Kopi TIMES

Invasi Rusia ke Ukraina dan Masa Depan Ekonomi di Negara Muslim

Sabtu, 09 April 2022 - 18:22 | 66.58k
M. Fuad Hadziq : Dosen Univesitas Terbuka dan UIN Jakarta, PhD Candidate University Malaya, Wakil Ketua PCINU Malaysia
M. Fuad Hadziq : Dosen Univesitas Terbuka dan UIN Jakarta, PhD Candidate University Malaya, Wakil Ketua PCINU Malaysia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tak dapat dipungkiri dan disangkal lagi, invasi Rusia ke Ukraina telah pecah dan mengguncang dunia secara keseluruhan. Dengan dalih melindungi gerakan pro Rusia di Ukraina timur, Rusia “mendeclare” telah melakukan hal yang benar untuk melakukan invasi.

Dalam moment terakhir ketika telah invasi, Rusia menganggap Ukraina merupakan new nazi, suatu tuduhan berat melihat sejarah nazi dengan kontroversi pembantaiannya terhadap Yahudi pada masa lalu. Walaupun dengan beribu alasan, perang sebenarnya bukanlah merupakan jalan solusi, karena pasti akan meninggalkan luka mendalam ke setiap warganya, mengingat Rusia dan Ukraina merupakan negara serumpun selayaknya Indonesia dengan Malaysia. Setiap negara pun di dunia ini mempunyai kedaulatan sendiri yang tidak dapat diganggu oleh negara lain. 

Akhirnya perang pun tidak dapat dihindari dan dianggap menjadi solusi terakhir yang merupakan bukan menjadi sebuah solusi terbaik. Api yang selama ini di dalam sekam akhirnya meletus juga menjadi bola liar menggelinding ke berbagai penjuru dunia. Banyak respon bermunculan dari berbagai negara, ada pro & kontra ataupun yang diam saja; ada juga yang mengatakan netral dan ada juga yang tidak bersuara sama sekali. Secara global, sampai saat ini beberapa negara kebanyakan diam; tidak mengambil sikap tegas. Sebab bagaimanapun Sebagai sebuah negara berdaulat mempunyai kebijakan politik luar negeri sendiri-sendiri.

Setiap negara dalam menanggapi hal ini juga melihat untung ruginya, jika dia membuat respon apalagi menentang invasi, efek apa yang akan terjadi pada negaranya terutama dari sisi keamanan dan ekonomi. Terlebih yang dikomentari adalah isu perang menyangkut nyawa dan kedaulatan negara. Ada hal yang harus dibayar dalam ucapan yang keluar dari seorang kepala negara dari konsekwensi ucapannya. Apalagi obyeknya Rusia sebagai negara besar yang mempunyai pengaruh kuat dan bisa bertindak lebih kuat di dunia ini.

Sedikit negara yang berani dengan tegas mengambil sikap terlebih kontra menentang secara langsung. Sedikit dari mereka yang menentang adalah Amerika Serikat dan sekutu Eropa. Itu pun tidak dengan vulgar dengan membantu berperang langsung, hanya memberikan sangsi dari sisi ekonomi yang dampaknya juga tidak terlalu besar dalam menghentikan peperangan.

Beberapa negara menyatakan netral, tidak memihak ke salah satu pihak manapun. Mereka beranggapan kasus tersebut merupakan permasalahan diantara mereka sendiri, bukan dari permasalahan negara tersebut. Satu sisi, mereka berfikir PBB yang merupakan gabungan dari banyak negara di dunia  sikapnya pun langsung ditolak dengan veto, apalagi dari negara kecil yang tiada berarti.

Telah diketahui bahwasanya Rusia merupakan negara terbesar dunia bekas runtuhan soviet yang sebelumnya pernah menjadi negara polisi dunia. Dari sekian banyak populasinya, Islam merupakan satu dari ragam jenis agama yang menjadi ciri khas toleransi dari mayoritas Kristen ortodox dan atheis. Agama Islam di Rusia melebihi 14 juta jiwa atau mencapai 10% populasi, menjadi warna berbeda dari sedikitnya penduduk muslim di Eropa.

Ia merupakan salah satu negara besar dengan jumlah populasi muslim yang besar pula di eropa. Dalam dekade terakhir, Rusia dikenal dengan melindungi umat muslim sebagai contoh dalam perang di Checnya, Rusia turut andil membantu umat muslim di sana. Walaupun Islam sebagai minoritas, Rusia selama ini menjadi negara nyaman bagi Islam dan mempunyai potensi besar untuk terus tumbuh berkembang. 

Tak bisa dipungkiri Rusia mempunyai hubungan erat dengan dunia Islam. Banyak negara Islam menjadi sahabat dekat nan hangat baik dalam banyak hal, terutama kerjasama perdagangan bahkan persenjataan dan nuklir. Satu dari banyak negara Islam tersebut adalah Iran. Selama dekade terakhir, jika ditilik dari beberapa media massa Iran merupakan sahabat dekat Rusia. Banyak sekali kerjasama diantara kedua terlihat dari sering bertemunya pimpinan negara. Tidak hanya kerjasama dalam hal perdagangan, Rusia pun bekerjasama bekerjasama dalam hal nuklir yang menjadi isu panas Amerika musuh besar Rusia selama ini. 

Pengaruh ekonominya di negara muslim

Akibat invasi ini, banyak sangsi kepada Rusia terutama dari Amerika Serikat dan sekutunya. Memang ada akibat pengaruh tapi tidak terlalu berdampak besar efeknya, terbukti masih saja Rusia melakukan invasi ke Ukraina sampai saat ini. Dari serentetan sanksi, secara sebab akibat pasti, ekonomi rusia mengalami penurunan yang signifikan, terlebih dari sisi perdagangan antar negara. Efek nyatanya pada ekspor dan impor dari dan ke negara muslim juga berdampak seperti Iran dan negara Islam lainnya.

Banyak negara Muslim mempunyai kerjasama dagang kuat, erat dan saling menguntungkan. Bahkan beberapa negara muslim juga mendapat bantuan dari Rusia. Jika menilik ke belakang, Republik Chechnya bersahabat baik bahkan ia bersedia mengirimkan tentaranya untuk membantu invasi ke Ukraina. Walaupun negara muslim ini kecil, tetapi dari sisi dukungannya bisa jadi hal ini merupakan gerakan persetujuan yang sangat jelas dan berani dibandingkan dari negara-negara lain.

Rusia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi yang mengekspor  ke negara eropa seperti Inggris, Jerman bahkan Kanada pun yang berbatasan dengan AS melakukan impor dari Rusia. Tak terkecuali pula, negara-negara muslim pun melakukan impor dari Rusia. Sudah menjadi fakta umum,  minyak bumi merupakan komoditi penting dan sangat berpengaruh di dunia, tetapi pula komoditi yang sangat fluktuatif sejajar dengan politik dunia.

Walaupun negara muslim tidak besar importnya minyak dari Rusia, tetap pun mereka akan mendapatkan pengaruh besar dari harga minyak tersebut. Selain itu pula, negara pengimpor minyak Rusia akan mengalami fluktuasi ekonomi yang menyebabkan efek buruk pada ekonomi negara Islam lainnya. Dalam kesempatan lain dipertegas oleh Rusia, bahwa negara lain supaya tidak ikut campur dalam invasi ini atau jika ikut campur negara tersebut akan mendapat konsekwensinya.

Jika negara muslim menolak bahkan menentang invasi, Rusia pun tak segan memutus kerjasama tersebut. Yang nanti akhirnya akan berdampak pada turunnya ekonomi global, bukan hanya negara Islam tetapi semua negara di dunia. 

***

*) Oleh: M. Fuad Hadziq : Dosen Univesitas Terbuka dan UIN Jakarta, PhD Candidate University Malaya, Wakil Ketua PCINU Malaysia.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES