Otomotif

PERHEPI dan UB Susun Formula Strategis Hadapi Tantangan Pangan Masa Depan

Jumat, 27 Mei 2022 - 17:24 | 60.99k
Konferensi internasional yang digelar Universitas Brawijaya bersama Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI). (Foto: Humas UB)
Konferensi internasional yang digelar Universitas Brawijaya bersama Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI). (Foto: Humas UB)

TIMESINDONESIA, MALANG – Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) dan Universitas Brawijaya (UB) menggelar mengadakan konferensi internasional membahas tantangan bidang pertanian ke depan.

Konferensi Internasional yang mengambil tema 'Transforming Global Food System: Strengthening Agricultural Sector'  ini dihadiri sebanyak 100 peserta secara luring diadakan di Hotel Harris Malang, Jumat (27/5/2022).

Konferensi ini digelar untuk menyatukan isu-isu kompleks seperti transformasi sistem pangan global, terutama tentang bagaimana memperkuat sektor pertanian, meningkatkan alokasi dukungan dan sumber daya untuk petani kecil, dan mengembangkan kemitraan multi-stakeholder yang lebih inklusif dan lebih kuat.

Konferensi ini menghadirkan pembicara antara lain: Profesor Matin Qaim (Presiden Asosiasi Internasional Ekonomi Pertanian-IAAE), Profesor Kei Kajisa (Presiden Masyarakat Ekonomi Pertanian Asia-ASAE) dan Profesor Ryohei Kada (Lembaga Penelitian Kemanusiaan dan Alam).

Universitas-Brawijaya-b.jpg

Juga , Profesor Atsushi Yoshimoto (Lembaga Matematika Statistik), Profesor Hermanto Siregar (Rektor Institut Perbanas), dan Profesor Bayu Krisnamurthi (IPB University). Sedangkan  83 presenter akan tampil menyampaikan materi dan poster.

Rektor UB Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR., M.S mendukung penuh kegiatan konferensi internasional ini. Ia percaya di era industri peranan pangan tidak dapat digantikan dengan komoditas lain. "Saya berharap melalui forum ini bisa meningkatkan pengetahuan dan memberikan masukan pemerintah

Dalam mengembangkan food system dan agriculture in Indonesia," kata Nuhfil. Ia menambahkan, akan menjadi tantangan ke depan yang konsumen pilih dan cari bukan hanya soal perut kenyang tapi juga nutrisi. "Seperti halnya functional food untuk menurunkan kolesterol dan diabetes," katanya.

Koordinator Tenaga Ahli di Kementerian Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengungkapkan sistem swasembada pangan saat ini sudah tidak relevan untuk diterapkan. Masyarakat tidak hanya butuh nasi untuk mencukupi kebutuhan nutrisi mereka.

"Ada banyak hal yang dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi nutrisi tubuhnya. Tidak hanya sekedar nasi tapi juga ada lauk pauk dan singkong," jelasnya.

Bayu menambahkan, dalam food system atau sistem pangan kuncinya adalah gizi atau nutrisi yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Acara konferensi dibuka oleh Ketua Umum PERHEPI Prof. Bustanul Arifin. Dalam sambutannya, Bustanul Arifin menaruh apresiasi dan berterima kasih kepada UB yang terlibat penuh dari awal sampai pelaksanaan.

"Penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Profesor Nuhfil Hanani, Rektor Universitas Brawijaya beserta timnya yang telah terlibat penuh dalam Konferensi Internasional ISAE ini, mulai dari tahap perencanaan awal hingga tahap pelaksanaan hari ini", kata Bustanul dosen Unila ini.

Menurut Bustanul, sistem pangan global berada dalam tantangan yang sangat serius, setelah dua tahun pandemi Covid-19 yang menyebabkan resesi ekonomi global.

Ketegangan terbaru antara Rusia dan Ukraina dan masalah geopolitik global lainnya telah meningkatkan inflasi global. Laju inflasi Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan akan mencapai lebih dari 5 persen, meningkat signifikan dari 2,6 persen pada tahun 2021.

Indonesia saat ini menganut dan mengembangkan sistem pangan berkelanjutan yang komprehensif, meliputi kegiatan sistem produksi, pengolahan, distribusi, perdagangan, dan sistem konsumsi pangan.

Universitas-Brawijaya-c.jpg

Outcome dari sistem pangan adalah peningkatan ketahanan pangan yang meliputi ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan.

Dalam visi keberlanjutan, sistem pangan juga membawa hasil berupa kesejahteraan sosial yang meliputi lapangan kerja, tingkat pendapatan, modal manusia, modal sosial, modal politik dan kesehatan lingkungan yang meliputi aliran stok ekosistem, jasa ekosistem, akses ke modal alam dan lain-lain.

Di sektor pertanian pangan, Indonesia telah berkomitmen untuk menerapkan Sustainable and Resilient Food Systems (SRFS).

SRFS merupakan landasan penting untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi untuk dapat berkontribusi pada pola makan yang sehat dan seimbang, pengentasan kemiskinan, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, konservasi ekosistem, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Dalam konferensi internasional PERHEPI dan UB ini akan memberikan rekomendasi strategis untuk kondisi pertanian khususnya bidang pangan di masa depan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES