Kopi TIMES

Media Sosial dan Gairah Investasi Kaum Milenial

Rabu, 20 April 2022 - 17:32 | 49.47k
Dian Asmi Setoningsih, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding (IIBS) Malang.
Dian Asmi Setoningsih, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding (IIBS) Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Pandemi Covid-19 tak pelak telah memberi dampak yang luar biasa besar pada sisi kesehatan maupun ekonomi di berbagai belahan dunia. Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Junanto Heriawan, dalam webinar daring bersama gopay pada 28 Juli 2021 mengatakan, dua per tiga masyarakat Indonesia merasa lebih sulit mengelola uang selama masa pandemi.

Berbeda dari generasi Baby Boomer yang secara finansial sudah stabil karena memiliki sejumlah aset dan dana darurat, Milenial cenderung kebingungan harus menggunakan uangnya untuk apa sehingga kebanyakan menghabiskannya untuk kesenangan dibandingkan untuk menabung. Itulah mengapa milenial berusia 25-44 tahun menjadi generasi yang paling terkena dampak pandemi dari sisi finansial.

Program literasi dan edukasi keuangan menjadi semakin penting dan krusial terutama bagi Generasi Milenial yang berperan sebagai critical economic players. Literasi Keuangan yang baik akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan inklusi keuangan.

Literasi Investasi Era Digital

Pandemi Covid-19 menuntut masyarakat untuk melakukan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang berarti banyak aktivitas harus dilakukan dari jarak jauh atau online, seperti layanan keuangan, kesehatan, bekerja, belanja, belajar, dan berbagai aktivitas lainnya. Aktivitas-aktivitas tersebut sangat bergantung pada internet.

Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2020, tujuan pertama para pengguna internet mayoritas adalah untuk mengakses media sosial, yaitu sebesar 51,50%. Selanjutnya, tujuan kedua untuk berkomunikasi lewat pesan, yaitu sebesar 29,30%. Terakhir, tujuan ketiga untuk hiburan, yaitu sebesar 21,70%. Hal inilah yang mendasari Otoritas Jasa Keuangan untuk mulai menggaungkan promosi dan edukasi keuangan terhadap masyarakat melalui berbagai platform digital.

Saat ini banyak sekali platform digital yang bisa memberikan edukasi finansial dan investasi dengan menarik. Informasi dan pengetahuan terkait investasi tidak lagi terlihat kompleks karena disajikan dengan sederhana dan bahkan menghadirkan social media influencer kondang yang banyak digandrungi oleh generasi muda. Akses informasipun menjadi lebih mudah disebarkan dari individu ke individu yang lain secara online.

Aplikasi digital memungkinkan masyarakat untuk melihat semua informasi secara transparan dan bahkan membandingkannya langsung dengan data regulator/OJK. Tentu ini akan menjadi cara yang nyaman dan mudah bagi calon investor untuk mulai berinvestasi. Tak heran generasi muda mulai melek investasi dengan hadirnya transparansi informasi dalam promosi digital ini.

Menurut data Bursa Efek Indonesia, pertumbuhan investor muda, khususnya di sektor pasar modal, meningkat signifikan setiap tahunnya.  Data Bursa Efek Indonesia, sampai dengan akhir tahun 2020, investor pasar modal telah meningkat 56% dari tahun 2019 menjadi 3,88 juta investor. Sementara itu, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah investor di pasar modal meningkat 71,42% selama tahun 2021. Hal ini terlihat dari Single Investor Identification (SID) yang mencapai 6,65 juta pada 19 Oktober 2021, dibandingkan akhir  2020 sebesar 3,88 juta.

Bijak Melihat Investasi Bodong

Dengan meningkatnya animo masyarakat dalam mengakses media sosial untuk literasi keuangan dan investasi, peluang ini pun kemudian dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menawarkan investasi bodong. Dalam kasus penipuan investasi atau investasi bodong seringkali masyarakat terjebak dengan iming-iming imbal hasil yang besar. Padahal return yang tinggi selalu dibarengi dengan risiko yang tinggi.

Selebritas dan influencer pun beberapa kali ditemukan berpartisipasi dalam promosi investasi bodong dengan memamerkan kekayaannya dengan mengklaim bahwa uang tersebut hasil dari berinvestasi pada platform investasi bodong tersebut. Iklan investasi bodong biasanya dikemas dengan kreatif dan selalu muncul di media sosial para calon investor untuk menarik perhatiannya.

Satgas Waspada Investasi (SWI) mencatat nilai kerugian masyarakat karena adanya investasi illegal atau investasi bodong mencapai Rp 117 triliun dalam 10 tahun terakhir untuk periode 2011-2021. Dalam kurun waktu ini, investasi ilegal paling tinggi ditemukan pada 2011 dengan nilai mencapai Rp 68,62 triliun.

Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara dikutip dari akun media sosial OJK (29/3/2021) memaparkan bahwa OJK yang berperan sebagai regulator di sektor jasa keuangan akan terus mendorong edukasi keuangan kepada masyarakat untuk meningkatkan tingkat literasi dan inklusi keuangan. Meskipun OJK bisa melakukan kewenangannya untuk memberantas investasi illegal, namun itu tidak cukup, karena pelaku penipuan investasi ataupun investasi bodong sangat banyak dengan ide-ide baru. Menurut Tirta dalam berinvestasi, generasi muda harus memperhatikan 2L, yaitu Legal dan Logis.

Oleh sebab itu, dalam hal ini generasi milenial hendaknya terus meningkatkan pemahaman keuangan agar tak mudah diiming-imingi janji manis pelaku penipuan investasi. Tidak hanya sekedar mengikuti tren keuangan atau ajakan investasi namun perlu pengetahuan dasar investasi, tingkat risikonya dan tingkat pengembalian (return) investasi digital sebelum memulai. Dengan demikian, investasi digital ini bisa menjadi solusi serta menghadirkan kondisi finansial yang sehat dimasa mendatang.

***

*) Oleh: Dian Asmi Setoningsih, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding (IIBS) Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Dapatkan update informasi pilihan setiap hari dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Caranya, klik link ini dan join. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di HP.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES