Ekonomi

Sejarah Pasar Comboran Kota Malang, Salah Satu Pusat Loak Terbesar di Jawa Timur

Kamis, 05 Mei 2022 - 06:26 | 382.32k
Suasana Lokasi Pasar Loak Comboran Kota Malang yang menjual berbagai pakaian bekas dan sparepart kendaraan bekas maupun baru. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Suasana Lokasi Pasar Loak Comboran Kota Malang yang menjual berbagai pakaian bekas dan sparepart kendaraan bekas maupun baru. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGPasar Comboran di Kota Malang yang terkenal sebagai pusat penjualan barang-barang bekas dari berbagai jenis ternyata memiki sejarah panjang.

Siapa sangka, pasar yang terletak di sebelah selatan Pasar Besar Malang, tepatnya di Jalan Moh. Yamin, Jalan Irian Jaya, Jalan Halmahera hingga Jalan Besi ini awalnya bukan didesain sebagai pasar.

Pengamat Sejarah dan Budaya sekaligus Sekretaris TACB Kota Malang 2016-2020, Agung Buana menjelaskan bahwa awalnya kawasan yang saat ini menjadi Pasar Comboran, merupakan Stasiun Induk untuk Trem atau transportasi Kereta Api Jarak Pendek antar wilayah Malang.

Trem yang memiliki Rute Malang-Singosari dan Malang-Pakis-Tumpang tersebut, mempunyai nama Stasiun Trem Jagalan yang ada sejak tahun 1900an awal hingga 1950an.

"Comboran itu memang dari awal bukan didesain sebagai pasar. Kita harus ingat bahwa dulu Malang punya Trem yang bisa disebut Komuter," ujar Agung kepada TIMES Indonesia, Selasa (26/4/2022).

Berbicara soal awal mula mencetusnya nama 'Comboran', tentu bermula dari Trem tersebut yang bisa diibaratkan sebagai jantung peradaban adanya Pasar Loak Comboran.

Pasar-Comboroan-Kota-Malang.jpg

Agung mengistilahkan bahwa di tahun 1900an dengan adanya Trem, tentu ada juga transportasi lain. Jika sekarang, diibaratkan seperti Ojek Online (Ojol), Bajaj, Becak hingga Angkot.

Namun, ditarik ke masa tahun 1900an yang tren saat itu adalah moda transportasi bernama dokar dengan bantuan Kuda. Dari situlah nama 'Comboran' muncul. "Jadi di samping ada Trem, ada parkiran atau tempat ngetemnya Dokar itu. Jadi menunggu penumpang turun untuk diantarkan ke lokasi tujuan yang lebih dekat," ungkapnya.

Awal mula kata 'Comboran' sebenarnya muncul dari sisi timur lokasi parkiran Dokar, yang digunakan sebagai tempat istirahat Kuda untuk sekedar diberi makan dan  minum. Istilah Jawanya, yakni 'Nyombor'. 

"Nah di situ kan kusirnya berhenti memberi makan dan minum kudanya. Akhirnya orang di sana nyebutnya Nyomboran. Lama-lama jadi Comboran itu," katanya.

Comboran Sebagai Identitas Pasar

Awalnya, Pasar Comboran di tahun 1900an hingga 1950an dimana konsep Trem yang masih berjalan, identitas pasar pun mulai muncul dikawasan tersebut. Namun, bukan sebagai pasar loak.

Ketika ada Trem dan ada moda transportasi Dokar, tentu identitas perdagangan pun juga muncul di kawasan tersebut. Akan tetapi, identitas tersebut bermula sebagai Pasar yang memperjual belikan dagangan hasil pertanian masyarakat.

"Iya tahun 1900-1950-an disitu kebanyakan untuk pasar pertanian. Jadi masyarakat yang turun atau naik Trem itu kan bawa barang dagangannya. Sebelum ke Trem atau pas turun dibeli orang, ditaruh di kawasan itu," bebernya.

Era Tahun 1942 Saat Jepang Masuk Indonesia

Di era perang Jepang, memaksa orang-orang Belanda yang telah menetap di Indonesia, khususnya Malang harus ditangkap dan dibawa ke daerah Cimahi hingga Surabaya untuk dilakukan penahanan. Di masa itulah pergeseran peran Pasar Comboran dari dagangan pertanian beralih ke Pasar Loak atau barang bekas.

Agung menceritakan, pergeseran tersebut bermula dari barang-barang peninggalan orang Belanda yang akhirnya diserahkan kepada para pembantunya, seperti halnya pakaian. Dari barang yang ditinggalkan itulah, oleh para pembantu sebagian dipakai dan sebagian pun diperjual belikan di daerah Comboran.

"Ingat, ketika tahun 1942 itu pakaian sulit didapat. Maka dari itu terciptalah pasar pakaian bekas. Bekas orang belanda di tahun 1942-1945," ungkapnya.

Dari itulah, Pasar Comboran mulai dikenal sebagai Pasar Loak, karena menjual berbagai barang bekas peninggalan Belanda yang telah ditinggalkan. "Jadi di akhir periode 1950an berkembang lah menjadi tempat jual beli barang-barang eks Belanda. Seperti pakaian hingga alat-alat rumah tangga," katanya.

Masuk era 1960-an Hingga 1980-an

Di era tahun 1960-an, semakin lama macam-macam penjualan di Pasar Loak Comboran pun semakin berkembang. Di sisi Selatan Comboran, terdapat kawasan pergudangan dan Perbengkelan, tepatnya di sekitar Jalan Bengkel, Kota Malang.

Di kawasan tersebut, disebutkan Agung, banyaknya barang-barang reject atau cacat produksi diperjual belikan kembali di Pasar Loak Comboran.

"Tapi lama kelanaan peralatan yang kecil-kecil itu dijual hingga ke area Comboran. Akhirnya muncul ada pasar pakaian bekas, peralatan rumah tangga, alat-alat bangunan dan munculah perbengkelan juga," bebernya.

Pergeseran alat perbengkelan pun semakin meluas hingga adanya jual beli sparepart kendaraan sepeda motor (R2) dan mobil (R4). Hal itu ditunjang pada era 1970 hingga 1980-an lagi tinggi-tingginya perguruan tinggi di Malang dan masuknya ribuan mahasiswa luar kota yang memilih di Malang.

"Nah mahasiswa kan kebanyakan bawa kendaraan. Mereka memilih cari sparepart bekas di sana. Penting bagus dan harga terjangkau," tuturnya.

Era 1990-an Hingga 2000-an Identitas Pusat Loak di Jawa Timur

Memasuki era 1990an hingga 2000an awal, barulah dibangun Pasar di sisi Barat dan tiga tahun kemudian dibangun Pasar pada sisi Timur Comboran. Di era ini lah, Comboran disebut sebagai Pusat Loak Jawa Timur atau lebih tepatnya Pasar yang menjual barang antuk terbesar di Jawa Timur.

"Dari masa ke masa memang harus diakui bahwa Comboran ini memang menjadi pusat barang loak dan antik terbesar di Jawa Timur," katanya.

Meski begitu, kekinian para penjual barang antik memang telah berkurang dan memilih berjualan di gang-gang sekitar Pasar Loak Comboran. "Jadi mulai keris sampai barang antik peninggalan Belanda ada di situ. Orang Semarang, Jogja, Solo dan Surabaya bilang kalau mau cari barang antik pasti ke Comboran," ucapnya.

Terpisah, salah satu pedagang Sepeda bekas di kawasan Pasar Comboran, Ambon mengaku telah berjualan belasan tahun di kawasan ikonik Kota Malang tersebut secara turun temurun. "Bapak saya masuk ke sini tahun 1992. Katanya memang dulu tempat Dokar itu dan sampai sekarang saya masih di sini," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES