Gaya Hidup

Beri Pilihan Terbaik untuk Momen Pernikahan, HerStory Gelar Indonesian Millennials Favorite Matrimony Brand Awards 2022

Kamis, 02 Juni 2022 - 16:31 | 82.46k
Nopian Andusti, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN. (FOTO: Dok TIMES Indonesia)
Nopian Andusti, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN. (FOTO: Dok TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTAPernikahan adalah upacara pengikatan janji suci yang menautkan dua manusia dan erat kaitannya dengan cinta dan kasih sayang. Pernikahan juga merupakan suatu perjalanan abadi sebagai belahan hati.

Bagi generasi milenial, pernikahan adalah sebuah pilihan daripada keharusan. Mereka akan memikirkan dengan matang bagaimana konsep pernikahan yang akan dilakukan untuk sekali seumur hidup.

Selain itu, milenial juga menganggap pernikahan sebagai pilihan diri dan proses berkompromi sepanjang hayat serta bentuk ketaatan pada agama. Pernikahan itu sendiri juga menjadi aktivitas ekonomi yang melibatkan banyak orang dengan perannya masing-masing, mulai dari resepsi pernikahan hingga berumah tangga.

Muhamad-Ihsan.jpg

Pernikahan memang membawa serangkaian tujuan baru dalam hidup sebuah pasangan. Mulai dari pembagian peran, keberlanjutan keturunan, dan hal-hal tersebut erat kaitannya dengan isu keresahan wanita atau ibu rumah tangga.

Sebagai media yang fokus pada isu wanita, HerStory.co.id berupaya untuk menghadirkan sebuah topik pernikahan lewat E-Awarding HerStory bertajuk Indonesian Millennials Favorite Matrimony Brand Awards 2022: Towards a Long Haul of Eternity, Together.

“Pernikahan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang wanita dan pria sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1),” ujar Clara Aprilia Sukandar selaku Pemimpin Redaksi HerStory.co.id dalam acara E-Awarding.

Menurut data yang diriset oleh Kata Data dan dikutip HerStory.co.id, jumlah persentase usia kawin di Indonesia antara wanita dan pria ternyata berbeda. Untuk wanita, usia kawin paling banyak adalah 19-21 tahun, sedangkan pria berada di usia 22-24 tahun.

Clara juga menjelaskan bahwa berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, dalam lima tahun terakhir, pemuda-pemudi yang menikah mayoritas adalah bagian dari Generasi Milenial dan Generasi Z.

Dalam laporan yang dilakukan oleh Bridestory berjudul Tren Pernikahan di Indonesia tahun 2016, mayoritas responden sebanyak 76% mengatakan bahwa kedua calon mempelai merupakan penentu utama dari rencana pernikahan mereka.

“Campur tangan orang tua untuk segi biaya sudah minim sekali bagi generasi milenial. Setengah dari jumlah responden atau sebanyak 52.6% mengatakan bahwa mereka membiayai pernikahan dengan dana mereka sendiri,” kata Clara.

Clara mengatakan, pernikahan mendapat definisinya masing-masing sesuai dengan generasi. Meskipun pernikahan bersifat personal dan objektif, tapi bagi milenial, pernikahan itu adalah kepuasan hidup dalam hubungan, pilihan yang intim dan krusial, pembagian peran yang setara, keberlanjutan keturunan dan nilai, ketaatan beragama dan sosial, dan aktivitas ekonomi.

Tren mengenai cinta dan pernikahan tentunya semakin hari akan semakin kuat. Generasi milenial sekarang sudah terliterasi bisa melihat sejarah dan memiliki kemauan sendiri untuk pernikahan. Sebab, pernikahan harus ditentukan sendiri, bukan lagi ditentukan orang tua.

“Jumlah pernikahan semakin menurun karena generasi milenial saat ini sudah lebih terliterasi dan melihat sejarah dan mengetahui sejarah. Mereka memiliki kemampuan dan kemauan sendiri untuk menikah karena pernikahan adalah nasib sendiri dan harus ditentukan sendiri,” tutur Muhamad Ihsan, CEO dan Founder HerStory.co.id.

Selain memikirkan tentang undangan, gedung pernikahan, dan foto-foto pra nikah, penting juga untuk mengetahui kondisi kesehatan calon pengantin.

Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Nopian Andusti, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN, membeberkan faktor pendorong dan faktor risiko saat hamil terlalu muda dan terlalu tua serta menyebabkan anak stunting.

Oleh karena itu, untuk mencegah melahirkan anak stunting, setiap calon ibu dan calon ayah harus berada dalam kondisi yang sehat atau ideal untuk menikah, hamil, dan melahirkan.

Dengan pertimbangan hal tersebut, upaya percepatan penurunan angka stunting dilakukan melalui pencegahan dengan menyasar calon-calon pengantin atau calon-calon pasangan usia subur atau calon ibu dan bapak baru.

“Setiap calon pengantin, harus melakukan pemeriksaan kesehatan dan pendampingan selama tiga bulan sebelum menikah serta perlu mendapatkan bimbingan perkawinan dengan materi pencegahan stunting tentunya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi angka stunting di Indonesia,” jelas Nopian Andusti.

“Oleh karena itu, melalui kegiatan ini (E-Awarding HerStory), untuk bersama-sama kita menyosialisasikan betapa pentingnya pemeriksaan kesehatan tiga bulan sebelum Pernikahan untuk memastikan bahwa setiap calon pengantin berada dalam kondisi sehat dan saat hamil sudah benar-benar siap,” ujarnya. (adv).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES