CEK FAKTA: Benarkah Vaksin Covid-19 Bisa Sebabkan AIDS dan Cacar Monyet?

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Beredar narasi di media sosial mengenai vaksin covid-19 yang bisa menyebabkan imunodefisiensi dalam tubuh manusia berkembang. Narasi tersebut dibagikan akun Facebook Tom Moore pada 23 Mei 2022.

Dalam narasi tersebut disebutkan bahwa sistem imun yang melemah adalah efek VAIDS yang menjadi penyebab munculnya penyakit seperti AIDS bahkan sampai cacar monyet. Kelemahan imun itu akan terjadi sejak suntikan vaksin pertama. Dampaknya akan terasa sekitar 3-5 tahun atau 5-10 tahun setelah suntikan pertama.

Berikut narasi yang beredar:

Did you know that the Covid19 VAXX can cause lowered immune system which allows viruses in your system to flourish, like Shingles, Smallpox, and even MONKEYPOX???

Yup, that's right, the VAXX is the reason for VAIDS or otherwise known as Vaccine Induced AIDS will be popping up in all those who took the JAB. About 3-5 years after the first shot, of course everyone's immune systems are different. It could be 5-10 years. 

Regardless, it is time to get to know Jesus by reading the New Testament in the Bible, and then living it each day as if it were your last.

Sumber: https://web.facebook.com/metalmoore04/posts/pfbid0YujsFnV1jKc9H3ZDEtTKEC4fRTcyttt71Bf8qnuppWMqxtkPKYQuznkUxBykXF8rl

Benarkah hal tersebut?

CEK FAKTA

Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta, narasi tersebut salah atau hoaks. Pernyataan bahwa vaksin Covid-19 mengandung bahaya yang bisa menimbulkan penyakit seperti AIDS sampai cacar monyet merupakan  pernyataan yang keliru.

Mengutip Kompas.com, VAIDS (Vaccine Acquired Immunodeficiency Syndrom) merupakan istilah yang sering digunakan oleh kelompok antivaksin untuk menarasikan bahaya vaksin Covid-19.

Kandungan dalam vaksin Covid-19 tidak menyebabkan AIDS. Sebaliknya, vaksin dirancang untuk merangsang antibodi agar belajar dan mengenali virus yang telah dilemahkan sebelumnya, sehingga seseorang lebih kebal terhadap suatu penyakit.

Profesor Penyakit Menular di Perelman School of Medicine University of Pennsylvania dan Direktur Medis Penn Global Medicine, Stephen Gluckman MD mengatakan, tidak ada bukti yang menunjukkan adanya imunodefisiensi terkait dengan vaksin Covid-19.

Menurut epidemilog Indonesia untuk Griffith University Australia, Dicky Budiman, AIDS merupakan kondisi penyakit kronis yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Jadi, AIDS tidak ada kaitannya dengan vaksin Covid-19. 

"Bahwa AIDS dikaitkan dengan vaksinasi juga itu suatu hal yang tidak tepat. Karena ini jelas berkaitan dengan HIV," ujar Dicky kepada Kompas.com, dan dikutip TIMES Indonesia pada Rabu (1/6/2022).

Begitu pula dengan cacar monyet. Menurut Dicky, tidak ada dasar yang kuat mengaitkannya dengan cacar monyet. 

"Virus ini ada di hewan dan sudah ada sejak lama. Pada banyak kasus, monkeyfox ini terjadi di negara endemik seperti Afrika," kata Dicky.

Adapun yang membuat seseorang terinfeksi cacar monyet adalah karena sebaran virusnya. Media penularannya bisa melalui lesi, cairan tubuh, droplet, maupun kontak dengan permukaan benda yang terkontaminasi. 

Penularan virus ini dimungkinkan apabila manusia mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi, serta belum memasaknya dengan sempurna.

"Jadi kalau dikaitkan dengan efek vaksinasi, selain jauh dari kebenaran juga lemah sekali argumennya," ujar Dicky.

Sumber: [HOAKS] Cacar Monyet akibat Efek Samping Vaksin atau VAIDS | Kompas

Pemeriksaan atas narasi serupa juga dilakukan Turnbackhoax.id. Dalam artikelnya menyimpulkan penyakit AIDS atau cacar monyet tidak ada kaitannya dengan vaksin Covid-19.

Sumber: [SALAH] Vaksin Covid-19 Dapat Sebabkan AIDS Sampai Cacar Monyet | Turnbackhoax

KESIMPULAN

Hasil penelusuran tim Cek Fakta, narasi tentang vaksin Covid-19 bisa menyebabkan AIDS hingga cacar monyet, keliru. Penyakit AIDS atau cacar monyet tidak ada kaitannya dengan vaksin Covid-19.

Menurut mis/disinformasi yang dikategorikan First Draft, informasi tersebut termasuk dalam kategori Konten Menyesatkan (Misleading Content). Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok. 

Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi. Misleading content dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.

---

Cek Fakta TIMES Indonesia

TIMES Indonesia adalah media online yang sudah terverifikasi faktual di Dewan Pers. Dalam kerja melakukan cek fakta, TIMES Indonesia juga bekerja sama dengan 24 media nasional dan lokal, untuk memverifikasi berbagai informasi hoaks yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA TIMES Indonesia di email: [email protected] atau [email protected] (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement