Kuliner

Tape Manis Madu Paringan Ponorogo, Punya Cita Rasa Khas dan Lebih Tahan Lama

Minggu, 24 April 2022 - 16:35 | 133.79k
Fatmawati, pemilik usaha rumahan Tape Manis Madu Paringan, Ponorogo saat menunjukkan tape yang sudah siap dikirim ke konsumen. (Foto : Nazzahilla Ananda/Magang IAIN Ponorogo/TIMES Indonesia)
Fatmawati, pemilik usaha rumahan Tape Manis Madu Paringan, Ponorogo saat menunjukkan tape yang sudah siap dikirim ke konsumen. (Foto : Nazzahilla Ananda/Magang IAIN Ponorogo/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Ponorogo punya usaha rumahan bidang kuliner yang punya cita rasa khas. Yakni Tape Manis Madu Paringan. Tape manis ini diproduksi di rumah pasangan suami istri Pariono dan Fatmawati di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Ponorogo.

Tape manis madu ini selain dikenal punya ciri  rasa yang khas, juga tahan lama dan tidak cepat berlendir. Karena itu, tape manis ini telah berhasil menembus ke Hongkong setelah dibawa salah seorang buruh migran asal Ponorogo. Kali pertama, terjadi pada 2018 lalu dengan dikirim 10 besek tape manis madu ke Hongkong.

Produksi Tape Manis Madu Paringan sudah dimulai pasutri Pariono dan Fatmawati sejak awal 2017. Usaha itu kini berkembang setelah banyak mendapat dukungan. "Awalnya kami didukung pihak desa, lalu mengikuti bazar, kemudian beberapa  mahasiswa juga turut membantu memperkenalkan kepada khalayak umum. Seperti mahasiswa dari IAIN Ponorogo, Unair Surabaya, UNIDA Gontor dan juga dari Malang,” tutur Fatmawati.

Tape-Manis-Ponorogo-2.jpgTape yang sudah dimasak dan dikeringkan siap untuk dimasukkan ke dalam wadah untuk dikemas. (Foto : Nazzahilla Ananda/Magang IAIN Ponorogo/TIMES Indonesia)

Tape manis madu ini juga pernah diikutkan dalam rangka desa produktif dan menyabet juara 2 se-Jawa Timur. Tape manis madu Paringan ini berbeda dengan tape pada umumnya. Selain cita rasa yang khas, tape ini juga memiliki keunggulan lebih tahan lama dibandingkan yang biasanya.

“Tape kami bisa bertahan sekitar satu minggu dan tapenya ini tidak mengeluarkan air, beda dengan tape pada umumnya yang hanya bertahan 2-3 hari saja dan mengeluarkan air,” jelasnya.

Tape-Manis-Ponorogo-3.jpgPengemasan tape yang sudah jadi dan biasanya waktu pengiriman tape masih dalam keadaan mentah agar meminimalisir kerusakan saat dikirim.  (Foto : Nazzahilla Ananda/Magang IAIN Ponorogo/TIMES Indonesia)

Namun tidak dapat dipungkiri terdapat banyak kendala, seperti kurangnya pasokan bahan baku pembuatan tape. Hal tersebut dikarenakan peralihan ladang yang semula untuk menanam ketela, beralih ditanami komoditi lain. "Biasanya satu hari bisa mendapatkan bahan baku ketela pohon 1 ton, tapi sekarang cuma dapat 1-2 kwintal,” kata Fatmawati.

Ditanya omzet, jika bahan baku ada dan cukup sesuai permintan pelanggan, biasanya dari usaha Tape Manis madu Paringan Ponorogo ini bisa meraup sekitar Rp15 juta sebulan. Tapi jika bahan bakunya kurang, biasanya pendapatan hanya di kisaran Rp5-6 juta. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES