Glutera News

Awas Keliru, Ini Perbedaan Suplemen dengan Obat

Sabtu, 14 Mei 2022 - 12:28 | 215.69k
Image: Glutera for Times Indonesia
Image: Glutera for Times Indonesia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Suplemen makanan adalah produk yang dikategorikan sebagai obat dan makanan. Suplemen makanan bukanlah obat walaupun dikemas dalam bentuk seperti tablet, kapsul, dan sebagainya. 

Suplemen memiliki manfaat bagi kesehatan, karena itu suplemen makanan dapat mencantumkan klaim kesehatan pada labelnya.

Untuk membedakan suatu produk yang tergolong obat atau bukan, dapat dilihat melalui label kemasan yang dimiliki produk tersebut dengan mengenali huruf awal pada kode nomor registrasi yang tercantum pada label kemasan. 

Huruf awalan D pada kode registrasi (Depkes.RI. D… atau BPOM D…) menandakan bahwa produk tersebut tergolong obat, sedangkan suplemen makanan memiliki kode nomor registrasi dengan awalan BML, BMD, MD (Produk Suplemen yang berasal dari dalam negeri), dan ML (Produk Suplemen yang berasal dari luar negeri). Pada suplemen makanan, komposisi yang digunakan sama dengan obat, namun jika ditinjau dari keamanannya sangat jauh berbeda.

Uji Klinis

Suatu produk disebut obat, apabila memenuhi persyaratan lolos uji klinis pada manusia terutama untuk diketahui tingkat keamanannya dan besar efek samping yang dihasilkan. Sedangkan suplemen makanan dapat didaftarkan tanpa uji klinis. 

Penggunaan suplemen makanan dan obat juga berbeda, suplemen makanan cukup mencantumkan berapa kali sehari jumlah yang dapat dikonsumsi, sedangkan obat ditentukan seberapa banyak kadar maksimum atau minimum yang aman untuk dikonsumsi per-harinya.

Bahan Tambahan Pangan (BTP) 

Suplemen makanan merupakan produk yang digunakan untuk melengkapi Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti vitamin, mineral, bahan yang berasal dari tumbuhan, konsentrat, metabolit, meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), atau campuran dari sejumlah bahan diatas. Dalam suplemen, harus diberi tambahan batasan dari kadar zat yang digunakan dan aturan pemakaiannya. 

Nilai gizi pada suplemen ditentukan sebanyak minimal 25% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG), setelah suplemen makanan telah memenuhi persyaratan tersebut, maka pada label produk suplemen diizinkan untuk mencantumkan klaim kesehatan seperti peran nutrisi yang terkandung pada suplemen tersebut untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan.

Lima perbedaan antara obat dan suplemen 

Obat dan suplemen bisa memiliki bentuk yang sama: pil, kapsul, atau tablet. Namun kita tidak bisa menyamakan keduanya, menganggap bahwa keduanya adalah pilihan tepat untuk dikonsumsi saat kita sakit. 

Beberapa suplemen, termasuk keluaran-keluaran High-Desert, memang bisa dikonsumsi dalam keadaan sakit maupun sehat, tetapi perbedaan antara obat dan suplemen cukup kentara. Berikut ini adalah lima perbedaan antara obat dan suplemen.

1. Obat dari Bahan Kimia, Suplemen dari Bahan Alami

Pertama, sekaligus yang utama, kita perlu mengetahui asal dan bahan-bahan dari segala sesuatu yang masuk ke tubuh kita. Pada konteks ini, perbedaan antara obat dan suplemen terletak di bahan keduanya. Obat dibentuk dari bahan-bahan sintetik yang diolah dan diuji coba di laboratorium. Meskipun suplemen juga melalui proses uji coba laboratorium, semua bahan yang membentuk suplemen berasal dari alam.

2. Obat untuk Orang Sakit, Suplemen untuk Siapa Saja

Kita tidak bisa meminum obat saat tubuh kita baik-baik saja, setidaknya kita tidak dianjurkan untuk itu. Obat hanya untuk orang yang merasa tubuhnya sakit, lalu menerima resep dari dokter sebagai penyembuhnya. Namun suplemen bisa dikonsumsi siapa saja, dalam artian orang yang sakit maupun orang yang sehat. Suplemen mungkin tidak menyembuhkan bagi orang sakit, tetapi ia menyingkat penyembuhan orang-orang sakit karena kaya akan nutrisi. Konsumsi suplemen yang dilakukan orang-orang sehat akan berdampak baik, yaitu penguatan sistem kekebalan tubuh sehingga mereka terhindar dari penyakit.

3. Obat Berdosis, Suplemen Tidak Berbatas

Jangan coba-coba meminum obat secara berlebih! Kalau kita diharuskan meminum parasetamol 250 mg empat kali sehari oleh dokter, maka sebatas itulah yang bisa kita terima dan yang akan berdampak baik pada tubuh kita. Konsumsi suplemen berbeda, ia dapat dilakukan dengan kadar yang tidak berbatas. Karena tubuh selalu membutuhkan nutrisi, konsumsi suplemen dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan tersebut.

4. Obat Menyisakan Racun, Suplemen Membuang Racun

Inilah perbedaan antara obat dan racun yang berkait dengan poin sebelumnya. Kalau kita mengonsumsi obat secara berlebih, tubuh kita akan dipenuhi oleh racun! Sisa-sisa obat, yang tidak memiliki manfaat apa-apa bagi tubuh, tidak bisa dikeluarkan dari tubuh kita dan akan berubah menjadi racun pada waktunya. Kalau kita dibebaskan dalam konsumsi suplemen, itu karena sisa suplemen (dan kelebihan kadarnya) dapat dikeluarkan oleh tubuh melalui keringat, urine, dan feses.

5. Obat Berefek Samping, Suplemen Bereaksi Awal

Sesuatu yang umum terjadi adalah seperti ini: kita meminum obat sakit kepala, lalu kita merasa mual. Hal itu karena obat selalu memiliki efek samping, walaupun beberapa jenis obat sudah diupayakan untuk memiliki efek samping yang minimal. Berbeda dengan obat, suplemen tidak memiliki efek samping. Manfaat dari konsumsi suplemen tidak mendatangkan masalah baru. Namun konsumsi suplemen, pada kasus yang sedikit, mendatangkan reaksi awal seperti pusing dan gatal-gatal. Tidak perlu takut, reaksi awal tersebut adalah tanda dimulainya proses detoksifikasi, sering disebut healing krisis. (*)

Be Everlasting with Glutera 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES