Peristiwa Internasional

Ketika Arab Saudi Menyadari Diri Sendiri

Minggu, 01 Mei 2022 - 10:52 | 57.65k

TIMESINDONESIA, MAKKAH – Dalam banyak diskusi dengan warga Makkah, baik penduduk asli, maupun keturunan, atau para mukimin, bahkan melihat catatan-catatan klasik, juga dalam bentuk thesis maupun tulisan ulama orientalis, ternyata, ekonomi masyarakat Makkah dan Madinah dulu tergantung kepada masyarakat pendatang. Yakni jamaah haji dan umrah.

Indonesia, paling banyak mengirimkan jamaah haji dan umrah sejak ber-abad-abad. Baik sebelum berdirinya Arab Saudi, hingga sekarang (2022). Dalam catatan Muhammad Al-Bituni, dalam kitab “Rihlah Al-Hijaziayh”, beliau mencatat bahwa orang Jawa (Nusantara), mencapai 15 ribu, termasuk peringkat ketiga dari total keturunan penduduk yang bermukim di Makkah. Yang asyik dicermati adalah, ternyata sebagian besar dari warga Jawa yang bermukim di Makkah, adalah kalangan ulama dan santri. Lebih keren lagi, ulamanya adalah pengajar Khalaqah Masjidilharam.

Perlu diketahui bahwa kondisi Makkah, ketika musim panas, bisa mencapai 60 derajat. Ketika saya tanya kepada sebagian penduduk Makkah berapa suhu Makkah saat ini (Ramadhan 2022), maka Dr Fahmi, salah satu pimpinan PCINU Makkah, sekaligus guru Madrasah Al-Saulatiyah, menjawab; “Biasa, tidak panas dan tidak dingin”. 

Kemudian saya tanya berapa derajat sekarang? Beliau menjawab “40 derajat”. Rupanya, 40 derajat itu bagi masyarakat Makkah secara umum berarti normal. Sedangkan yang dikatakan panas yang sesungguhnya ketika mencapai 60 derajat. Bagi warga Indonesia, 40 derajat sudah termasuk panas sekali.

Sedangkan ketika musim dingin, mencapai 0 derajat, bahkan minus, ketika panas mencapai 60 derajat. Nyaris, penduduk Arab Saudi, khususnya Makkah dan Madinah kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena mayoritas dari mereka tergantung pada Haji dan Umrah.

Ketika musim haji dan Ramadhan semua hotel dan gedung-gedung penuh dengan jamaah.
Pertokoan sekitar masjidilharam dan Masjid Nabawi laku, karena memang sebagian besar jamaah haji dan umrah paling demen belanja. Taxi, bus, juga panen raya. Kuliner pun diserbu habis oleh jamaah umrah.

Semua kuliner, seperti; masakan nasi mindi, bukhari, swarma, sambusa, bahkan KFC, Albaik, Ayam Thazij, tidak pernah berhenti dari serbuan penikmat makanan. Para penyerbu itu menghabiskan duitnya setiap buka puasa dan sahur untuk makan, hotel, akomodasi, hingga komunikasi.

Tahun ini 2022, sejak bulan Sya’ban hingga Syawal, pemerintah Arab Saudi telah mengeluarkan 25 juta visa untuk jamaah umrah. Jika setiap orang membawa uang 50 juta, maka hitunglan sendiri, berapa banyak uang yang beredar di tanah suci Makkah dan Madinah. 

Pandemi selama 2 tahun menyadarkan masyarakat Makkah dan Madinah, bahwasannya tanpa orang-orang asing, mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan yang maksimal. Bahkan, selama pandemic, pertokoan, hotel, taxi, bus, semua berhenti. Nyaris, penduduk Makkah, tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya secara maksimal.

Ini sama persis dengan pemahaman masyarakat Makkah kuno, di mana orang-orang Makkah, bisa makan dan memiliki penghasilan yang cukup karena dari jamaah haji Indonesia yang mayoritas membawa makanan, serta bekal yang cukup banyak selama berada di Makkah beberapa bulan lamanya.

Pandemi selama 2 tahun menjadi pelajaran, bahwa manusia tidak bisa hidup nyaman dan berkecukupan tanpa jamaah haji dan umrah. Sangat wajar, jika sebagian masyarakat Makkah, sikapnya mulai ramah dan santun kepada jamaah haji dan umrah.

Merekalah yang membuat ekonomi bergairah. Mereka yang selama ini memakmurkan masjidilharam dan masjid Nabawi. Baik saat berjamaah shalat lima waktu, maupun saat membeli barang dagangan orang Arab Saudi di Makkah dan Madinah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imam Kusnin Ahmad
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES