Gaya Hidup

Konsultasi Psikologi: Bagaimana Mengatasi Dua Anak yang Sering Bertengkar

Sabtu, 16 April 2022 - 16:29 | 57.94k
Konsultasi Psikologi bersama Psikolog dari Komunitas Psikologi Psycho Education Centre, Etti Isnaini, M.Psi., Psikolog
Konsultasi Psikologi bersama Psikolog dari Komunitas Psikologi Psycho Education Centre, Etti Isnaini, M.Psi., Psikolog

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Rubrikasi Konsultasi Psikologi ini hasil kolaborasi antara TIMES Indonesia dengan Komunitas Psikologi Psycho Education Centre (PEC). Bagi TIMES Lovers yang ingin berkonsultasi dapat mengirimkan materi tertulis melalui email yaitu [email protected] dan [email protected] serta saluran WA 081882860588. Rubrikasi ini akan hadir seminggu sekali yaitu setiap hari Sabtu.

 Assalamu’alaikum w.w

Salam hormat, terima kasih sudah berkenan menjawab keluh kesah kami.

Begini, pengasuh rubrikasi Konsultasi Psikologi TIMES Indonesia. Perkenalkan, kami seorang ibu rumah tangga muda yang memiliki 2 orang anak laki-laki. Anak pertama usia 5 tahun, anak kedua usia 3 tahun. Secara ekonomi, kami tergolong menengah ke bawah, tinggal di wilayah Yogyakarta dan masih ngontrak. Kebetulan suami bekerja sebagai pegawai swasta dan saya sendiri di rumah mengurusi segala urusan rumah dan anak-anak.

Selama ini, keluarga kami baik-baik saja. Tidak ada masalah. Hanya, anak-anak kami sering bertengkar dan saling iri. Ketika anak pertama minta dibelikan mainan, anak kedua juga minta mainan yang sama. Begitu pula dengan soal pakaian. Karena kami tinggal di perumahan dan para umumnya tetangga tidak memiliki anak kecil. Sehingga, anak-anak tidak memiliki teman bermain di luar rumah.

Belum lagi, anak kami sering bermain main dan sering rebutan handphone dan chanel tayangan di televisi. Pernah, suatu ketika gara-gara rebutan handphone, anak pertama membanting handphone sampai rusak.

Yang ingin kami tanyakan, bagaimana cara kami mengatasi anak-anak yang selisih usianya tidak terlalu jauh, yang sering rewel. Kami khawatir karena anak-anak tidak pernah bersosialisasi dengan lingkungan kelak akan berdampak pada psikilogisnya dewasa nanti. Mohon saran dan petunjuknya. Terima Kasih!

Wassalamu’alaikum w.w

M, ibu rumah tangga, tinggal di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Jawaban:

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

Terima kasih Ibu M telah berbagi terkait permasalahan yang dihadapi saat mendampingi dan memberikan pengasuhan kepada anak-anak. Melihat usia kedua anak laki-laki ibu, yang masih digolongkan pada tahap golden age. Maka, langkah ibu untuk berbagi di sini sangat lah tepat. Sebab, pengetahuan tentang perilaku anak sesuai tahapan usianya sangat lah penting dalam proses pendampingan di rumah. Ketika ibu sudah memahami hal ini, maka yang dapat ibu lakukan ketika anak-anak bertengkar, rebutan, atau sulit untuk saling mengalah yaitu:

Pertama; untuk mendampingi anak usia 5 tahun yang aspek sosial dan emosionalnya sedang berkembang pesat, orangtua diharapkan dapat memberikan arahan dengan komunikasi yang tepat dalam mengendalikan emosinya. Minta anak untuk menyampaikan alasan ia melempar handphone, kemudian ajak bicara dengan sikap yang hangat dan penuh kasih sayang ketika memberikan penjelasan bahwa yang dilakukannya itu tidak benar.

Buat anak merasa tidak dihakimi atas kesalahannya. Namun, beri penjelasan mengapa hal tersebut adalah perbuatan yang tidak baik serta jangan diulangi kembali dengan bahasa yang sesuai pemahaman anak.

Kedua; untuk si adik yang usia 3 tahun, aspek motorik, emosional, serta kognitifnya juga lagi berkembang pesat. Dimana ia suka mengeksplorasi lingkungan, serta memiliki keingintahuan yang tinggi. Diusia ini tidak jarang anak-anak banyak meminta dan bertanya kepada orangtua.  Hal ini yang membuat adik suka meminta mainan atau baju yang sama ketika kakak dibelikan. Supaya ibu dapat membantu suami melakukan efisiensi biaya rumah tangga, maka tidak selalu keinginan adik dipenuhi seperti apa yang didapatkan kakak.

Namun perlu diingat untuk tetap seimbang dalam memenuhi keinginan keduanya. Misal, ketika kakak membeli mainan sebelumnya adik sama sekali tidak dibelikan mainan. Maka, ini akan berdampak iri pada adik. Diusia ini adik sudah mampu berkomunikasi dengan bahasa yang jelas. Sehingga, ibu dapat mengajaknya bicara dengan hangat terkait mana yang menjadi kebutuhan atau hanya sekadar keinginan minta diperhatikan lebih dari kakak. Berikan Batasan yang jelas dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya.

Ketiga; terkait sosialisasi anak-anak yang lebih banyak bermain di rumah. Lingkungan perumahan yang sedikit teman bermain tidak menjadi hambatan anak-anak untuk belajar bersosialisasi. Apabila kakak sudah sekolah, maka saat bermain dengan teman merupakan proses belajar untuk berinteraksi dengan orang lain juga. Agar kakak punya waktu bermain diluar jam belajar, ibu dapat mengantar atau menjemput sebelum jam yang ditetapkan. Misal, 15 menit sebelum jam masuk kakak sudah sampai di sekolah, atau membiarkan anak-anak bermain terlebih dahulu di sekolah apabila masih banyak teman-temannya yang belum pulang.

Apabila belum bersekolah, ibu dapat mengajak mereka bermain ditempat umum atau bersilatuhrahmi dengan keluarga atau teman-teman ibu yang memiliki anak seusia mereka. Memberikan kesempatan anak untuk mengenal banyak situasi atau lingkungan, membantunya memiliki pengalaman lebih ketika dewasa nanti.

Demikian hal-hal yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi ibu dan keluarga. Semoga ibu dan suami diberikan kesabaran dan kemudahan dalam mendampingi anak menjalani tahap perkembangannya sampai dewasa nanti. (*)

Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Salam hormat

Etti Isnaini, M.Psi., Psikolog

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES