Kopi TIMES

Dakwah Pembangunan Muhammadiyah di Kelompok Marjinal

Kamis, 21 April 2022 - 17:29 | 62.26k
Moch Edward Trias Pahlevi S.IP., M.I.P; (Peneliti Pusat Studi Muhammadiyah).
Moch Edward Trias Pahlevi S.IP., M.I.P; (Peneliti Pusat Studi Muhammadiyah).

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Secara etimologis, kata dakwah berarti menyeru, memanggil, mengajak, mengundang. Kata dakwah secara etimologis terkadang digunakan dalam arti mengajak kepada kebaikan yang pelakunya ialah Allah swt., para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang telah beriman dan beramal shaleh.

Atau dapat diartikan sebagai pembebasan. Pembebasan dimaksudkan karena dakwah berarti membebaskan manusia dari sifat-sifat kafir, syirik, maksiat dan ingkar. Dikatakan pembangunan karena dakwah berarti pembangunan iman, tauhid, taqwa, akhlak dan kesejahteraan kehidupan. Sehubungan dengan ungkapan ini, dikatakan pula bahwa perkataan “dakwah” dibatasi pengertian dan masalahnya pada “penerapan agama”, sedangkan dengan perkataan “pembangunan” dibatasi pengertian dan masalah-nya dengan perkaataan “pembangunan” di bidang keagamaan. Jika kita mendefinisikan secara dalam makna dakwah pembangunan sebuah usaha yang dilakukan secara aktif dan terukur dalam proses pembangunan masyarakat yang memberikan sumbangan positif dalam mengisi pembangunan manusia. 

Jika merujuk pada Surah Ali Imran  ayat 110 menjelaskan kepada kita beberapa asas pembangunan umat yakni tujuan ujuan pembangunan adalah mencapai keunggulan umat, khaira ummah (the best umah). Meminjam filosof muslim  al-Farabi menyebutnya dengan term al-Madinah al-Fadhilah (negara utama), yaitu masyarakat yang memiliki keunggulan secara ilmu, pemikiran, budaya, dan peradaban atau yang dalam bahasa sekarang dinamakan masyarakat yang berkeadaban (civilized society).

Dalam Konteks Muhammadiyah yang berusia lebih dari 1 abad sesugguhnya memiliki kesadaran yang lebih kuat untuk berdakwah di kalangan kelompok marjinal sebagaimana yang diputuskan pada Tanwir Bandung 2021 dinyatakan secara jelas bahwa dalam kondisi sekarang perlu ada perubahan strategi dakwah yang relevan dengan dinamika masyarakat kontemporer yang terkait dengan sosial-ekonomi yang selama ini belum menjadi perhatian yang sungguh-sungguh. Permasalahan sosial ekonomi akan menjadi perbedaan pola hidup dan cara berfikir. Jadi tidak benar kalau Muhammadiyah terlalu elitis dalam gerakan dakwahnya, sebab apa yang dilakukan oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) menunjukan fakta bergerak di grassot hingga ke suku yang marjinal. 

Jika kita ingin jujur dalam melihat sejarah bahwa Muhammadiyah merupakan generasi awal dalam memelopori dakwah bagi kelompok dhua’afa-mustadh’afin. Landasan awal dalam mendirikan Muhammadiyah yang bersifat membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kaum dhu’afa atau marjinal secara inspiratif lahir dalam surat Al Ma’un. 

Inklusifitas Muhammadiyah di Kampung Warmon Suku Kokoda

Kampung Warmon Kokoda merupakan sebuah desa yang dihuni oleh masyarakat asli Papua dengan kelompok yang disebut dengan Suku Kokoda. Masyarakat Suku Kokoda merupakan masyarakat asli Papua yang berasal dari salah satu daerah di Kabupaten Sorong Selatan. Suku Kokoda dianggap salah satu suku yang termajinalkan di kelompok suku-suku lain di papua. Istilah tuan tanah dalam hal kepemilikan atas suatu wilayah masih sangat kental di Papua, sehingga meskipun sama-sama asli orang Papua, masyarakat Suku Kokoda tetap saja tak beda seperti halnya para transmigran jawa lainnya yang disebut suku pendatang. Suku Kokoda kerap kali dianggap sebelah mata oleh kalangan banyak orang terutama oleh pemerintah daerah, hal ini tergambarkan pada masyarakat suku Kokoda tidak mendapatkan bantuan sedikitpun oleh pemerintah daerah. 

Pengamatan kami sebagai peneliti Pusat Studi Muhammadiyah melihat Kampung Warmon Kokoda yang merupakan kampung yang diinisiasi oleh Muhammadiyah secara resmi telah memiliki legalitas sebagai pemerintahan desa mengalami seetidaknya perubahan secara sosial di masyarakat. Masyarakat Suku Kokoda yang selama ini hidup berpindah-pindah (Nomaden) menjadi menetap hal ini akibat dari adanya struktur kelembagaan yang dimiliki oleh masyarakat kampung warmon yaitu adanya pengurus pemerintahan desa. Muhammadiyah melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat dan Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong melakukan advokasi dan pendampingan bagi pemerintah desa dan juga masyarakat. kegiatan yang diberikan oleh Muhammadiyah seperti pendirian sekolah dasar di Suku Kokoda, Pendampingan dalam pembuatan koperasi dan UMKM, Bantuan Alat perikanan, Dakwah pemberdayaan Pengalaman Rumah di Desa Warmon, Advokasi Muhammadiyah ke pemerintah pusat dalam pembangunan rumah di Desa Warmon, Pembentukan pemerintah desa dan penguatan tata kelola pemerintah desa, serta penerjunan mahasiswa KKN kampus Muhammadiyah.

Kontribusi Muhammadiyah dalam perubahan sosial di Kampung Warmon Suku Kokoda

Pada pertengahan tahun 2013 Muhammadiyah melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) masuk kepemukiman suku Kokoda yang lokasi pemukiman tersebut merupakan milik suku transmigran, sehingga dapat dikatakan suku Kokoda yang merupakan suku asli Papua tersebut menumpang dilahan milik suku transmigran. Melihat realita tersebut, MPM hadir untuk melakukan pemberdayaan kepada suku Kokoda tersebut dengan tujuan 7 utama melakukan pemberdayaan masyarakat dengan tahap awal pembebasan lahan dan mengajak masyarakat suku Kokoda tersebut mandiri dalam berbagai bidang.

MPM hadir untuk mendampingi suku Kokoda melalui pendekatan kultural dengan langsung turun dalam proses pendampingan teknis. Sedangkan strategi struktural yang dibangun berupa advokasi, yaitu membangun kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Bahwa perlu adanya koordinasi dan kolaborasi dengan pemerintah ditingkat Kabupaten untuk membuka akses dan memfasilitasi suku Kokoda supaya bisa terlibat dan merasakan pembangunan. Salah satu upaya agar masyarakat suku Kokoda dapat merasakan pembangunan ialah membentuk sebuah pemerintahan desa agar masyarakat suku Kokoda dapat mandiri. 

Perubahan struktural masyaralat dapat dilihat dari sisi Pendidikan sebelum kehadiran Muhammadiyah kondisi Pendidikan di masyarakat Suku Kokoda sangat mengkhawatirkan. Menurut Syamsudin Kepala Desa masyarakat suku Kokoda bersekolah hanya 10 orang setelah hadirnya Muhammadiyah dalam mendirikan sekolah menjadi 50 orang suku Kokoda mulai bersekolah dasar. Dengan terbentuknya pemerintahan desa ada beberapa Suku Kokoda mendapatkan bantuan uang/beasiswa untuk bersekolah di Pulau Jawa. Hal ini menjadikan perubahan pola pikir masyarakat untuk terbuka secara Pendidikan.

Kehadiran Muhammadiyah dalam mengadvokasi terbentuknya pemerintah desa di kampung Warmon mengakibatkan adanya akses bantuan kesehatan di masyarakat. masyarakat kini dapat berobat dengan gratis. Dan terjadi penambahan penduduk dari suku asli Kokoda, dalam paparan Kepala Desa Syamsudin mengatakan Pendudukan Warmon Kokoda bertambah menjadi 180 KK dengan jumlah penduduk kurang lebih 600 Jiwa. Dan sekarang mereka memiliki KTP dan mudah untuk mendapatkan akses-akses bantuan dari pemerintah. Bertambahnya penduduk ini dikarenakan adanya Suku Kokoda asli yang datang dan menganggap bahwa adanya sebuah pemerintah desa mereka dapat hidup menjadi lebih layak“

Berkat kehadiran Muhammadiyah terlihat banyak perubahan yang terjadi di Kampung Warmon Suku Kokoda, dalam pengamatan kami berkujung ke Kampung Warmon menjadikan penambahan wawasan betapa luarbiasanya Muhammadiyah dalam kerja-kerja dakwah pembangunan. Selama ini Muhammadiyah dikenal hanya menyasar dikalangan perkotaan namun sesugguhnya Muhammadiyah justru hadir di kalangan yang tertinggal dan termajinalkan.

***

*) Oleh : Moch Edward Trias Pahlevi S.IP., M.I.P; (Peneliti Pusat Studi Muhammadiyah).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____
**)
Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES