Kopi TIMES

Bagaimana Sih Desain Tempat Umum yang Ramah Bagi Semua Orang?

Minggu, 24 April 2022 - 12:00 | 57.53k
Maria Yuanita Angelica.
Maria Yuanita Angelica.

TIMESINDONESIA, JEMBER – Saat ini Pemerintah Indonesia sedang melaksanakan program perbaikan dan pengembangan masyarakat guna menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat yang sempat menurun jauh dikarenakan adanya pandemi Covid-19. Pariwisata dan industri kreatif merupakan salah satu sektor yang mendapatkan program perbaikan pemerintah. Sebelumnya sektor pariwisata ini menunjang perekonomian masyarakat cukup banyak terutama di daerah wisata, namun dikarenakan pandemi pendapatan masyarakat di daerah wisata menurun drastis. 

Banyak area wisata, pusat oleh-oleh, hotel, dan penginapan yang tutup. Destinasi wisata yang saat ini dikembangkan ada beberapa macam di antaranya wisata alam, wisata religi, wisata budaya, wisata kuliner, dan industri kreatif. 
Pengembangan destinasi wisata ini menggunakan program Cleanliness, Health, Safety, And Environmental Sustainability (CHSE). 

Dengan adanya program tersebut diharapkan penggunjung semakin antusias dan meningkat. Mengacu pada Environmental Sustainability, lingkungan wisata yang dikembangkan sebaiknya dapat diakses oleh semua orang sehingga dapat mencapai tujuan semaksimal mungkin. Semua orang yang dimaksud adalah wisatawan mancanegara, domestik, maupun lokal serta wisatawan berkebutuhan khusus. Orang berkebutuhan khusus adalah orang yang membutuhkan alat bantu dalam beraktivitas seperti alat bantu jalan, alat bantu pendengaran, alat bantu pengelihatan, dan sebagainya. 

Kaum disabilitas juga termaksud dalam orang berkebutuhan khusus. Adanya hak dan akses disabilitas untuk berpariwisata telah diatur dalam UU No 8 tahun 2016 pasal 16 dan pasal 18 dan 19. Dalam pasal 16 dijelaskan dan diuraikan hak kebudayaan dan pariwisata. Pada pasal 18 diuraikan hak akses aksesibilitas sedangkan pada pasal 19 diuraikan hak pelayanan publik.

Dari wisatawan yang berbagai macam maka fasilitas yang dibuat haruslah dapat diakses dan dimengerti oleh semua orang dengan penerapan universal design. Universal design berarti desain yang dapat dipakai oleh semua kalangan. 

Universal design yang dapat diterapkan dalam area wisata sebagai berikut:

1. Menyediakan parkiran khusus untuk orang berkebutuhan khusus

Parkiran ini diletakan dekat dengan pintu masuk untuk kemudahan akses masuk ke area wisata. Parkiran ini disediakan khusus untuk penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus sehingga ada jarak 120 cm antarmobil untuk memudahkan mobilitas penggunanya.

2. Ada ramp atau bidang miring untuk akses naik ke tempat yang lebih tinggi

Bidang miring ini berguna untuk mempermudah memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi, termasuk mempermudah akses pengguna alat bantu jalan (kursi roda, tongkat, kereta bayi, dan sebagainya) ataupun orang dengan gangguan gerak kaki. Ramp sebaiknya dilengkapi dengan railing pada sisi kanan dan kirinya untuk pegangan orang yang menggunakannya termaksud pengguna kursi roda mandiri. Ketinggian dari ramp harus disesuaikan dengan derajat kemiringan maksimal 6 derajat agar tidak terlalu curam untuk digunakan.

3. Peletakan rambu dan petunjuk jalan dengan tulisan yang jelas

Penggunaan rambu dan petunjuk jalan ini ditujukan agar pengunjung tidak kesulitan dalam menemukan jalan keluar atau jalan ke tempat lain dan mengetahui area mana saja yang boleh diakses dan tidak. Pemilihan font tulisan dan ukuran pada rambu dan petunjuk arah harus dapat dilihat dengan baik termasuk oleh orang dengan bias pandang. Pemakaian warna juga harus kontras agar tulisan dapat terbaca. Pada tempat wisata yang ditujukan untuk wisatawan mancanegara penggunaan Bahasa inggris di tambahkan pada rambu dan petunjuk jalan.

4.Menyediakan toilet khusus untuk disabilitas

Toilet atau rest area merupakan salah satu tempat yang paling dicari oleh penggunjung terutama pengunjung dari luar daerah tersebut. Kerap kali toilet yang dibuat pada tempat wisata seadanya saja dengan ukuran menyesuaikan lokasi dan fasilitas cukup. Dengan keadan toilet yang seperti ini ada beberapa orang yang kesusahan dalam menggunakannya, sehingga dibutuhkan toilet yang dapat diakses oleh orang berkebutuhan khusus itu. Standart minimal ruangan untuk toilet disabilitas adalah 4 meter persegi dengan closed duduk, wastafel dengan bagian bawah terbuka, pegangan pada kanan kiri closed, lantai bertekstur dengan warna terang.

5. Pintu masuk utama jelas

Pintu masuk yang terlihat dengan jelas tanpa tertutupi oleh barang yang mengahalangi pandangan untuk mengaksesnya. Tanda petunjuk arah juga ditambahkan apabila pintu masuk sedikit masuk dan kurang terlihat jelas, penambahan rambu penanda pintu masuk jika berdekatan dengan pintu lainnya. Penggunaan pintu masuk dengan sensor otomatis juga sangat membantu para pengunjung dalam mengurangi tenaga untuk mendorong atau menarik pintu terutama pada orang-orang dengan alat bantu jalan, membawa barang dalam jumlah banyak, membawa kereta bayi atau anak balita.

6. Tangga

Apabila ada penggunaan tangga pada bangunan sebaiknya memperhatikan beberapa hal seperti penggunaan railing tangga untuk pegangan dengan ketinggian standart 90 cm, ada bordes untuk istirahat setelah 20 anak tangga, step noise pada ujung anak tangga untuk mengurangi selip, penanda berupa lantai bertekstur sebelum dan sesudah adanya tangga, ukuran ketinggian anak tangga 17 cm sedangkan lebar anak tangga 30 cm, penggunaan lift untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai.

Dengan diterapkannya desain universal diharapkan membantu kemudahaan akses semua pengunjung. Penerapan ini juga disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan jenis tempat wisata. (*)

*) Penulis Maria Yuanita Angelica adalah mahasiswi tingkat akhir Desain Interior Universitas Kristen Petra dan saat ini tinggal di Jember, Jawa Timur.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES