria atau Negara Islam Irak dan Suriah).

Saat ditemui di Balai Pemasyarakatan Kelas I Malang, Jumat (3/6/2022), Syahrul menceritakan awal mula ia terpengaruh paham radikal ketika ia masih berada di bangku kuliah sekitar tahun 2000-an silam.

Saat ia terjerumus paham radikal, Syahrul menganggap bahwa konsep Islam sebagai rahmatan lil alamin atau agama rahmat bagi alam.

"Waktu itu pikiran saya hanya satu rahmat itu artinya mengubah semuanya. Padahal rahmat itu artinya saat ini saya memahaminya sebagai agama kasih sayang dan artinya pokoknya nyaman. Kalau tidak nyaman itu pasti ada yang salah dan perbanyak referensi bacaan. Itu sangat penting," ujar Syahrul, Jumat (3/6/2022).

Diakui Syahrul, ia merasa sangat menyesal kala itu tak memperbanyak referensi bacaan. Hingga puncaknya di tahun 2014 lalu, ia nekat meninggalkan semuanya, termasuk istri dan anaknya untuk berangkat ke Suriah dengan motivasi berjihad.

"Iya waktu itu saya setelah lulus kuliah dan berkeluarga punya anak dan punya bisnis, saya tinggalkan semua. Itu semua untuk pergi jihad ke Suriah," ungkapnya.

Diketahui, Syahrul berada di Suriah selama hampir enam bulan lamanya. Ia merasa kesadaran tersebut terlambat saat meninggalkan semuanya di Indonesia.

Ia sadar bahwa pemahamannya salah saat deklarasi ISIS. Latar belakangnya sebagai mahasiswa Fakultas Hukum di salah satu perguruan tinggi di Kota Malang tidak setuju dengan deklarasi negara Islam. Menurutnya, syarat berdiri suatu negara itu mesti ada wilayah, power atau kekuasaan dan tentunya rakyat.

"Nah waktu itu wilayahnya belum memungkinkan, karena tidak aman sama sekali. Dan deklarasi khilafah atau agama Islam dikumandangkan, cenderung dipaksakan," tuturnya.

Ketidaksetujuan itu pun bertambah saat sejumlah rekannya di sana menganggap seseorang yang tidak sama pahamnya dianggap sebagai murtad.

"Bahkan dicap kafir. Ini terlalu berlebihan, menurut saya ciri-ciri kaum Khawarij. Itu akhirnya saya tidak setuju. Rahmatan itu kasih sayang. Masak ada video ISIS yang gorok leher orang yang tidak sepaham. Akhirnya saya tidak setuju dengan pemahamannya," bebernya.

Akhirnya setelah ia pulang kembali ke Indonesia, Syahrul pun ditangkap oleh Densus 88 pada tahun 2017 lalu di rumahnya, yakni di Kabupaten Malang. "Dan saya ditahan di Lapas Sentul hingga 2019 bebas," imbuhnya.

Paska menjadi eks Napiter, Syahrul pun telah berikrar untuk percaya kepada NKRI kembali dan meninggalkan pemahaman radikalnya yang selama ini ia dapatkan. Sebagai eks Napiter, Syahrul selama ini telah menggeluti beberapa dunia usaha dan juga menjadi penulis buku.

Selama menjadi eks Napiter, Syahrul mengaku bahwa riskan memang terjadi seorang eks Napiter itu kembali lagi ke pemahaman radikal. Sebab, masyarakat akan ketakutan dengan eks Napiter dan sebagai eks Napiter tentu tidak sembarangan orang mau menerima untuk bekerja.

"Untuk itu saya sarankan masyarakat harus membuka diri kepada seseorang mantan Napiter. Pihak pemerintah juga harus meyakinkan masyarakat agar tidak takut, karena sudah hijau dan eks Napiter ini sudah NKRI," tegasnya.

"Apalagi juga sulit keluar dari Lapas. Saya akui itu. Sulit mas, makanya peran masyarakat ini penting," imbuhnya.

Kini, Syahrul pun diketahui telah sukses mempunyai bisnis produksi permen jelly yang ia bernama Calyna Candy. Saat ia membuka usaha jualan permen jelly tersebut, Syahrul ingin bermanfaat untuk para petani buah.

"Biasanya kan buah saat panen harganya murah. Tapi saya olah bisa lebih mahal dan bermanfaat," katanya.

Saat ini, usaha Syahrul sendiri sudah bisa menghidupi tiga karyawannya dan setiap Minggu mengirim 300 bungkus permen jelly ke kafe dan toko oleh-oleh di Malang.

"Saya usahanya itu permen jelly dengan bahan dasar buah. Sementara saya juga menulis buku dan juga distribusi Lembar Kerja Siswa (LKS)," ungkap eks Napiter ini.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES