Kopi TIMES

Islam Nusantara Berakar dari Karakter Bangsa

Selasa, 12 April 2022 - 12:46 | 87.32k
Bambang Melga  M.Sn, aktifis NU, pemikir, penulis, pemerhati sosial, seniman.(Foto: Bambang for TIMES Indonesia)
Bambang Melga  M.Sn, aktifis NU, pemikir, penulis, pemerhati sosial, seniman.(Foto: Bambang for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Siapa tak kenal bangsa Indonesia? Tercatat dari jaman Nabi Nuh, sampai Nabi Sulaiman, daerah Nusantara telah berkontribusi nyata bagi peradaban keberadaan ketauhidan setiap agama yang muncul di daerah Timur Tengah, dan Arab sekarang.

Coba buka alkitab, produk pohon Gaharu, sudah sejak lama diperlukan para nabi, untuk dipakai sebagai penyempurna peribadahan. Maka Ratu Bilqis, menghadiahkan itu dalam jumlah luar biasa banyak pada Nabi Sulaiman.

Kemudian pohon Jati dari Nusantara, khususnya Jawa sudah dipakai Nabi Nuh, untuk dijadikan bahan baku bagi pembuatan bahtera yang ia buat, yang bahannya menurut para peneliti yang menemukan artefak bahtera tersebut di pegunungan Arrarat, Turki, merupakan jenis jati,  yang identik banyak tumbuh di Jawa.

Coba perhatikan dua hubungan ini saja !!

Jelasnya harus faham, bagaimana gen manusia Jawa, manusia Nusantara, telah begitu sangat terdidik sejak jaman para nabi awal. Sehingga otomatis, adab, sopan santun, karakter toposalira, dan karakter adiluhung lainnya, telah mengakar kuat sejak lama

Itu karena adanya ikatan kuat sedari awal, dengan apa yang dicontohkan dari kemuliaan para nabi-nabo awal, yang diadopsi oleh nenek moyang kita, sedari sejak Islam belum ada, jauh ketika Ibrahim sebagai Bapak Agama Samawi belum terlahir.

Bukankah Rasulullah SAW pun, telah menggambarkan ciri-ciri suatu bangsa, yang dikatakan memiliki panji berwarna merah dan putih, dan dikenali masyarakatnya sangat mencintai ia dan ajarannya ?

Bangsa mana itu yang disebutkan Baginda Nabi itu?  Ya kita, bangsa Nusantara ini.

Sekarang pertanyaannya. Apa masih kita sangsikan keutamaan keyakinan bangsa Nusantara ini, baik dalam budi pekerti dan kesungguhannya dalam  ber-tauhid?

Sebelum bangsa Arab Ada, sebelum Yahudi disebutkan dalam kisah di Al Qur'an, dan sebelum Nabi Ibrahim sebagai Bapak dari tiga yaitu Islam, Kristen dan Yahudi ini muncul. Bangsa Nusantara telah bertauhid.

Mengikuti ajaran para nabi terdahulu, baik Nuh, maupun Sulaeman, sehingga karakter bangsa kita sejak awal sudah sangat terkenal kelemahlembutannya, dan budi bahasanya yang tidak ada dua, di seluruh dunia....Coba pikir, ini siapa yang mengajarkannya? Jika itu bukan dari didikan kemuliaan yang diajarkan para nabi !

Ditambah pergaulan internasionalnya telah tercatat, dimulai sejak zaman Nabi Nuh dan diperkuat di jaman Nabi Sulaiman. Seperti apa yang jelas-jelas diwartakan dalam alkitab, di pasal tentang raja-raja 10/12, di sana ini diungkapkan, bagaimana komoditi utama hasil bumi Nusantara, rempah-rempah dan Gaharu, sampai harus tersebutkan sebagai hadiah Ratu Bilqis pada Nabi Sulaiman.

Alhamdulillah. Subhanallah. Allahu Akbar....Sungguh kita sangat bangga pada nenek moyang kita di Nusantara.

Berpikir cerdas, mengali literasi, sehingga kita bisa sampai menyeruak jaman! Merupakan tanggung jawab kita untuk kembali mengumpulkan sepihan mutiara yang tercecer di bumi Nusantara ini.

Berpikir luaslah kita, bahwa potensi kita dalam berkeyakinan, adalah turunan, dari kemuliaan nenek moyang kita yang terus kita pegang dan junjung tinggi.

Sehingga bukalah mata kita, bahwa masyarakat kita, di Nusantara tercinta, sudah sejak lama setiap daerahnya, memiliki nilai-nilai falsafah, kekuatan karakter kediriannnya, terhadap persoalan ahlaq, adab, norma perilaku, dan aturan berkehidupan...ini hal yang aneh !

Jika kita tak memiliki tuntunan kebaikan dari moyang kita terdahulu, gen kita sulit mendapatkan cahaya, dan imbasnya, pola perilaku kita sangat primitif, kasar, dan tak mengenal toleransi.
Sebab manusia yang mengenal toleransi, adalah manusia yang memiliki pengalaman berhubungan dan berinteraksi, dengan sesama manusia lainnya. Bukan jenis manusia yang pasif, dan kuper, yang sedikit-sedikit mudah mendendam, dan mengobarkan kebencian.

Seperti Falsafah Siger Tengah, dalam pemahaman kehidupan masyarakat kita di Sunda, yang akhirnya dimunculkan kembali di Muhtamar NU ke-34 dengan mengajak umat Islam untuk mengambil jalan dan pandangan moderat, berada di tengah-tengah, yang dalam istilah Arab disebut tawassuth.

Lalu kenapa saat kita dengar, Islam Nusantara, Islam Nusantara, yang dipropaganda kan NU, untuk telinga kita itu seperti suatu hal yang asing ? Bahkan ada dari kalangan para mubaligh, ulama, sebagian jelas ada menolak ini, istilah Islam Nusantara.

Padahal jika kita kita fahami  secara mendalam, para mubaligh itu lupa sekiranya, hubungan awal Islam masuk ke Nusantara, dengan membawa bendera akulturasi antara budaya yang ada, dikemas dengan unsur keislaman pada saat awal syiarnya di banyak daerah. Sehingga kemasan kreatif yang para wali bawa, akhirnya mampu membuka jalan suksesnya dakwah mereka diterima oleh masyarakat Nusantara.

Ternyata, jangankan kita!! Ulama saja sebagiannya tidak faham pada persoalan yang kecil dan remeh seperti ini !

Bolehlah pintar itu disombongkan, untuk memahamkan hal yang masih dianggap kusut oleh sebagian yang lain. Agar persoalan Islam Nusantara, mampu ditangkap dengan pendekatan literasi yang memang harus membuka keterbukaan jiwa kita dulu.

Andai jiwa kita tak terbuka, sulit kita menerima kebaikan yang diinformasikan. Sebab ilmu, menurut Islam, lebih utama dari iman.
Lihat hadist...keutamaan orang berilmu seperti keutamaan Rasulullah;

 حَدَّثَنَا مَكْحُولٌ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ { إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ } إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَرَضِيهِ وَالنُّونَ فِي الْبَحْرِ يُصَلُّونَ عَلَى الَّذِينَ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ الْخَيْرَ

Makhul ia berkata: "Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'keutamaan seorang yang berilmu dari seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas orang-orang yang paling rendah di antara kalian,..."

Alhamdulillah orang pintar seperti itu, disapa Nabi atas keutamaan ilmunya.

Dari kumpulan majelis, di mana penulis sering berdiskusi dengan para sahabat penulis, pemikiran yang picik sangat disayangkan ! Kasihan  gelar keilmuan, dan keulamaannya yang ia sandang !

Berarti, kata Gus Ali Fadhil Kholil Habib, salah seorang cicit dari Khyai Langitan Tuban, dan Abah Asep Oman Khyai dari Pangalengan, Bandung, juga rekan seperjuangan penulis Pak Zamhuri M Ghazali serta Abah Amin dari GBI,  mereka kompak bilang,"kopine durung pahit, ngajine durung khatam, dolanne durung adoh."

Islam Nusantara itu masih Islam yang sama dengan Islam kita, tak ada penyimpangan dalam syariat, ibadah, dan bacaannya pun sama. Hanya saja Islam Nusantara adalah cara NU melabeli Islam di kita, di bumi Indonesia, di Nusantara ini.

Penegasan Islam Nusantara, adalah sebagai Islam yang mengambil akar dari Budi pekerti, bangsa Nusantara, yang sejak lama sudah terkenal kemuliaannya, kebaikannya, kekuatan karakternya. Dan kesungguhannya dalam kehidupan yang terkenal toleran, guyub, serta kompak, dalam hal kegotongroyongannya.

Tidak setuju dengan upaya membranding Islam di kita di Nusantara ! yang sangat mengakar, dan mengingatkan kita pada potensi kesholehan masyarakat Nusantaranya ?
Ya ini  merupakan suatu tantangan bagi NU khususnya.

Sudah menjadi kodratnya, hal baik selalu di benturkan adanya penolakan ! Kenapa NU harus berupaya seperti itu? Kenapa NU harus mem-branding Islam di Indonesia demikian ?

Branding adalah Istilah untuk mengidentifikasikan lebih, sesuatu yang sudah ada, untuk memberi citra unggul, yang menjadi ciri atau penguat pada hal yang dimaksud.

Islam kita diidentikan dengan memberi penambahan kata Nusantara, agar tampilannya Islam di Indonesia, selalu bercermin dari akar pola perilaku masyarakat Nusantara yang santun, beradab, dan menjunjung toposalira, persaudaraan dalam kemanusian.

Tak bisa kita pungkiri, 20/30 tahun, Islam dunia, telah membawa wajah dan citra umat yang buruk!!

Negara-negara Muslim saling berperang. Bahkan negara Arab di mana harusnya jadi contoh, turut menyerang dan banyak mematikan umat muslim di beberapa wilayah Yaman, yang sama-sama Islamnya.

Belum lagi munculnya ISIS, di Timur Tengah, yang mengaku Islam, namun banyak menumpahkan darah saudara-saudara kita yang seiman.

Di kita di Indonesia, kita dibuat pusing lagi. Muncul ormas pengacau, seperti HTI, FPI, dan sempalan Islam militan lainnya, di bawah binaan tokoh-tokoh teroris, telah membuat coreng moreng wajah Islam yang kita banggakan.

Islam yang identik agama santun, ramah,  akhirnya berwajah intoleran !! Marwah agama disalahgunakan !

Muslim yang sudah terindokrinasi pemahaman intoleran, mudah sekali mereka melabeli, saudara muslim yang di luar golongannya, dengan berani mengkafirkan, dan menyesatkannya.

Suatu hal umum yang kita sama-sama rasakan, dan ini terjadi ketika ajaran Islam tak diajarkan oleh ulama yang benar.

Yaa...itu suatu bukti, umat kita khusus di Nusantara, perlu wajah Islam yang teduh, Islam yang menghangatkan, dan Islam yang harus terlihat ciri, "Rahmatan Lil Alamin nya". Itu untuk membantu persepsi Islam itu baik, santun, bisa merangkul, dan jauh dari sifat merusak, membuat onar, dan melawan pemerintahan yang sah ini, seperti yang ditunjukan FPI, dan HTI, 2 ormas yang sekarang sudah dilarang dan dianggap ilegal keberadaannya.

Lalu kita mau ada di barisan mana? Islam dengan wajah FPI dan HTI yang kita pikir representasi dari Islam yang kita banggakan.

Atau Islam seperti Islam karakternya orang NU, yang berpijak dari kearifan lokal, kecerdasan lokal, dan jadi bagian Islam yang membumi.

Islamnya orang NU jangan ditanya, sangat "Patriotis," sangat "Nasionalis," sangat cinta Indonesia...sehingga Hubbul Wathon minal Iman, mencintai negara sebagai dari iman, itu adalah perkara, betapa orang NU, sangat sayang agamanya. Terlebih sangat menjaga Marwah Islamnya, dan mencintai negerinya, sehingga harus ia pertahankan, sebagai mana mempertahankan nilai-nilai baik dari agamanya.

Bangga kita jadi warga NU. Karena reputasi NU ada sejak didirikannya ! NU sudah berjuang bagi Umat Islam tak hanya di Indonesia, tapi dunia sejak kelahirannya. Ingat, kiprah NU awal...NU sudah berjuang bagi Islam Dunia !!

Saat NU awal yang didirikan oleh hadratun syeh Khyai Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri tahun 1926 tanggal 31 Januari.

Tujuannya adalah memberi peringatan, kepada Raja Saud, atas keberatan umat Islam di Indonesia, ketika makam nabi hendak dibongkar, digusur oleh Raja Saudi ini (Ibnu Saud) kala itu.

Hingga dibuatlah maklumat keberatan dari NU, dan adanya maklumat itu, pada akhirnya, jadi pertimbangan Raja Saud. JHingga akhirnya, maksud membongkar Makam Nabi, ia urungkan, tidak jadi memindahkan makam nabi kita tersebut, alhamdulillah.

Sungguh langkah awal yang sangat luar biasa patut diacungi jempol, dan mesti mendapat penghargaan setinggi-tingginya, dari kita pada lembaga NU ini.

Lihat dengan mata, dan pandangan jernih, NU sangat berjasa sejak sedari awal ia berdiri.

Lalu apa  mau, kita ditipu ormas radikal?
Mengolok-olok NU, menistakan NU, di mana jika tak ada NU, hilang jejak sejarah Islam kita. Dengan adanya pembongkaran makam Nabi, yang bisa jadi, itu menimbulkan gejolak besar, yang tak akan pernah berakhir sampai detik ini.

NU telah sangat membuktikan rasa cintanya pada Nabi. Menghinakan NU, dengan branding Islam Nusantaranya ? Berarti, seperti anak kecil yang tak faham apa-apa, dan emosian.

Mari kita belajar lagi sejarahnya ! Belajar lagi cara para wali melakukan Syiar Islamnya.

Jika Islam saat awal, datang ke Nusantara dengan barbar, meniru gaya syiar FPI, HTI, dan gaya bom para pentolan teroris, penulis haqul yakin, Islam tak akan diterima masyarakat Nusantara.

Mari kita cerdas menganalisa. Mari kita cerdas memahami sejarah. Diri kita jangan jadi penyebar fitnah jika tak faham ! Diri kita, jangan jadi perusak kerukunan umat jika tidak ingin tercolek.

Ketika Islam Nusantara digaungkan, sesungguhnya, ada keprihatinan para sesepuh NU, melihat carut marutnya wajah Islam di kita maupun dunia.

Wajar NU membangun image baru wajah Islamnya untuk kita di Indonesia, karena kita jauh dari karakter bangsa Arab, yang sudah sejak zaman Nabi terkenal jahiliahnya, dan sangat suka peperangan.

Silahkan kita bisa pilih, mau Islam Nusantara, atau Islam gaya lain ?Sseperti apa yang digadang-gadang, dan dipromosikan FPI dan HTI.

Santai saja. "Gitu aja kok repot!" ujar Gus Dur.

Dan penulis pun tersenyum, sambil menyeruput kopi hitam, yang mendadak penulis suka, setelah penulis dijamu oleh Ustad DKM Al Fath Komplek D'Amarta, Kang Ustad Ujang Rahmat, seorang pejuang masjid, yang kas masjidnya luar biasa besar, mampu menembus Rp 1 miliar lebih beberapa waktu lalu. "Hatur nuhun Ustad Kopi Bali na!" Alhamdulillah.

Semoga bermanfaat.
 

*) Penulis: Bambang Melga  M.Sn, Aktifis NU, pemikir, penulis, pemerhati sosial, seniman. Mantan Pengurus LAKPESDAM NU Kab Bandung, Ketua Bidang di DMI, Pembina Aktif UKM Mahasiswa Kampus, dan dosen di salah satu perguruan tinggi di Bandung.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

 

________
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Dapatkan update informasi pilihan setiap hari dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Caranya, klik link ini dan join. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di HP.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES