Ekonomi

Pria di Probolinggo Sulap Paralon Bekas Jadi Lampion, Pembelinya dari Luar Negeri

Senin, 23 Mei 2022 - 18:48 | 40.14k
Salah satu hasil karya dari Erwin dan Yosak, yang merupakan pesanan dari Kota Kediri (FOTO: Rapel/TIMES Indonesia)
Salah satu hasil karya dari Erwin dan Yosak, yang merupakan pesanan dari Kota Kediri (FOTO: Rapel/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Dua pria warga Kelurahan Wiroborang, Kota probolinggo, Jawa Timur, Erwin Andi Prastika dan Yozak, berhasil menciptakan kerajinan tangan yang luar biasa. Mereka berdua membuat hiasan lampu lampion yang berbahan dasar dari paralon bekas. Hasilnya, lampion dari paralon bekas itu mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Karya yang hingga kini dilakoninya dan banyak menerima pesanan itu, berawal dari melepaskan penat saat mereka sedang ngobrol santai sambil ngopi, sehingga melahirkan ide cemerlang membuat kerajinan tangan tersebut.

Erwin, memanfaatkan paralon bekas itu dari sisa pengeboran sumur. Paralon bekas itu didapat dari ayahnya yang bekerja sebagai tukang penggali sumur, tentu saja di kediamanya banyak sekali sisa sisa potongan paralon yang tak terpakai.

Lampion-b.jpgBeberapa hasil karya miniatur masjid ta'j mahal dan menara pisa hasip dari olahan paralon bekas (FOTO: Rapel/TIMES Indonesia) 

"Nah, di situlah kita mencoba untuk mengukir paralon bekas itu menjadi cover lampu hias, apalagi kan Yozak, juga pandai menggambar, karena sebelumnya dia pernah kerja di Jogja sebagai tukang tatto mas," tutur Erwin, saat ditemui TIMES Indonesia, di rumahnya di sela kesibukannya membuat kerajinan itu, Senin (23/5/2022).

Erwin menceritakan, ia dan rekannya lalu mencoba untuk memasarkan hasil kerajinannya melalui platform pasar online. Alhasil, mereka dibanjiri oleh pesanan dari luar daerah. Bahkan mereka kerap menerima orderan pesanan dari luar negeri, dari malaysia, Brazil, Arab saudi, China, dan beberapa negara lainnya.

"Untuk pesanan dalam negeri sendiri sangat jarang mas, yang lebih sering ya pesanan dari luar negeri ini. Jadi sistemnya jika mendapat pesanan itu, si pembeli itu mengirim dulu desainnya, barulah kita kerjakan, karena paling cepat pembuatan pesanannya selama satu minggu," terang dia.

Erwin juga meyampaikan, pernah juga ia mengalami kerugian ketika menerima pesanan seperti kaligrafi untuk masjid, karena ukirannya adalah ayat Al Quran, secara otomatis ukirannya haruslah detail dan benar. 

"Jadi waktu itu ada salah satu tanda baca yang kelupaan ditulis, jadi pihak pemesan minta di buatkan lagi," tambahnya.

Untuk produk yang mereka jual berkisar dari harga termurah yakni Rp350 ribu hingga Rp4,5 juta, tergantung dengan kerumitannya.

Seperti miniatur Taj Mahal, Miniatur Ka'bah, Menara Pisa, Menara Eiffel, dan lain sebagainya, mereka buat sedetail mungkin dan mirip dengan aslinya.

Proses yang dikerjakan awalnya mereka membuat desain dengan printer terlebih dahulu, barulah ditempel pada paralon dan mereka mengukir sesuai dengan motifnya.

Untuk lebih mempercantik hasil karyanya, mereka juga menambahkan lampu warna-warni di dalam miniaturnya. Yang menggunakan tenaga baterai dengan adaptor untuk disambungkan ke listrik.

"Ya Bersyukur, selama musim pandemi kemarin, pesanan kerajinan kami membuat hiasan lampu lampion dari paralon bekas itu selalu datang silih berganti, sehingga untuk perekonomian kita dapat tercukupi sedikit demi sedikit," ucap Erwin. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES