Kopi TIMES

Kebangkitan Perempuan Nahdlatul Ulama dalam Membangun Bangsa yang Bermartabat

Selasa, 19 April 2022 - 20:15 | 73.02k
Oleh: Dr. Hj. Noer Rohmah, M.PdI, Sekjend LPTNU & Pengurus Muslimat NU Kab. Malang Dosen STIT Ibnu Sina Malang
Oleh: Dr. Hj. Noer Rohmah, M.PdI, Sekjend LPTNU & Pengurus Muslimat NU Kab. Malang Dosen STIT Ibnu Sina Malang

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Salah  satu misi pembangunan bangsa Indonesia adalah terciptanya masyarakat Indonesia yang memiliki martabat sebagai bangsa yang besar. Besar atau kecilnya bangsa sangat ditentukan oleh besar tidaknya martabat bangsa itu dalam relasinya dengan bangsa-bangsa lain. Ditinjau dari jumlah penduduk, luas wilayah, sumber daya alam dan sebagainya maka, tidak ada yang meragukan betapa besarnya Indonesia. Pada sisi lain, ”Wanita adalah tiang negara, jika wanitanya itu baik maka jayalah bangsa itu dan jika wanitanya itu buruk maka hancurlah bangsa itu”. Pernyatan tersebut tidak asing lagi ditelinga kita, dan ini menunjukkan betapa urgennya peran wanita dalam pembangunan demi terwujunya bangsa yang bermartabat.

Dalam sejarahpun telah membuktikan betapa hebatnya sosok ”Sang Kartini” yang telah mendobrak tatanan dan tradisi masyarakat pada zaman itu yang cenderung menjadikan wanita sebagai ” Kaum Wingking”, sosok kaum yang termarjinalkan, tidak diberikan kesempatan memiliki peran penting baik di bidang pendidikan, sosial, ekonomi apalagi politik. Wanita yang saat itu hanya diberi peran “3 Ur” yakni dapur, sumur, kasur (istilah lain tugas wanita hanya memasak, berdandan, dan melayani suami). Inilah yang akhirnya perempuan menjadi semakin bodoh dan terbelakang. Dalam kondisi seperti ini maka muncullah sang pelopor emansipasi wanita Indonesia, selain memperjuangkan kesetaraan kaum hawa, RA Kartini juga memperjuangkan bidang sosial, hukum, khususnya pendidikan. Hingga sampai saat ini sudah banyak wanita Indonesia yang tidak hanya peran domestik saja  tapi telah memiliki peran publik baik di bidang sosial, ekonomi, kesehatan, politik, hukum, apalagi di bidang pendidikan.

Berbagai peran publik di atas ternyata saat ini juga sudah dikantongi oleh para perempuan Nahdlatul Ulama (NU). Perjuangan perempuan NU bisa mewarnai di segala bidang kehidupan dan ini sudah terbukti. Sudah tidak asing lagi saat ini para Ibu Nyai NU menjadi pejabat publik (baik Bupati, Wali kota, Gubernur, Menteri dan seterusnya), menjadi kepala sekolah, rektor, dokter, hakim, dan masih banyak lagi peran-peran lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang kesemuanya itu diabdikan demi membantu proses pembangunan pemerintah untuk kesejahteraan umat.

Warga negara Indonesia yang mayoritas adalah warga Nahdliyin memiliki anggota kaum perempuan yang luar biasa jumlahnya, baik dari kalangan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama), Fatayat apalagi Muslimat. Melihat peran dan partisipasi perempuan sangat dibutuhkan dalam mengisi perjuangan di tubuh Nahdlatul Ulama, maka saat inipun telah banyak kaum perempuan yang menduduki jabatan dalam kepengurusan jam’iyah Nahdlatul Ulama mulai dari pengurus pusat (PBNU), pengurus wilayah, Cabang( tingkat kabupaten) sampai Anak Cabang (tingkat kecamatan), bahkan di lembaga NU-pun juga telah banyak berpartisipasi kaum perempuan. Ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia perempuan NU tidak bisa disepelekan. Namun demikian SDM perempuan NU harus tetap lebih ditingkatkan dan dikelola dengan baik, sehingga akan menjadi kekuatan yang sangat potensial untuk bergerak membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih bermartabat.

Di sini perlu saya tegaskan bahwa emansipasi perempuan NU dalam segala bidang tetap berbasis pada nilai-nilai spiritualitas, intelektualitas, dan profesionalitas. Berangkat dari nilai-nilai inilah yang menjadikan gerakan, kiprah  dan perjuangan kaum perempuan NU tersebut senantiasa bermakna ibadah karena mereka  mampu memahami dan memandang kehidupan bukan dari satu sisi saja. Kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan ikhlas, dengan tidak melupakan aspek profesional dalam bekerja. Kehidupan spiritual ini meliputi hasrat untuk hidup bermakna (The Will To Meaning) yang selalu memotivasi kehidupan kaum perempuan NU untuk senantiasa mencari makna hidup (The Meaning Of Life), dan mendambakan hidup selalu bermakna (The Meaningfull Life). 

Itulah sumbangsih perempuan Nahdatul Ulama dalam upaya membangun bangsa yang bermartabat, bangsa yang cinta perdamaian dan tetap kokoh dalam mempertahankan  negara kesatuan Republik Indonesia. (*)

 

*) Oleh: Dr. Hj. Noer Rohmah, M.PdI, Sekjend LPTNU & Pengurus Muslimat NU Kab. Malang Dosen STIT Ibnu Sina Malang

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES