Indonesia Positif

Hardiknas, Program Inklusif Penyandang Disabiltas di Tasikmalaya Perlu Perhatian

Jumat, 13 Mei 2022 - 14:31 | 59.65k
Kampus SMAN I Tasikmalaya, Jalan RSU, Empangsari, Tawang, Kota Tasikmalaya, (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Kampus SMAN I Tasikmalaya, Jalan RSU, Empangsari, Tawang, Kota Tasikmalaya, (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Kesetaraan pendidikan bagi penyandang disabilitas menjadi satu harapan yang diimpikan, namun realitanya kesetaraan di Kota Tasikmalaya masih memerlukan perhatian dari semua kalangan.

Pendidikan inklusif bagi penyandang disabilitas yang telah dicanangkan pemerintah masih berjalan secara maksimal serta jauh dari yang diharapkan. Pembina Yayasan Disabilitas Tuna Netra Al Hikmah Tasikmalaya Mamat Rahmat menuturkan dari data penyandang tuna netra kurang lebih sejumlah 500 orang baru dua yang mengikuti program inklusif yang tercatat.

"Secara fakta anak didik di tingkat SD, SMP dan SMA belum ada yang masuk program inklusif, namun kalau untuk tingkat perguruan tinggi sudah ada dua orang yang kuliah di UIN dan UPI Bandung," tuturnya, Jumat (13/5/22)

Anda-Sujana.jpgKepala Sekolah SMAN I Tasikmalaya Drs. H. Anda Sujana, M.Pd saat ditemui TIMES Indonesia diruang kerjanya (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indoensia)

Rahmat menyebut Program Inklusif yang digagas oleh pemerintah, merupakan program yang sangat baik sekali, program ini mengarahkan para disabiltas dapat berintegrasi secara umum dengan masyarakat, sehingga membuka wawasan yang lebih luas dan membuka jaringan pertemanan yang lebih banyak.

"Di Hari Pendidikan Nasional ini saya berharap perintah dapat mendorong program peningkatan pendidikan bagi disabilitas dengan meningkatkan sarana dan prasarana, sehingga para disabilitas dapat mengikuti pendidikan secara nyaman,"harapnya.

Sementara itu penyandang Tuna Netra warga Kota Tasikmalaya Intan Islamiati kepada TIMES Indonesia menuturkan dirinya merasa sangat senang dapat mengikuti program inklusif di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Namun mahasiswi semester empat ini menyayangkan kampus yang ia banggakan belum memiliki aksesibiltas fasilitas serta sarana penunjang bagi kenyamanan para tuna netra.

"Di kampus masih memerlukan aksesibiltas untuk para penyandang disabilitas, seperti lajur khusus untuk berjalan para tuna netra, karena trotoar untuk tuna netra belum ada, apalagi masih banyak lintasan jalan yang bertrap sehingga membuat tidak nyaman tuna netra," tuturnya.

Kepala Sekolah SMA Negri 1 Kota Tasikmalaya Drs. H. Anda Sujana, M.Pd kepada TIMES Indonesia mengungkapkan penyelenggarakan pendidikan inklusif merupakan amanat yang tertuang dalam UU Nomor 8 tahun 2016 yang aturan turunannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 13/2020. Dalam peraturan ini pun juga diatur tentang akomodasi yang layak untuk penyandang disabilitas dalam mendapatkan pendidikan inklusif. 

Namun Anda mengaku program Inklusif di sekolahnya belum dapat berjalan maksimal dikarenakan pihaknya belum memiliki sumber daya manusia yang mumpuni sebagai penunjang proses belajar mengajar bagi disabilitas.

"SMA 1 Tasikmalaya merupakan salah satu sekolah yang diamanatkan untuk menyelenggarakan program inklusif bagi penyandang disabilitas, namun pada pelaksanaannya hal itu belum maksimal karena kami belum memiliki SDM yang profesional," pungkasnya. (Harniwan Obech/TIMES Indonesia Priangan Timur)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES