Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Konsep Akal dalam Perspektif Muhamad Abduh

Jumat, 14 Januari 2022 - 11:08 | 60.47k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Akal adalah gaya kekuatan yang hanya dimiliki oleh manusia, karena itu pulalah yang membedakan manusia dengan mahkluk yang lain, seperti benda-benda padat,tumbuh-tumbuhan, dan binatang sekalipun. Akal merupakan pangkal kehidupan manusia yang menjadi sendi kelangsungan hidupnya. Manusia melalui beberapa periode,yaitu bayi,anak anak,remaja,dewasa,dan tua.

Dalam berpikirnya manusia tentu mengalami tahapan-tahapan sebagaimana tersebut. Dalam beragama mnusia di bekali akal untuk memahami ajarannya. Agama bagi semua ummat terdahulu yang dapat dibaratkan mereka itu masih taraf anak anak, maka ajaran agama yang diturunkan kepada mereka bersifat mutlak, perintah, larangan dan penyerahan diri pada Tuhan.

Ketika tahapan mereka telah meningkat ke taraf remaja, maka khitob agama kepada mereka itu dibagikan seorang bapak yang menghadapi anak anaknya, mulai dari sentuhan perasaannya,di kenalkan alam ukhrowi, hidup yang lebih santun dan penuh muatan moral. Sewaktu tahapan manusia telah dewasa maka datanglah syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Ajarannya yang berkhitob pada akal dan bukan lagi dengan perasaan karena syariat islam harus menghadapi manusia yang telah maju tingkat peradabannya,berusia dewasa dan menghendaki agama yang rasional. Apa yang mereka tuntut itu dapat ditemukan dalam ajaran islam.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kemudian usia manusia telah membawa kepada umur dewasa, sedang perostiwa kejadian yang silam itu telah dapat memberikan kesadaran baginya. Maka datanglah islam menghadapkan pembicaraan terhadap akal, dan agama menyeru memanggil paham untuk membimbing manusia menuju pada kebahagiaan kehidupannya di dunia akhirat.

Islam menjelaskan kepada manusia apa yang menjadi  persengketaan di antara mereka,dan membukakan pula terhadap segi-segi mana yang di persengketaakan itu. Di samping itu dia menjelaskan pula kepada mereka bahwa agama allah iti pada bangsa dan golongan itu sebenarnya satu, dan tujuannya untuk membenarkan keadaan diri dan mensucikan hati mereka adalah satu pula.

Dan bahwa ketentuan ibadah dan upacara sebagaimana yang tampak di mata itu, pada hakikatnya adalah adalah untuk memperbarui peringatan kepada rohani dan Allah SWT.

Tidak memandang kepada wajah dan rupa tapi memandang hatinya. Islam menuntut kepada manusia yang mukallaf supaya menjaga jasadnya sebagaimana ia menuntut supaya manusia itu memelihara batinnya.

Begitulah ia memerintahkan supaya menyucikan badan lahir sebagaimana ia mewajibkan agar menyucikan batin. Dan kedua perkara itu memang harus di sucikan trus menerus. Dan islam menjadikan ikhlas sebagai roh ibadat, dan semua amal itu tidak lain untuk menghiasi diiri.

Menurut Abduh, dengan akal manusia dapat

1.      Mengetahui Allah SWT dan sifat-sifatnya
2.      Mengetahui adanya hidup di akhirat
3.      Mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa di akhirat bergantung pada mengenal allah swt dan berbuat baik sedangkan kesengsaaraannya bergantung pada tidak mengenal allah dan pada perbuatan jahat.
4.      Mengentahui wajibnya manuisa mengenal Allah
5.      Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya dia menjauhi perbuatan jahat dan untuk bahagianya di akhirat
6.      Membuat hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dengan demikian wahyu menolong akal untuk mengetahui alam akhirat dan keadaaan hidup manusia disana, untuk mengetahui sifat kesenanagan dan kesengsaraan dan bentuk perhitungan yang akan di hadapinya nanti, untuk mengetahui bahwa disini ada malaikat dan sebagaimana nanti.

Tetapi akal dapat menerima adanya hal hal itu. Wahyu selanjutnya menolong akal dan mengatur masyarakat atas dasar prinsip umum yang di bawanya dalam mendidik manusia untuk hidup dengan damai dengan sesamanya dan dalam membukakan rahasia yang dasar yang menjadi dasar ketentraman hidup dalam masyarakat.

Wahyu selanjutnya membawa syariat yang mendorong manusia untuk melaksaanakan kewajiban seperti kejujuran ,berkaata benar, menepati janji dan lain lain. Namun haruslah di sadari bahwa kebenaran yang di capai semata mata dari akal itu adalah nisbi relatif sungguhpun akal dapat mencapainya tetapi tidak terjamin kebenarannya oleh karena itu orang orang khawas membutuhkan konfirmasi dalam bentuk wahyu yang membawa pengetahuan yang menentramkan jiwa manusia. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES