Peristiwa Internasional

Bahas Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, KBRI Canberra Pertemukan Ilmuwan Australia - Indonesia

Kamis, 28 April 2022 - 11:11 | 94.06k
Kantor Atdikbud KBRI Canberra menggelar acara Strategic Talk #3 dengan tema 'Women's Economic Empowerment in Muslim Country: an Indonesia case'  secara daring. (Foto: KBRI Canberra for TIMES Indonesia)
Kantor Atdikbud KBRI Canberra menggelar acara Strategic Talk #3 dengan tema 'Women's Economic Empowerment in Muslim Country: an Indonesia case'  secara daring. (Foto: KBRI Canberra for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, AUSTRALIA – Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra pada Selasa (26/4/2022) menggelar acara Strategic Talk #3 dengan tema 'Women's Economic Empowerment in Muslim Country: an Indonesia case'  secara daring.

Di acara ini diungkapkan,  perempuan di Indonesia memiliki peran jauh lebih maju dibanding negara muslim lain. Mereka mendapatkan ruang yang luas untuk melakukan peran-peran domestik maupun peran-peran publik. Dalam konteks ekonomi, tak ada larangan bagi kaum perempuan di Indonesia untuk belajar setinggi-tingginya dan memilih profesi yang mereka inginkan.

Acara ini menghadirkan pembicara para ilmuwan dari Australia dan Indonesia yang telah banyak bergelut di bidang pemberdayaan perempuan. 

Pembicara tersebut adalah prof Minako Sakai dari University of New South Wales (UNSW), prof Amelia Fauzi dan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Riani Rachmawati, PhD dari Universitas Indonesia (UI). Strategic Talk dimoderati oleh Dr. Prita Prasetya yang juga dosen di Universitas Prasetya Mulya.

Tujuan acara ini, sebagaimana diungkapkan oleh Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, adalah untuk memperingati hari Kartini dengan menyelami peran-peran perempuan di Indonesia dan negara muslim lain dalam pemberdayaan ekonomi. 

Kegiatan ini juga ditujukan untuk mempertemukan ilmuwan perempuan di Indonesia dan Australia agar bisa saling bersinergi dalam menguatkan peran dan kontribusi perempuan dalam pembangunan, khususnya di Indonesia.

KBRI-Perempuan-02.jpg

"Ilmuwan perempuan di Indonesia dan Australia bisa jadi memiliki peran yang berbeda, karena situasi sosial dan budaya antar kedua negara yang berbeda. Namun ilmuwan perempuan Australia dan Indonesia bisa bersinergi untuk merumuskan peran-peran universal kaum perempuan dalam perekonomian suatu masyarakat bahkan negara," urai Najib.

Dalam paparannya, Minako Sakai mengungkapkan bahwa kaum perempuan di Indonesia banyak terlibat aktif dalam penguatan ekonomi keluarga. Mereka mengelola usaha-usaha mikro untuk membantu suami dalam meningkatkan penghasilan. 

Di Indonesia, menurutnya, dukungan ekosistem terhadap perempuan yang berbisnis cukup baik. Selain pemerintah, dukungan bagi perempuan yang berbisnis juga diberikan oleh organisasi-organisasi seperti Darma Wanita, PKK, dan pengajian-pengajian. 

"Islam dalam hal ini dapat menjadi sumber motivasi positif bagi perempuan untuk berbuat lebih banyak, termasuk dalam bidang ekonomi. Lembaga-lembaga sosial Islam juga sangat membantu perempuan muslim yang ingin berbisnis dengan memberikan pelatihan dan kadang permodalan," jelas Minako.

KBRI-Perempuan-03.jpg

Sementara Amelia Fauzi, yang juga guru besar UIN Jakarta ini menguraikan bahwa 60-80 persen usaha mikro di Indonesia dikelola oleh perempuan. 

Ia menyebut, keterlibatan perempuan dalam aktifitas ekonomi dan sektor publik di Indonesia sudah terjadi sejak lama. Dalam hal ini, tambah Amelia, dukungan pemerintah terhadap aktifitas kewirausahaan perempuan diwujudkan dalam konsep ekonomi kerakyatan.

Senada dengan Minako, Amelia juga menjelaskan bahwa dukungan pemerintah terhadap wirausahawan perempuan sejalan dengan dukungan organisasi keislaman di Indonesian. Menurutnya, Indonesia memiliki keunikan dibanding negara-negara muslim lain seperti Bangladesh, negara-negara timur tengah, bahkan Malaysia. 

"Di Indonesia, organisasi keislaman sangat mendukung pertumbuhan aktifitas perempuan dalam berbisnis. Perempuan di Indonesia memiliki tugas domestik di rumah, namun hal itu tidak menghalangi mereka untuk membantu suami dalam menguatkan ekonomi keluarga dengan berbisnis," tutur Amelia.

KBRI-Perempuan-04.jpg

Dalam kaitannya dengan peran ekonomi kaum perempuan di Indonesia, Dosen FEB UI Riani Rachmawati memaparkan hasil penelitiannya mengenai perempuan-perempuan Indonesia yang menjadi supir ojek online. 

Menurutnya banyak kendala yang dihadapi oleh perempuan yang berprofesi sebagai Lady Driver di Indonesia, dari mulai ancaman pelecehan sampai risiko pembayaran. Banyak masalah dihadapi oleh Lady Driver yang membutuhkan advokasi. Mereka bekerja 10-12 jam per hari, kadang malam hari sampai pagi untuk mendapatkan penghasilan. 

"Namun jaminan sosial dan hak-hak mereka sebagai pekerja sangat terbatas. Berangkat dari kesadaran ini, sebagian lady driver membentuk majelis taklim, mereka juga membentuk organisasi agar bisa saling dukung dan saling menguatkan antara satu sama lain," jelas Riani.

Kegiatan yang  difasilitasi KBRI Canberra dan dihadiri lebih dari 100 peserta mulai  dosen, peneliti, mahasiswa dan pegiat pemberdayaan masyarakat ini dirasa sangat penting oleh peserta. Dalam sesi tanya jawab peserta mengungkapkan perlunya kolaborasi di antara ilmuwan perempuan dan para pemangku kepentingan lain dalam meningkatkan peran-peran perempuan Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Dhian Mega

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES