Peristiwa Internasional

Saudi, Terorisme, dan Khutbah Syekh Sudais

Minggu, 01 Mei 2022 - 01:33 | 65.37k

TIMESINDONESIA, MAKKAH – Saudi satu-satunya negara yang paling disorot dunia karena banyak melahirkan teroris. Karena memang kontruksi berpikir ulama-ulama selalu merujuk pada cara berpikir dari Syekh Abdul Wahab. 

Karya-karya Syekh Abdul Wahab pun dituding menjadi pemicu utama melahirkan teroris, sehingga tidak sedikit warga Arab Saudi yang menjadi pelaku teroris yang berafiliasi terhadap Al-Dais (Al-Daulah Islamiyah Irak wa Al-Syam) yang lebih dikenal dengan ISIS, juga Al-Qaida.

Tudingan itu sudah bertahun-tahun. Sehingga tidak nyaman bagi pemerintah yang di pimpin oleh Raja Salman bin Abdul Aziz. Tudingan negatif itu bisa menganggu eksistensi kerajaan Arab Saudi sebagai negara muslim terbesar dunia.

Hampir, semua ulama-ulamanya, baik yang mengajar di kampus, atau khalaqah-khalaqah di Masjidilharam dan Nabawi.
Ditambah lagi kontruksi berfikir seorang teroris yang bernama Khalid Muallad yang tertangkap, ketika diwancarai televisi MBC berkata “orang yang tidak mengkafirkan orang kafir, berarti dia kafir”. Bukan hanya perorangan, tetapi juga negara Arab Saudi. 

Khalid Ibn Muwallad, bukan satu-satunya, ada ribuan orang yang berpikir demikian. Pandangan Khalid ibn Muwallad sangat berbahaya. Dia berpandangan bahwa kuburan Rasulullah SAW di dalam masjid merupakan bentuk kemungkaran, maka orang yang berziarah Nabi Muhammad, berarti juga melakukan sebuah kemungkaran.

Dengan demikian, negara Arab Saudi, masyarakat muslim dunia, bahkan orang-orang yang ikut andil dalam ziarah kubur dikatakan sebagai orang yang keluar dari Islam. Ini sama persis dengan saat berdirinya Arab Saudi, di mana Syekh Muhammad Hasyim Asaary berusaha mati-matian mendirikan NU, dengan tujuan menjaga eksistensi empat madhab di dua tanah suci tetap terjaga. Juga makam Rasulullah SAW selamat dari sebagian pemikiran kelompok garis keras yang ingin menghilangkannya Makam Rasulullah SAW dari Masjid.

Khalid bin Muwallad satu dari sekiah ribu penduduk asli Arab Saudi yang sudah ditangkap, dipenjara, dan bercerita panjang di hadapan jutaan manusia melalui Chanel MBC, bagaimana cara pandangnya terhadap Negara, masyarakat yang berziarah kepada Rasulullah SAW. Semua dikatakan “keluar dari islam”, dengan demikian darahnya halal. 

Tidaklah heran, jika beberapa sarjana lulusan Universitas Arab Saudi berpandangan mirip dengan pandangan Khalid Ibn Muwallad. 
Meminjam istilah yang digunakan Prof Munir Mulkan dalam bukunya, bahwasanya sebagian kelompok Muhammadiyah ada istilah “Purifikasi” yang ingin kembali memurnikan agama seperti masa Rasulullah SAW, salah satunya adalah “anti ziarah kubur”. 

Bahkan, tidak segan-segan beberapa sarjana lulusan Arab Saudi, baik dari Islamic University Madinah, dan Umm Alqura Makkah yang habis-habisan mengkritik secata terbuka, bahkan terlihat melecehkan para ziarah kubur dengan istilah “quburiyun”, penyembah kuburan. Padahal, ziarah kubur itu sunnah Rasulullah SAW.

Atas dasar kontruksi berfikir Khalid bi Muallad, maka pemerintah Raja Salman secara terang-terangan, melalui kebijakan Vision 2030, ingin mengabisi pikiran-pikiran teroris model Khalid bin Muallad dan sejenisnya. Bukan hanya membahayakan negara. Bahkan membayakan dunia Islam sendiri. 

Bukan ratusan, tapi sudah ribuan teroris. Baik dari kalangan awam, sampai kalangan elit, imam Masjidilharam, harus menghadapi tiang gantungan jika berlawanan dengan kepentingan pemerintah.
Setelah ditelaah dengan seksama, rupanya benih-benih terorisme bersumber dari khalaqah-khalaqah pengajian di Makkah, Madinah (Al-Hijaz), atau di Najed (Al-Riyadh). Maka muncullah, sebuah gagasan dan kebijakan dari otoritas pemerintah, yaitu larangan Khalaqah-khalaqah di seluruh pelosok negeri, kecuali yang sudah mendapat ijin resmi dari pemerintah Arab Saudi. 

Para pengajar, harus sesuai dengan Vision 2030, baik di lembaga pendidikan pemerintah maupun swasta. 

Kampus-kampus-pun harus ikut dengan aturan negara, semua materi yang mengarah pada kekerasan (teroris) garus diberangus, begitu juga dengan materi di tingkat dasar, juga ada perubahan yang sangat drastis. 
Buntutnya, khalaqah-khalaqah di Makkah, seperti; Sayyid Ahmad Ibn Muhammad Alawi Al-Maliki, Syekh Muhammad Ismail, Sayyid Alawi Ibn Abbas, Habib Zain Madinah sementara waktu ditiadakan, karena semua harus ikit aturan negara. 

Bahkan, Madrasah Al-Saulatiyah-pun, tempat KH Muhammad Hasyim menimba ilmu harus diambil alih oleh pemerintah Arab Saudi.
Pemerintah Arab Saudi di dalam memerangi pemikiran terorisme sangat gencar, baik melalui kurikulum pendidikan formal maupun non formal, seperti; pengajian di Masjidilharam dan Nabawi. 

Dalam doa khatmil Alquran pada tarawih bulan suci Ramadhan tahun 2022,  Syekh Sudais dalam doanya menyelipkan; “Agar pemuda-pemuda diselamatkan, mereka menjadi orang-orang yang moderat (Al-Wasatiyah)”.

Tentu saja, itu bukan Saudi Arabia 30 tahun yang lalu yang benar-benar melihat kebenaran Mutlaq dari guru-gurunya. Sementara Vision 2030, melalui pengajian resmi di Masjidilharam dan Nabawi, larangan khalaqah-khalaqah secara menyeluruh, melalui moderasi dalam bersikap, khutbah jumah, bahkan dalam khataman Alquran pada 29 Ramadhan 2022. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES