Glutera News

Sedang Merebak, Waspadai Cacar Monyet!

Minggu, 22 Mei 2022 - 11:16 | 60.67k
glutera news.
glutera news.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lebih dari 80 kasus cacar monyet telah dikonfirmasi di 12 negara, sebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seraya memperingatkan bahwa kemungkinan masih banyak kasus yang belum dilaporkan.

Dalam pernyataannya pada Jumat (20/05), WHO mengatakan wabah ini merupakan hal tidak biasa, karena terjadi di negara-negara non-endemik.

WHO menambahkan bahwa mereka tengah "bekerja sama dengan negara-negara terdampak dan lainnya untuk melebarkan pengawasan penyakit untuk menemukan dan mendukung orang-orang yang mungkin terdampak.

Apa itu cacar monyet?

Cacar monyet adalah infeksi virus yang ditandai dengan bintil bernanah di kulit. Penyakit ini terdapat di negara Republik Demokratik Kongo dan Nigeria. Namun, pada tanggal 9 Mei 2019, pemerintah Singapura melaporkan bahwa penyakit ini muncul di Singapura.

Pada awalnya, penyakit cacar monyet memiliki gejala yang serupa dengan cacar air, yaitu bintil berair. Seiring perkembangan penyakit, bintil berair berubah menjadi bernanah dan menimbulkan benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan, akibat pembengkakan kelenjar getah bening.

Cacar monyet merupakan penyakit yang dapat menular dari orang ke orang, tetapi sumber utamanya adalah hewan pengerat dan primata, seperti tikus, monyet, atau tupai yang terinfeksi.

Cacar monyet dapat menyerang siapa saja, tetapi penyakit ini tergolong sangat jarang terjadi. Penyakit ini pertama kali ditemukan saat terjadi wabah di Afrika pada tahun 1970-an.

Penyebab cacar monyet

Penyakit cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox. Virus ini menyebar melalui percikan liur yang masuk melalui mata, mulut, hidung, atau luka di kulit.

Penularan juga bisa melalui benda yang terkontaminasi, misalnya pakaian penderita. Meski begitu, penularan antarmanusia ini terbatas dan membutuhkan kontak yang lama.

Penularan cacar monyet awalnya terjadi dari hewan ke manusia, melalui cakaran atau gigitan hewan yang terinfeksi virus monkeypox, seperti monyet atau tupai. Kontak langsung dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi juga dapat membuat seseorang tertular penyakit cacar monyet.

Gejala cacar monyet

gluteraa6abcdb8e0e4fa42.jpg

Gejala cacar monyet akan muncul 5–21 hari sejak penderitanya terinfeksi virus monkeypox. Gejala awal cacar monyet adalah:
• Demam
• Letih atau lemas
• Menggigil
• Sakit kepala
• Nyeri otot
• Pembengkakan kelenjar getah bening, yang ditandai dengan benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan

Gejala awal cacar monyet dapat berlangsung selama 1–3 hari atau lebih. Setelah itu, ruam akan muncul di wajah dan menyebar ke bagian tubuh lain, seperti lengan atau tungkai.

Ruam yang muncul akan berkembang dari bintil berisi cairan hingga berisi nanah, lalu pecah dan berkerak, kemudian menyebabkan borok di permukaan kulit. Ruam ini akan bertahan hingga 2–4 minggu.

Kapan harus ke dokter? 

Segera periksakan diri ke dokter jika merasakan gejala seperti cacar air, yaitu muncul bintil berair, apalagi bila:
• Bintil berubah berisikan nanah
• Baru berlibur dari Singapura
• Terdapat kontak dengan monyet atau tupai

Beberapa negara yang sampai saat ini masih memiliki kasus cacar monyet adalah Republik Demokratik Kongo dan Nigeria. Sebagai informasi, penderita cacar monyet di Singapura adalah seorang warga negara Nigeria.

Segeralah berkonsultasi dengan dokter bila mengalami gejala cacar monyet setelah berpergian ke kedua negara tersebut.

Pengobatan cacar monyet

Pengobatan cacar monyet bertujuan untuk meredakan gejala yang muncul. Dokter akan memberikan paracetamol untuk meredakan demam dan nyeri, serta meminta pasien untuk beristirahat guna mempercepat proses penyembuhan.

Di samping itu, pasien juga dianjurkan untuk meningkatkan imun tubuh dalam melawan infeksi. Mulai konsumsi Glutera NOX dan Glutera GSH, yang banyak mengandung serat, antioksidan, dan multivitamin.

Komplikasi cacar monyet 

Perlu diketahui, 1 dari 10 penderita cacar monyet berisiko meninggal dunia. Oleh sebab itu, pasien perlu dirawat di ruang isolasi untuk mendapatkan pemantauan dari dokter dan mencegah penyebaran penyakit.

Hingga saat ini, belum ada pengobatan untuk cacar monyet. Penyakit ini dapat sembuh sendiri dengan perlawanan dari sistem kekebalan tubuh penderita.

Cacar monyet memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi. Meski jarang, penyakit ini tetap dapat berisiko menimbulkan komplikasi. Kurang dari 10% penderitanya bahkan dapat mengalami komplikasi yang berakibat fatal.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat cacar monyet adalah:
• Dehidrasi
• Infeksi bakteri
• Infeksi paru-paru

Pencegahan cacar monyet 

Pencegahan utama cacar monyet adalah menghindari kontak langsung dengan hewan primata dan pengerat, seperti monyet dan tupai, atau orang-orang yang sedang terinfeksi. Beberapa langkah pencegahan lain yang bisa dilakukan adalah:
• Rajin cuci tangan dengan air dan sabun, atau pembersih tangan berbahan dasar alkohol, terutama sebelum makan, menyentuh hidung atau mata, dan membersihkan luka.
• Hindari berbagi alat makan atau menggunakan barang yang sama dengan orang yang terinfeksi cacar monyet.

Guna mencegah penularan, dokter akan memberikan vaksin variola, terutama bagi petugas medis yang merawat pasien cacar monyet. Selain vaksin variola, petugas medis juga perlu mengenakan alat pelindung diri saat merawat pasien.

Variola atau cacar merupakan penyakit yang telah hilang sejak tahun 1980. 

Meski variola merupakan penyakit yang berbeda dengan cacar monyet, vaksin variola terbukti cukup efektif dalam mencegah cacar monyet. Namun, mengingat penyakit cacar sudah dimusnahkan, ketersediaan vaksin ini juga terbatas. (*)

Be Everlasting with Glutera 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES