Kopi TIMES

Nuzulul Qur'an, Malam Turunnya Ilmu

Rabu, 20 April 2022 - 23:44 | 45.74k
Bambang Melga M.Sn, Aktifis NU, pemikir, penulis, pemerhati sosial, seniman.
Bambang Melga M.Sn, Aktifis NU, pemikir, penulis, pemerhati sosial, seniman.

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Tidak bisa dipungkiri turunnya Al-Qur'an atau Nuzulul Qur'an ke dunia yang selalu kita peringati di setiap tanggal 17 Ramadan, yang wahyunya dibawa melalui Malaikat Jibril, menandaskan kepada Nabi kita, Muhammad SAW, untuk bisa membaca. 

"Iqro" (Bacalah) itu merupakan awal, pengajaran Malaikat Jibril, yang membuka pintu masuk bagi umat, ke babak baru, dunia pengetahuan. Wahyu yang Allah sampaikan kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, melalui Malaikat Jibril, merupakan suatu pembatas, bagi manusia umat Nabi Muhammad, dengan manusia lainnya, dalam hal petunjuk melihat kebenaran.

Melihat suatu kebaikan dan kebatilan. Melihat kemungkaran dan kepatuhan. Melihat kedurhakaan dan kesolehan. Melihat yang benar dan yang salah.

Surat Al Baqarah ayat 185 ;
Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). 

Nuzulul Qur'an, harus dimaknai sebagai Wahyu pertama dari Tuhan yang Allah wartakan, sebagai suatu petunjuk, tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Dengan jalan awalan, umat harus bisa ber-iqro (bacalah). Dan secara tidak langsung, Allah mengiring umat Nabi Muhammad ini, pada meraih kecerdasan, dalam membangun akalnya, yang didapat dengan ilmu, yang akan mengantarkannya pada keimanan yang lebih kuat, Ainul Yakin, untuk bisa menjadi manusia yang masuk dalam maqom kedudukan manusia yang ihsan.

Rasulullah SAW pernah ditanya oleh Malaikat Jibril tentang arti ihsan. Rasulullah SAW menjawab, “Ihsan adalah kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Sekali pun kamu tidak dapat melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat (apa yang kamu kerjakan).”

Bersyukurlah kita pada adanya peristiwa Nuzulul Qur'an tersebut Karena sebagai mana layaknya umat muslim saat itu, pembimbingan yang intensif dari nabi selama masa hidupnya, setelah menerima wahyu, telah merubah masyarakat Mekah dan sekitarnya, yang sebelumnya bodoh, hidup dalam kubangan kejahiliyahan, diubah oleh nabi menjadi masyarakat pecinta ilmu, penyuka budaya hafalan dan baca. Sehingga Mekah dan Madinah, berubah bagai kota ilmu, yang di dalamnya, banyak berisi para sahabat, tabiin dan tabi'ut. Tabi'in, yang merupakan generasi-generasi terbaik dan cemerlang, dalam penguasaan ilmu, sehingga perkembangan kemajuan Islam masa itu,  berlanjut melahirkan banyak generasi emas yang hebat setelahnya, hingga sampai sekarang.

Ya, Nuzulul Qur'an harus dipersepsikan sebagai sebuah "Reformasi Pemahaman," awalan terintisnya budaya baca, menghafal, memahami, baik di hafal dengan disimpan di memori otak, maupun dituliskan dengan pena di banyak kitab, dan ini terus jadi budaya umat Islam kala itu, hingga jaman sekarang.

Peristiwa didapatkannya pengajaran oleh Malaikat Jibril, yang menyuruh dengan tegas kepada Nabi Muhammad SAW untuk "Iqro," merupakan momentum dari dibangunkannya kesadaran pada diri nabi, di sugesti beliaunya, oleh sang Malaikat Jibril, bahwa tak ada yang tak mungkin, mau tidak mau, nabi dipaksakan untuk yakin, bahwa ia bisa membaca, dengan menyebutkan nama Tuhan agar ia menjadi bisa.

Peristiwa empat kali permintaan Malaikat Jibril, agar nabi mau menurutinya untuk iqro, merupakan kajian menarik. Utamanya dalam membangun mentalitas, bahwa nabi pun sebagai sosok manusia, memiliki rasa kemustahilan, ragu, dan bahkan sempat menolak ia tak bisa. Ini adalah hal yang manusiawi !

Sampai akhirnya malaikat Jibril harus mendekapnya, hingga nafas nabi pun seperti terhimpit sesak, oleh karena dekapan Malaikat Jibril yang kuat tersebut.
Arti dari upaya Malaikat Jibril sampai mendekap dan membuat kesulitan pada nabi untuk bisa bernafas normal adalah, sebuah upaya meyakinkan dengan fisik (dekapan) untuk meluruhkan segala keraguannya. Sehingga timbul rasa percaya diri, dan pada akhirnya nabi pun mampu, menyerap apa yang harus ia pahami, dari upaya Malaikat Jibril tersebut.
Hal menariknya adalah, cara mensugesti seperti ini, seperti yang dilakukan oleh Malaikat Jibril, dalam mentrasfer ilmu, adalah kajian yang menarik, untuk digali, dan dicermati, mengapa harus seperti itu ? Baik dalam peristiwa Malaikat Jibril ;

Mendekap. Hingga membuat sesak nafas. Dan setelah itu di dapati rasa percaya dirinya pada Nabi muncul. Tersugesti. Menyebut Nama Allah. Dan akhirnya bisa membaca.
Ini layak ditelaah sebagai sebuah PR umat Islam ! Sehingga bisa diteliti dan terbuka ilmu berikutnya dalam proses mentrasfer ilmu ini !

Awal pertemuan Nabi yang didatangi Malaikat Jibril di Gua Hira, merupakan sebuah peristiwa langka, pertemuan dua mahluk, yang satu penghuni bumi, dan satunya penghuni langit, merupakan suatu penanda penting, adanya peristiwa yang sudah jadi takdir, harus diubahnya karakter masyarakat Kota Mekah, yang sebelumnya zahiliyah menjadi teladan bagi suku-suku yang ada di Jazirah Arab.

Mengapa Demikian ?
Ya  karena tak lepas dari  adanya bangunan "Baitullah, Kab'ah," di Kota Suci itu, di mana Mekah saat itu, telah menjadi kota tujuan para suku-suku di jazirah Arab, untuk datang ke Mekkah, melakukan thawaf di Baitullah Ka'bah.

Ya. Sepeninggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, tradisi haji ini terus dilanjutkan oleh anak-cucunya, walau telah terpecah menjadi berbagai macam bangsa. Mereka tetap datang ke Mekah untuk melakukan thawaf, juga napak tilas perjuangan leluhurnya. Mereka yang datang ke Mekah itu dari berbagai bangsa, mulai dari bangsa Arab, Yahudi, dan orang Nasrani. Bahkan penyembah berhala pun melakukan ritual haji di sini.

Bisa jadi, diturunkan nya Al-Qur'an pada peristiwa Nuzulul Qur'an, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai Mesias terpilih dari penduduk Mekah, adalah untuk menjawab persoalan itu. Di mana Nabi Muhammad SAW,  masih merupakan keturunan Ibrahim, dari Nabi Ismail as, putra dari Siti Hajar.

Dikarenakan adanya banyak hal yang menyimpang pada penduduk Mekah, ditambah telah terjadinya kemerosotan moral dan ahlaq, maka terpilihnya Muhammad sebagai Nabi dan Rosul terakhir, merupakan jawaban Allah, atas telah banyaknya penyimpangan itu ! Dan solusinya, dengan melakukan pemurnian kembali sesuai ajaran keimanan (tauhid ) seperti yang dibawa Nabi Ibrahim as, melalui keturunannya, Muhammad, putra  dari Abdullah bin Abdul Muthalib.

Kemerosotan ajaran tauhid yang terkikis, budaya moral yang bobrok, perilaku yang menyimpang, dan berlebihan, adalah gambaran dari kondisi penduduk Mekah saat itu, sehingga nilai ahlaq teladan, menjadi sesuatu yang berat berhadapan dengan situasi abnormal tersebut.

Maka Allah memberi jawaban, atas situasi yang sudah kacau balau, dalam kehidupan masyarakat Arab yang zahiliyah itu, dengan mendatangkan sosok penyeru, yang membuka jalan peradaban baru, bagi pemurnian ajaran ketauhidan. Dengan landasan ilmu yang menjadi pintu keselamatan umat, bagi kebaikan di dunianya maupun di akhiratnya.
Pokok dari malam datangnya wahyu atau Nuzulul Qur'an adalah ;

1. Peristiwa Nuzulul Qur'an, adalah keharusan kita memiliki kemampuan membaca (iqro) baik membaca apa yang terlihat (eksplisit) atau tersurat, maupun membaca apa yang menjadi penanda, simbol, dari yang tersirat (membaca fenomena).

2. Peristiwa Nuzulul Qur'an adalah support diri kita, untuk memaksakan diri menjadi manusia yang mampu menyerap, mempelajari ilmu yang bermanfaat, utamanya ilmu murni ketauhidan, yang akan menjadi petunjuk, mana yang bathil dan yang baik.

3. Peristiwa Nuzulul Qur'an adalah, manusia atau kita, siap membuka cakrawala "iqro," dengan perspektif berpikir yang lebih luas menyeluruh, komprehensif, sehingga kita bisa membaca inti persoalan yang bisa kita solusikan jalan kebaikannya.

4. Peristiwa Nuzulul Qur'an adalah, bekal kita dalam membedah keraguan kita, mengentaskannya ! dan berusaha sekuat tenaga, menumbuhkan rasa percaya diri kita untuk membawa kita menjadi manusia unggul di masa depan.
Satu hal dari rasa percaya diri itu harus ada. Sebab, di sana ada kebaikan dari perubahan rasa ragu kita ke rasa percaya diri. inilah yang menjadi model dasar kita, dalam memenangkan pertarungan kehidupan di dunia.

5. Peristiwa Nuzulul Qur'an adalah, mengingatkan pada semua manusia, bahwa ia sama dalam proses penciptaannya,  dan dikaruniakan otak, sebagai sarana mencerdaskan dirinya,  hanya saja yang membedakan, manusia satu dengan lainnya, adalah kegigihan manusia itu dalam melakukan pengalian ilmu, menyerapnya, dan mensyiarkannya kembali, sehingga ilmunya dan dirinya, bisa bermanfaat bagi umat.

6. Peristiwa Nuzulul Qur'an, adalah peristiwa yang menandai momentum kehadiran ilmu, yang bisa memberi kebarokahan umat manusia (Muslim) khususnya, untuk menyambut era baru dalam tiap individunya, menjadi manusia pembelajar, yang siap menuntut ilmu dari buaian hingga akhir hayatnya, sampai masuk ke liang lahat.

7. Peristiwa Nuzulul Qur'an adalah peristiwa sakral, adanya ikatan kesepakatan antara diri kita, jiwa, raga kita yang hanif, untuk selalu menyebut namanya (dzikir) mengingatNya. Sehingga dengan itu, Dia yang Maha Rohman Rohim, memberi kita kemudahan dan kelancaran, dalam proses belajar, dan menuntut ilmu yang bermanfaat.

8. Peristiwa Nuzulul Qur'an adalah peristiwa monumental datangnya sinar terang, sebagai cahaya, yang mengeluarkan kita dari kegelapan pikir, akhlak, moral, dan perilaku, karakter yang gelap.

9. Peristiwa Nuzulul Qur'an adalah peristiwa Allah menyemangati kita, untuk siap menyongsong kehadiran ilmu.

10 Peristiwa Nuzulul Qur'an adalah, tonggak kemenangan iman kita, sebagai hamba yang mau bersujud, mengesakannya. (*) 

*) Penulis: Bambang Melga  M.Sn, Aktifis NU, pemikir, penulis, pemerhati sosial, seniman. Mantan Pengurus LAKPESDAM NU Kab Bandung, Ketua Bidang di DMI, Pembina Aktif UKM Mahasiswa Kampus, dan dosen di salah satu perguruan tinggi di Bandung.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

 

________
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES