Kopi TIMES

Pemahaman dan Pengembangan Metaverse dan NFT Sebagai ijtihad PMII dalam Transformasi Digital

Kamis, 21 April 2022 - 15:12 | 64.29k
Supriyatna, Koordinator Kaderisasi PK PMII Hasyim Asyari Tebuireng Jombang.
Supriyatna, Koordinator Kaderisasi PK PMII Hasyim Asyari Tebuireng Jombang.

TIMESINDONESIA, JOMBANG – 62 Tahun kelahiran PMII harusnya menjadi bahan renungan dan refleksi bagi kader-kader PMII seluruh Indonesia. Bagaimana tidak, dengan berkembang pesatnya laju arus informasi dan digitalisasi menjadikan dunia dalam bagian ketiga.

Dunia ketiga ini berpesan sebagai penghubung/virtual reality bagi manusia yang memungkinkan kita terhubung satu sama lain dengan cepat, dalam teknologi metaverse dunia ketiga ini bisa dikatakan sebagai gerbang awal masuknya manusia kedalam sebuah sistem yang terkomputasi. Bagaimana cara kerjanya? 2022 ini merupakan awal dari dunia metaverse semenjak diperkenalkannya era decentraland. Decentraland ini memungkinkan manusia menjelajah semesta digital seperti halnya pada dunia nyata.

Saat ini, teknologi untuk mencapai itu belum ada realisasinya, tetapi dengan berkembangnya media sosial yang semakin pesat dimana manusia berinteraksi sepenuhnya dengan media sosial seperti pendidikan, perbankan, e-comerce/perbelanjaan, dan interaksi sosial lainnya memungkinkan kedepannya akan semakin pesat dan tentunya dunia metaverse ini akan semakin terwujud.

Berkembangnya teknologi metaverse ini menjadikan tantangan yang harus dijawab bagi kader-kader PMII sebagai dinamika yang harus kita selesaikan. Tentunya dinamika tersebut harus dijawab sebagai solusi kongkrit yang menentukan hidup matinya budaya dan komunitas yang bernama manusia termasuk didalamnya kader-kader PMII.

Disaat kader-kader PMII disibukkan dengan perdebatan fiqh muamalah yang mengatur sistem keuangan dan perekonomian, dunia sudah melampaui itu semua dengan transformasi digitalisasi. Diperlukan formulasi agar kader-kader PMII ini bisa melampaui dunia dengan transformasi sosial dibidang digitalisasi. Dibutuhkan kreatifitas yang mendorong kader-kader untuk memasuki peradaban baru itu. Dan hanya kreatifitaslah yang menumbuh suburkan gerakan-gerakan PMII supaya tidak statis dan harus dinamis. Positioning kreatifitas ini menjadi tenaga budaya untuk melahirkan fleksibilitas dan menjadi pondasi agar pergerakan PMII tidak runtuh ditelan dinamika kemajuan.

ijtihad PMII dalam Transformasi Digitalisasi

Pemahaman soal metaverse dan NFT ini menjadi sebuah fenomena ketimpangan literasi yang terjadi di era ini. Dimana tidak semua kader/orang mampu menyerap pemahaman dan literasi ini secara utuh. Padahal jika dilihat dari urgensinya metaverse dan segalaa yang ada didalamnya merupakan dinamika baru yang mengancam hilangnya budaya lokal dan matinya arah gerak organisasi. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana sektor pendidikan, perbelanjaan, perbankan, bahkan pariwisata dapat dikuasai ruang digital. Ancaman seperti ini yang menuntut kita untuk produktif dan kreatif dalam mengelola dan mengolah segala bentuk eksistensi digital semacam itu agar kita tidak menjadi objek permainan dan penguasaan mereka. Kita harus masuk sebagai subjek dan pionir dalam mengendalikan dunia digital, untuk itulah pembaharuan (ijtihad) PMII dilakukan.

Dengan cara apa?

Oke, sekarang kita masuk kepada pembahasan teknologi NFT dan metaverse sebagai induknya. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, metaverse sebagai induk lahirnya berbagai macam teknologi NFT. Dimana NFT ini merupakan teknologi blockchain yang memungkinkan orang untuk mengumpulkan aset digital dan memperjualbelikannya, termasuk seperti karya seni lukisan, musik dan gambar. Apakah hanya sebatas itu?
Untuk menjawab pertanyaan seperti itu tentunya harus dipahami apa itu NFT secara utuh dan bagaimana cara kerjanya. Jika kita bongkar NFT itu berasal dari kata Non Fungible Token. Fungible disini diartikan sebagai aset yang tidak bisa dipecah dan tidak bisa dijadikan alat tukar yang nilainya bisa disamakan.

Contohnya seperti ketika kita memiliki uang 10.000 maka uang dapat kita pecah/tukarkan dengan 2 uang 5.000. tetapi untuk aset fungibel ini tidak bisa seperti itu. Pendek kata NFT ini merupakan aset digital yang bisa diperjualbelikan tetapi tidak bisa ditukar dengan NFT lainnya. Setiap NFT memiliki catatan transaksi yang terekam pada jaringan blockchain. Catatan ini berisi tentang siapa penciptanya, berapa harganya, dan histori kepemilikannya. 

Balik lagi ke pertanyaan awal, NFT ini secara utilitas bukan hanya sebatas karya seni. Tetapi jika kita melihat lebih jauh soal pengembangan metaverse, NFT ini berperan sebagai item pelengkap dari metaverse itu sendiri. Jika kita melihat item-item yang ada di dunia nyata, maka pada dunia metaverse item-item itulah yang akan menjadi NFT nya. Contohnya seperti bangunan, tanah, rumah, mobil, dll. Mengapa demikian? Karena pada pengembangannya NFT mengadopsi banyak hal yang kita lihat secara nyata yang itu nantinya akan di konversikan ke dalam bentuk digital, hal ini yang dilakukan NFT berbasis penjualan real estate seperti sandbox dan Land. 

Pemanfaatan metaverse dalam arah gerak PMII kedepan

Ketika membahas metaverse maka tidak lepas dari teknologi NFT didalamnya. Untuk pengembangan awal adalah bagaimana membangun citra diri PMII kedepan? Agar citra organisasi ini baik maka perlu melakukan transformasi dengan pemanfaatan kemajuan teknologi ini, PMII harus bisa beradaptasi dengan maraknya pemberitaan mengenai NFT dan metaverse ini, karena realitasnya sekarang, para influencer dan pegiaat sosial media ramai memberitakan NFT.

Tugas kita adalah menjadi subjek atas informasi tersebut. Kita tahu bahwa kader-kader PMII merupakan kader yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai ide segar setiap masa/periodenya. Citra organisasi yang dibangun beriringan dengan informasi dan pemberitaan semacam itu sangat efektif. Karena orang-orang akan memandang bahwa PMII ini merupakan organisasi yang tidak tergerus dimakan zaman, yang akan berinovasi demi terciptanya iklim dan ekosistem organisasi yang maju dan mendunia.

Maka atas dasar itu kemudian saya dan teman-teman dari komisariat Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang melahirkan NFT bertemakan santri, yaitu crypto.santri

Crypto.santri projek NFT karya kader PMII

Atas dasar membangun citra organisasi yang modern itulah terciptanya ide segar mengenai pengembangan NFT ini. Citra organsasi yang baik tercipta dari tantangan organisasi dalam ekosistem modernisasi disetiap gerakannya. NFT cryptos.santri ini mengangkat kebudayaan lokal (local wisdom) sebagai landasan pembuatannya. Dimana menggabungkan karakter-karakter santri dengan ciri khas budaya nusantara. Inisiasi dan inovasi ini lahir dari beberapa sahabat yang mempunyai minat dan hobi yang sama mengenai teknologi metaverse, yaitu saya sendri sebagai CEO crypto.santri, Sahabat Gayuh Afwa M sebagai CTO crypto.santri, dan Sahabat Ikhsan sebagai COO crypto.santri. Walaupun NFT ini belum secara sempurna ideal. Tetapi ini merupakan terobosan baru dan sebagai ijtihad kaum pergerakan dalam percepatan teknologi digitalisasi di tubuh PMII. Dengan harapan kedepannya lahir berbagai macam industri kreatif yang mengadopsi metaverse dan berbagai macam industri financial technology yang lahir dari rahim Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. 

***

*) Oleh: Supriyatna, Koordinator Kaderisasi PK PMII Hasyim Asyari Tebuireng Jombang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES