Peristiwa Daerah

Soal Pawang Hujan Mandalika, Begini Pendapat Gus Muwafiq

Rabu, 23 Maret 2022 - 17:50 | 124.17k
Tokoh muda Nahdlatul Ulama atau NU asal Yogyakarta, KH Ahmad Muwafiq di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Rabu (23/3/2022). (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)
Tokoh muda Nahdlatul Ulama atau NU asal Yogyakarta, KH Ahmad Muwafiq di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Rabu (23/3/2022). (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Tokoh muda Nahdlatul Ulama atau NU asal Yogyakarta, KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) menyikapi sejuk polemik peran pawang hujan, Rara Istu Wulandari di gelaran MotoGP Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu.

"Syirik tidak seperti itu. Bahwa manusia memiliki usaha, berlindung dari harimau membuat senapan, berlindung dari gempa membuat pondasi, berlindung dari hujan ya membuat ilmu pawang," terangnya kepada TIMES Indonesia usai menghadiri Trawas Heritage Festival di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Rabu (23/3/2022)..

"Untuk survive manusia membutuhkan ilmu. Nah ilmu-ilmu itu ada karena manusia harus survive," sambungnya.

Gus Muwafiq juga memberikan contoh bagaimana ilmu manusia digunakan.

"Lah untuk anti hujan ya butuh ilmu anti hujan dong. Kalau semuanya tiba-tiba musyrik, maka menanam padi untuk survive adalah musryik karena lebih percaya pada padi daripada Allah," tegasnya.

Ditanya mengenai bagaimana umat Islam di Indonesia menyikapi hal ini, seperti ini jawabannya.

"Gapapa udah, kalau dia bilang musryik suruh dia datang suruh berdoa, hujan tidak itu. Kalau yang mengatakan itu musyrik ya suruh dia berdoa di situ, kalau dia masih hujan berarti doanya tidak manjur," jelasnya.

Gus Muwafiq menambahkan bahwa ilmu tentang bagaimana mensiasati hujan itu ada ilmunya. Baik hujan tidak turun pun juga ada ilmunya.

Gus Muwafiq mengisahkan tentang sosok KH Syaikhona Kholil Bangkalan. Beliau pernah diminta Bupati untuk berdoa agar tidak hujan.

"Mbah Kholil Bangkalan, itu pernah diminta sama Bupati Bangkalan karena dia mau bikin pernikahan, minta tujuh hari tujuh malam hujan. Mbah Kholil menulis sesuatu suruh paku di atas pintu. Itu setelah tidak hujan dengan alat itu, cuman Bupatinya pengen tahu ini tulisannya apa, ternyata tulisannya: Bupati Balaknaraje (Bhs Madura red)," jelasnya.

Pesan Menghargai Orang

Gus Muwafiq teduh menyampaikan bahwa segala hal ada ilmunya. Tidak lantas dengan mudah menganggap hal tersebut musyrik.

"Itu ilmu, kalau semua disiplin ilmu disebut musryik dan dia tak tanggungjawab, dia cuma bisa memusyrikkan. Mandalika butuh tidak hujan, maka adanya itu ya suruh gunakan itu," jelasnya.

"Yang bijaksana dengan ilmu, jangan semua ilmu kemudian disebut musyrik," sambungnya.

Terkait sosok yang mengatakan hal tersebut musyrik, Gus Muwafiq mengingatkan tentang pentingnya menghargai orang.

"Makanya tidak boleh semua orang berbicara seperti itu. Misalnya khazanah itu ada di semua tempat, jangan dikit-dikit musryik, dikit-dikit musryik. Udah jangan gitu lah, hargai orang, kalau kamu tahu itu musryik ya udah kamu diem napa sih,"

Ditanya tentang pendapat Gus Muwafiq terkait agama Islam yang dianut oleh pawang hujan Mandalika, Muwafiq mengatakan hal tersebut tidak masalah.

"Lah iya kenapa, saya juga sering diminta hujan tidak datang. Kalau lagi pengajian. Semua punya, pasti kiai diminta, Gus bagaimana tidak hujan. Ya punya ilmu macam-macam," tegasnya.

Termasuk ritual yang dilakukan pawang hujan Mandalika, Muwafiq tidak mempermasalahkan. "Itu kan caranya dia, saya ingin tahu yang musryikin itu suruh sini, suruh hentikan hujan kalau dia bisa, Berdoa!," pungkas Gus Muwawiq.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES