Kopi TIMES

Jalan Terjal Tenaga Kerja Lulusan Baru

Rabu, 26 Januari 2022 - 18:36 | 95.52k
Lydia Putri, Statistisi Badan Pusat Statistik.
Lydia Putri, Statistisi Badan Pusat Statistik.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pandemi memberi dampak besar terhadap dunia kerja Indonesia. Banyak tenaga kerja terpaksa diberhentikan akibat pandemi Covid-19. Pada Februari 2020 sebelum pandemi terjadi di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 6,93 juta tenaga kerja yang menganggur. Jumlah ini meningkat signifikan menjadi 9,77 juta pada Agustus 2020 lalu.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk tetap menjalankan roda ekonomi, nyatanya jumlah pengangguran di Indonesia masih sangat tinggi. Saat ini jumlah tenaga kerja di Indonesia yang menganggur ada sebanyak 9,10 juta jiwa. Jumlah yang hampir setara dengan total seluruh penduduk di Provinsi DKI Jakarta. 

Nasib Hidup Pelaku Usaha

Meningkatnya pengangguran tentu terjadi karena ketidakstabilan kinerja perusahaan/usaha akibat pandemi. Analisis hasil survei dampak Covid-19 terhadap pelaku usaha yang dilakukan BPS menunjukkan bahwa 8 dari setiap 10 perusahaan/usaha, baik UMK maupun UMB mengalami penurunan permintaan akibat Covid-19. Tak heran bila banyak perusahan/usaha harus melakukan transformasi untuk dapat bertahan di tengah pandemi. 

Upaya yang banyak dilakukan perusahan/usaha untuk menekan pengeluaran di tengah pandemi adalah dengan menurunkan jumlah tenaga kerja. Sebanyak 35,56% perusahaan/usaha di Indonesia tercatat menurunkan jumlah tenaga kerja akibat pandemi. Hanya 2,15% perusahaan/usaha yang mampu melakukan penambahan tenaga kerja saat ini.

Upaya lain yang juga dilakukan perusahaan/usaha adalah menurunkan pendapatan para pekerja. Terbukti, data BPS menunjukkan 82,85% perusahaan/usaha di Indonesia harus menurunkan pendapatan pekerjanya akibat pandemi Covid-19.  Upaya-upaya ini terpaksa dilakukan guna mempertahakan kelangsungan hidup perusahaan/usaha. 

Jalan Terjal Para Lulusan Baru

Di tengah banyaknya pengurangan tenaga kerja oleh perusahaan/usaha, banyak lulusan perguruan tinggi dan SMA/SMK/sederajat yang baru memasuki pangsa dunia kerja. Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa jumlah lapangan pekerjaan saat ini kian berkurang akibat pandemi. Belum lagi, mereka harus bersaing dengan para tenaga kerja yang menjadi korban pengurangan akibat pandemi.

Jumlah lapangan kerja yang malah semakin menurun di tengah penambahan jumlah tenaga kerja lulusan baru, menjadi permasalah penting bagi dunia kerja Indonesia. Saat ini jumlah tenaga kerja berusia 15-24 tahun saja ada sebanyak 21,20 juta jiwa. Tenaga kerja pada kelompok usia ini, mayoritas berasal dari mereka yang baru saja menempuh pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

Semakin sulitnya persaingan di tengah pandemi, membawa banyak tenaga kerja berusia 15-24 tahun yang mengganggur.  Sebanyak 18,06% tenaga kerja berusia 15-24 tahun menjadi pengangguran. Angka ini sangat mengkhawatirkan, sebab hal ini berarti ada 3,83 juta tenaga kerja usia 15-24 tahun yang masih mencari pekerjaan saat ini. Padahal jika diberdayakan, tenaga kerja usia 15-24 tahun merupakan kelompok tenaga kerja yang paling mudah beradaptasi terhadap berbagai perubahan. Mereka lebih cepat untuk belajar dan berinovasi dibandingkan tenaga kerja pada kelompok usia yang lain.

Jika dilihat dari sisi pendidikan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tenaga kerja dengan pendidikan tinggi dan menengah jauh lebih besar dari pada TPT tenaga kerja berpendidikan rendah. TPT tenaga kerja dengan pendidikan tinggi dan menengah mencapai angka 11,85 % dan 20,22%. Lebih tinggi dari TPT tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah yang hanya mencapai 10,06 %. Hal ini terjadi karena tenaga kerja dengan pendidikan lebih tinggi cenderung untuk lebih selektif dalam memilih pekerjaan. Bahkan beberapa diantaranya, rela menganggur jika belum memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan yang diinginkan. Potret kondisi ini juga mengindikasikan betapa terjalnya jalan yang harus ditempuh para tenaga kerja lulusan baru untuk memperoleh pekerjaan di tengah pandemi.

Masalah pekerjaan yang dialami para tenaga kerja lulusan baru menjadi penting untuk di perhatikan. Pemerintah perlu membuka lapangan pekerjaan untuk menyerap para tenaga kerja, terutama bagi mereka para lulusan baru. Sebab kemampuan dan ilmu yang mereka milliki layak untuk mendapat ruang dalam dunia kerja Indonesia. Para lulusan baru pun, harus mampu menyusun strategi untuk dapat bekerja di tengah pandemi. Baik dengan meningkatkan kemampuan agar dapat bersaing dengan para seniornya, maupun dengan berinovasi membuka lapangan kerja untuk diri sendiri atau bahkan orang lain. Bagaimana pun setiap orang butuh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pasrah dan diam menanti, bukan suatu pilihan. Jangan sampai kriminalitas meningkat di tengah pandemi, hanya karena desakan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

***

*) Oleh: Lydia Putri, Statistisi Badan Pusat Statistik.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES