Kopi TIMES

Tekanan Hepatitis Akut  Era Pandemi

Jumat, 03 Juni 2022 - 00:50 | 66.99k
Haris Zaky Mubarak, MA, Eksekutif Peneliti Jaringan Studi Indonesia.
Haris Zaky Mubarak, MA, Eksekutif Peneliti Jaringan Studi Indonesia.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Setelah masyarakat berjibaku dengan pandemi Covid-19 selama lebih dari dua tahun. Kini muncul ancaman penyakit baru yang bahkan belum diketahui penyebabnya dan menyerang anak – anak. Penyakit itu saat kini dikenal dengan nama hepatitis akut. Publik pun saat ini tengah mulai khawatir mengenai penyakut hepatitis akut yang masih misterius kejelasan statusnya. Kehadiran hepatitis akut dikhawatirkan berdampak menjadi pandemi seperti wabah Covid-19.

Kekhawatiran masyarakat akan hepatitis akut akan menjadi wabah pandemi itu pun ditespon oleh Kementerian Kesehatan  Republik Indonesia (Kemenkes RI). Meskipun belum ada penelitian lebih lanjut tapi Kemenkes RI menyebut kecil kemungkinannya hepatitis akut menjadi pandemi seperti Covid-19. Sampai saat ini uji laboratorium hepatitis akut masih terus berjalan. Sejumlah pemeriksaan diperlukan untuk mengidentifikasi kasus penularan hepatitis akut misterius anak. Terkait kebenaran studi ini masih perlu banyak kontribusi riset dari sejumlah pihak.

Berdasarkan data dari Kemenkes RI, terdapat 436 kasus hepatitis akut misterius dari 27 negara. Berdasarkan data Kemenkes RI dugaan kasus hepatitis akut paling banyak terjadi di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta kemudian disusul oleh wilayah Provinsi lain seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat. (Kemenkes RI, 2022).Meskipun belum ada lonjakan kasus yang signifikan pemerintah melalui Kemenkes RI terus menerus mewanti – wanti supaya masyarakat tidak menganggap enteng masalah penyakit hepatitis akut ini. Tetap perlu terus diwaspadai  agar tidak menular kemana – mana dan menjadi wabah baru.

Studi Hipotesis

Berbagai hasil pemeriksaan laboratorium masih terus berjalan demi menentukan penyebab utama dari kasus hepatitis akut misterius yang menyerang anak - anak. Terkait permasalahan kapasitas laboratorium pemeriksaan Indonesia ini pun perlu terus diperkuat untuk mendukung analisa pemeriksaan tersebut. Sampai hari ini, Kementerian Kesehatan melaporkan lebih dari 15 kasus suspek yang diduga tertular penyakit hepatitis akut yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun dari sekian banyak kasus tersebut masih belum ada yang kasus berat yang menelan korban jiwa.

Merujuk kriteria kesehatan yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization  (WHO), kasus yang diduga hepatitis akut telah masuk dalam kategori probable apabila dari pemeriksaan tidak ditemukan virus hepatitis A, B, C, D,dan E. Selain itu, dalam pemeriksaan enzim hati SGOT/SGPT lebih dari 500 Internasional unit per liter (IU/L). Untuk kategori ini hanya diperuntukkan pada anak yang berusia 16 tahun ke bawah.Berdasarkan spesimen dari tujuh kasus diterima dan tersimpan di laboratorium FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) dan satu spesimen baru diterima dari Provinsi Sumatera Utara (Kemenkes RI, 2022).

Sampai saat ini pemesanan reagen masih dilakukan untuk mendukung pemeriksaan pada spesimen yang diterima. Reagen ini untuk memeriksa berbagai mikroorganisme yang dianjurkan diperiksa serta respons dari kondisi kekebalan tubuh. Selain itu, pemeriksaan lain diperlukan untuk mendukung analisis respons dari sel terkait serta kultur virus. Reagen ini nantinya diharapkan dapat disebarkan ke laboratorium pemeriksaan lain sehingga kapasitas laboratorium pemeriksaan bisa ditingkatkan dan diperluas. Seluruh  spesimen dari kasus yang diduga tertular hepatitis akut misterius masih harus dikirim ke laboratorium rujukan dan laboratorium Rumah Sakit Pusat Infeksi.

Spesimen klinik dari kasus yang diduga hepatitis akut perlu dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan kepastian penyebab timbulnya penyakit. Selain itu, spesimen berupa darah, spesimen saluran napas atas, dan urine dapat dikembangkan untuk menentukan sistem diagnostik. Secara lebih lanjut berdasarkan analisa dari pihak Kemenkes RI, spesimen ini dimanfaatkan untuk kajian pengembangan obat dan vaksin.  (Kemenkes RI, 2022).

Atas dasar itulah, kolaborasi dan sinergi riset wajib diperlukan untuk mendukung peningkatan  kapasitas pemeriksaan kasus yang diduga hepatitis akut. Dalam rasional ini permasalahan hepatitis akut di Indonesia harus dapat didukung dengan fasilitas penunjang dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan. Sejumlah rintisan riset seperti analisis molekuler dan diversitas genetik telah intens dilakukan demi mengetahui penyebab pasti dari hepatitis akut. 

Berbagai riset dan studi di luar negeri juga tengah dilakukan seperti mengidentifikasi faktor etiologi yang menyebabkan dan memperparah hepatitis akut serta mempelajari interaksi antara etiologic penyebab hepatitis akut dan selimun tubuh terutama pada organ hati. Metode deteksi virus hepatitis dan virus non hepatitis pun juga turut dikembangkan secara simultan. Beberapa hipotesis sementara hasil penelitian di luar negeri menunjukkan sejumlah penyebab dari penyakit hepatitis akut misterius.

Penyebab itu antara lain adeno-virus biasa, adeno virus varianbaru, sindrom pasca infeksi SARS-CoV-2, paparan obat atau lingkungan, adanya patogen baru, serta varian baru dari SARS-CoV-2 Belum ada penyebab pasti dari hepatitis akut ini. Namun,yang perlu diketahui gejala dari penyakit ini, antara lain penyakit kuning, muntah, diare ,sakit perut, BAB (buang air besar) dempul (pucat), dan letargi (lelah secara berlebihan). (European Center for Disease Prevention and Control, 2022).

Untuk mengantisipasi masalah hepatitis akut selain meningkatkan layanan fasilitas pelayanan kesehatan, peran orangtua dinilai penting mencegah terjadinya hepatitis akut. Termasuk sikap waspada orang tua untuk sigap dalam membawa anak ke fasilitas kesehatan jika menunjukkan gejala penyakit hepatitis akut. Ini demi mendapatkan penanganan medis agar tak semakin parah. 

Kesiapsiagaan penyebaran hepatitis akut pada anak jelas harus diperhatikan.Apalagi sumber penularan penyakit ini dapat berasal dari aktivitas bertukar alat makan ataupun makanan serta minuman yang tak terjaga kebersihannya. Kebersihan kantin sekolah sebagai tempat jajan anak di sekolah juga perlu dipastikan kebersihannya. Kedepannya, instruksi kesehatan dan kepatuhan protokol kesehatan harus menjadi arahan dalam mengantisipasi dampak lanjutan penyakit hepatitis akut.

Semangat Pencegahan

Dalam dunia kesehatan, penyebaran wabah (epidemic) mematikan yang bisa datang kapan saja. Seperti yang terjadi pada kondisi kesehatan masa Hindia Belanda, sebagaimana yang ditulis oleh Peter Boomgaard dalam Morbidity and Mortality in Java, 1820-1880: Changing Pattern of Disease and Death” dalam Death and Disease in Southeast Asia :Explorations in Social, Medical and Demographic History. (1987). Eksistensi dari penyakit besar yang menjangkiti banyak penduduk Hindia Belanda sejak tahun 1873 hingga tahun 1939 sangatlah bervariasi. Mulai dari penyakit cacar, kolera, disentri, malaria, beri-beri, tuberculose, hingga penyakit gila. 

Beberapa penyakit memiliki penangkal atau vaksinnya, seperti cacar yang telah diketahui benih vaksinnya diambil dari orang- orang yang selamat dari penyakit ini sehingga pada tubuhnya telah memiliki kekebalan. Tapi, beberapa penyakit yang lain, dalam konteks waktu penelitian ini, masih merupakan misteri, misalnya penyakit beri-beri dan penyakit gila (krankzingen), yang membuat pusing ahli-ahli kesehatan pemerintah Hindia Belanda dalam menemukan penangkalnya. 

Penyebaran wabah penyakit pada umumnya disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sehat, sistem dreinase yang buruk, serta tingkat imunitas masyarakat sendiri yang rendah sehingga mudah diserang penyakit. Namun, pada beberapa kasus, penyebab utama adanya penyakit yang menjangkiti secara masif ialah karena kondisi ekosistem kesehatan tidak didukung dengan kondisi kehidupan sosial ekonomi penduduk. Penyakit tuberculosa misalnya, yang telah mewabah hebat pada masa krisis ekonomi Hindia Belanda melanda, semakin berimbas buruk pada kesehatan mental dan jiwa masyarakat. 

Rendahnya sikap disiplin penduduk Hindia Belanda saat itu membuat pemerintah Hindia Belanda melakukan berbagai usaha ‘pendisiplinan’ terhadap penduduk. Mulai dari membuat tempat - tempat khusus bagi mereka yang terjangkiti penyakit, dengan membuat banyak rumah sakit tambahan atau baru, memperbesar rumah sakit yang telah ada dan melengkapi peralatannya. Pemerintah Hindia Belanda juga berinisiatif untuk mendatangkan ilmuwan kesehatan dari daerah lain, memperbanyak cadangan vaksin, mengevakuasi dan merelokasi pasien ke tempat yang representatif untuk kesembuhannya.

Melihat kenyataan ini,sebagai antisipasi penyakit hepatitis akut secara masif pemerintah Indonesia harus dapat mendisiplinkan sikap kepatuhan bersama disertai dorongan semangat pencegahan melalui program percepatan riset kesehatan supaya tidak berdampak serius seperti halnya wabah pandemi Covid-19.

***

*) Oleh: Haris Zaky Mubarak, MA, Eksekutif Peneliti Jaringan Studi Indonesia.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES