Politik

Bambang DH Ungkap Peran Penting Rizal Ramli Saat Penggulingan Rezim Soeharto

Jumat, 21 Januari 2022 - 21:29 | 79.91k
Rizal Ramli.(Dok.Indonews)
Rizal Ramli.(Dok.Indonews)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Mantan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono (Bambang DH) 'membongkar' peran penting Rizal Ramli sepanjang peristiwa bersejarah 1998. 

Bambang kala itu merupakan aktivis mahasiswa. Menurut dia, Rizal Ramli selain merupakan tokoh yang memiliki kemampuan intelektual dan berani, juga dikenal sebagai tokoh yang konsisten. 

"Ya, tiga hal inilah yang sangat menonjol," kenangnya, Jumat (21/1/2022). 

Selain itu, lanjut Bambang DH, Rizal Ramli disebut juga cukup luwes dalam membangun dan memelihara jaringan. Termasuk dengan para aktivis mahasiswa. 

"Bang Rizal selalu menciptakan kehangatan dalam diskusi. Bahkan kadang-kadang panas," ujarnya serius. 

Pada saat ‘98, menjelang kejatuhan Soeharto, para aktivitis saling bersinergi. Siapa saja yang melawan rezim Soeharto ketika itu, maka langsung bahu-membahu membangun jaringan dan terus menekan pemerintah. 

"Kita terus inisiasi gerakan dan masuk ke kampus-kampus dan berkomunikasi dengan tokoh organisasi buruh di berbagai wilayah," tandasnya.

Selain Rizal Ramli, sebut Bambang, ada nama lain yang menonjol yakni Heri Achmadi dan almarhum Arief Ariman. 

"Kami kerja hampir tidak mengenal waktu. Itu kerja politik yang paling mengesankan. Di mana semua bekerja saling mengisi dan menguatkan," ujar dia membayangkan momen membara ketika itu. 

Bambang berkisah, saat ramai penculikan terhadap para aktivis, gerakan mahasiswa juga tidak reda, tapi justru semakin memperbesar energi pertempuran. 

Namun dia kehilangan seorang patner yang sehari-hari bekerja sebagai connector maupun pembangun jaringan. Yaitu Herman Hendrawan. 

"Partner saya ini termasuk 13 aktivis yang diculik dan sampai dengan saat ini tidak jelas keberadaannya," jelasnya menahan amarah. 

Suatu saat para aktivits yang berposko di Jalan Tebet Barat Dalam, yaitu kantor Rizal Ramli, menerima keluhan dari kawan-kawan aktivis di sejumlah kampus. Mereka banyak tidak pulang selama berhari-hari. Baju, celana tidak pernah ganti. 

"Malah celana dalam terpaksa harus dipakai dibolak-balik, side A, side B. Akibatnya gatal dan sangat risih, kata mereka. Saya langsung sampaikan ini ke Posko Tebet dan dalam waktu tidak lama kita bisa langsung drop (kirim) ke beberapa titik mahasiswa di Gedung DPR Senayan, dan sekitarnya," terangnya. 

Selain celana dalam dan pakaian dalam lainnya, Posko Tebet secara berkala juga mengirimkan handuk kecil, pasta gigi, sikat gigi, air mineral, vitamin, nasi bungkus, dan beberapa keperluan lainnya untuk para mahasiswa di lapangan.

Bambang DH sendiri sebenarnya memiliki tempat kost di Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, bersama Herman Hendrawan (almarhum). Namun tak pernah mereka tempati. 

"Karena saat itu penggrebekan teman-teman gencar sekali, dan diisukan sebagai buronan kasus narkoba. Tempat di kawasan itu sebenarnya sangat strategis. Dekat dengan Kantor LBH. Enak untuk koordinasi dengan kawan-kawan di sana," katanya. 

Bambang juga tidak ingat persis berapa lama bertahan di Posko Tebet. Tapi ia memastikan lumayan lama. Dia bersama kawan-kawan berada di tempat tersebut. Mulai dari tidur, mandi, makan, dan setiap hari bekerja bahu-membahu untuk pergerakan mahasiswa dalam menjatuhkan rezim otoriter Soeharto.

"Jawa Timur, sebagai daerah asal saya, waktu itu saya anggap sudah matang. Saya sempat bolak-balik, dan kembali ke Jakarta bersama Herman Hendrawan," bebernya. 

"Kita menganggap sebagus apapun gerakan di daerah, seperti di Jawa Timur, titik pukulnya adalah tetap di ibu kota. Di Jakarta, dengan posko kami Posko Tebet. Karena itu kami memperkuat jaringan, gerakan, dan aksi-aksi di ibu kota," lanjut Bambang DH. 

Dirinya menilai peran Posko Tebet cukup besar dan termasuk posko yang awal memberikan bantuan kepada gerakan mahasiswa yang menduduki Gedung DPR. 

Bahkan saat itu bantuan rokok juga melimpah. Rokok-rokok itu ditempatkan di berbagai titik di Gedung DPR Senayan. Siapa saja bebas mengambil. Tentu saja masih banyak sekali kisah-kisah yang mengesankan dari peristiwa ‘98 itu.  

"Kenangan yang tidak pernah terlupakan bagi saya sebagai aktivis mahasiswa ‘98 yang bersinergi dengan aktivis mahasiswa ‘78 seperti Mas Rizal Ramli," ucap Bambang DH.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES