Kopi TIMES

Membumikan Literasi Menuju Bondowoso Tape Emas

Jumat, 14 Januari 2022 - 13:42 | 97.55k
Soekaryo, SH.,MM, Pj. Sekda Kabupaten Bondowoso
Soekaryo, SH.,MM, Pj. Sekda Kabupaten Bondowoso

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Founding Fathers Bangsa Indonesia menyatakan pentingnya Jas Merah, Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah. Pesan tersebut memantik lahirnya tulisan ini, bagaimana literasi sangat solutif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.Terlukis dalam tinta emas sejarah bangsa, tiga setengah abad lamanya Indonesia di jajah oleh Belanda. Kebangkitan nasional diawali dari lahirnya politik Etis (balas budi) oleh pemerintah Belanda pada tahun 1901. Kebijakan politik Etis melahirkan tiga program yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi. Melalui kebijakan politik Etis inilah sejatinya menjadi episode model perjuangan baru para pahlawan bangsa. 

Edukasi yang diwujudkan dengan memberikan ruang pendidikan meskipun jumlahnya sangat terbatas dan hanya bisa diakses oleh golongan bangsawan pada akhirnya nanti akan melahirkan para pahlawan Bangsa Indonesia yang kita kenal hingga sekarang.

Harus diakui, diterapkannya politik Etis memicu lahirnya berbagai organisasi pergerakan dan perhimpunan yang bersifat daerah maupun nasional di Indonesia tepatnya pada tahun 1908. Beberapa di antaranya adalah Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij, dan lain-lain.

Program edukasi yang diberikan dalam Politik Etis melahirkan kaum terpelajar dari kalangan pribumi. Mereka inilah yang kemudian mengawali era pergerakan nasional dengan mendirikan berbagai organisasi yang berjuang melalui pemikiran, pengetahuan, hingga politik.

Lahirnya organisasi-organisasi seperti di atas pada akhirnya dua puluh tahun kemudian melahirkan sumpah pemuda, 28 Oktober 1928.

Dari perjalanan sejarah tersebut, makna istimewa yang bisa diambil adalah bagaimana pentingnya literasi untuk membuka cakrawala pemikiran baru yang terbentang luas.

Literasi yang dilaksanakan secara getok tular dari yang berkesempatan sekolah tersebut pada akhirnya melahirkan keyakinan kesatuan tanah air, kesatuan bangsa, dan kesatuan bahasa yakni bahasa Indonesia. 

Literasi faktanya mampu membangun kesadaran sebagai bangsa terjajah yang di eksploitasi rempah-rempahnya yang melimpah untuk bangkit melawan, yang pada awalnya hanya mengandalkan perang gerilya menjadi perang strategi melalui organisasi.

Literasi mampu membuka kesadaran akan pentingnya persatuan dari luasnya wilayah mulai Sabang sampai Merauke dan tidak mau lagi takluk dengan devide et impera. Literasi yang kuat juga terbukti mampu mendorong kenekatan para pemuda dengan tragedi Rengas Dengklok yang dikenal sebagai tonggak lahirnya kemerdekaan indonesia.

Kecerdasan untuk segera merdeka di tengah takluknya Jepang dengan tidak menunggu pemberian kemerdekaan yang dijanjikan Jepang adalah bentuk nyata pentingnya literasi. Lantas, bagaimana memaknai literasi untuk membangun kesejahteraan masyarakat sekarang ini?

Penulis mempunyai keyakinan besar bahwa membumikan literasi akan berdampak dahsyat bagi terwuujudnya mimpi Bondowoso Tape Emas Tape Emas adalah akronim dari Terwujudnya Peningkatan Ekonomi Masyarakat.

Berdasarkan spirit literasi jaman pergolakan masa lalu Bangsa Indonesia di atas, sangat penting kiranya membangun budaya literasi pada masyarakat Bondowoso. Budaya Literasi adalah cara untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca dan menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan sebuah karya.

Proses giat membaca dan menulis ini sangat baik dikembangkan agar dapat meningkatkan pola pikir masyarakat. 

membaca dan menulis tersebut di atas sangat berguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bondowoso. Literasi ini merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, terus ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang.

Literasi ini sendiri dapat kita definisikan sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Kemampuan literasi ini merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat.

Budaya literasi sangat dibutuhkan di masyarakat untuk membantu memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, dan masyarakat karena budaya literasi memiliki sifat “Multiple Effect”.

Idris Apandi juga mendeskripsikan bahwa literasi dan kesejahteraan adalah dua hal yang saling berhubungan.

Orang atau bangsa yang rajin belajar (literat) niscaya akan mencapai kesejahteraan. Sejahtera bisa bisa dilihat dari dua sisi, yaitu sejahtera lahir dan sejahtera batin. Sejahtera lahir kaitannya dengan terpenuhinya kebutuhan hidup, terjaganya kesehatan, dan memiliki materi yang melebihi dari standar kebutuhan minimal sehingga bisa menabung dan berinvestasi, sedangkan sejahtera batin kaitannya dengan rasa senang, bahagia, gembira, aman, damai, dan tentram.

Kecerdasan Imam Yanuar, mantan penjaga toko pakaian dengan gaji di bawah UMR pada akhirnya menjadi jutawan dengan penghasilan 250 juta/ bulan dengan menjadi Youtuber.

Hebatnya lagi, Imam Yanuar mampu menginspirasi dan mengajak para pemuda pengangguran lainnya dan dengan waktu singkat viral dengan kampung Youtuber di Dusun Posong, Kecamatan Tapen, Bondowoso.

Mengesankan sekali jalan hidup Imam Yanuar yang notabene hanya lulusan SMA namun terbukti pendapatannya mengalahkan profesi guru dan puluhan profesia lainnya, yang bahkan mensyaratkan harus minimal sarjana. 

Kisah inspiratif berikutnya yakni seorang santri Ifan Kurniawan alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo lalu melanjutkan pendidikannya ke IAIN Jember, namun ia akhirnya jadi peternak pelopor swasembada daging.

Bekal nyantri dan ijazah sarjana pendidikan agama tentunya sangat tidak linier dengan apa yang menjadikannya melesat hingga membuat usahanya menjadikan Gubenur Jatim dan MUI jatuh hati.

Faktanya, Ifan dengan sangat tegas kegiatan yang sudah ber-omzet milyaran dan membuka lowongan pekerjaan baru bagi masyarakat tersebut murni hasil ber-literasi mandiri.

Kisah inspiratif tersebut di atas hanyalah dua kisah dari sekian banyak kisah lainnya yang terlahir dari kemmpuan manusia mengeksplorasi literasi dengan baik. Kemampuan literasinya pada akhirnya berhasil membentuk Terwujudnya Peningkatan Ekonomi Masyarakat (TAPE EMAS).

Hal itu sangat berkorelasi mengingat rendahnya minat baca juga akan menyebabkan kemampuan inovasi masyarakat kita rendah. Padahal, inovasi adalah kunci kemajuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya dan pada akhirnya akan berdampak pada kemajuan bangsa. 

Gerakan Literasi Nasional, Gerakan Literasi Daerah (Gelida), Gerakan Literasi Sekolah (GLS), komunitas pembaca, dan berbagai gerakan lainnya h untuk meningkatkan minat baca, tulis, dan hitung harus terus digelorakan. Kabupaten Bondowoso sendiri telah mempunyai Peraturan Bupati Nomor 71 Tahun 2020 Tentang Gerakan Literasi Daerah Kabupaten Bondowoso.

Di samping itu, dalam rangka menguatkan Gelida, juga ada Perbup dan instruksi Bupati Bondowoso antara lain; Peraturan Bupati Bondowoso Nomor 100 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Bunda Mendongeng Kepada Anak di Kabupaten Bondowoso, Peraturan Bupati Bondowoso Nomor 101 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Aksi “PARISAKATU” Pada Siswa Jenjang Pendidikan Dasar di Kabupaten Bondowoso, Instruksi Bupati Bondowoso Nomor 1 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Aksi “PARISAKATU”, dan Instruksi Bupati Bondowoso Nomor 2 Tahun 2021 tentang Penyediaan “SUBARI”.

Keseriusan Pemkab Bondowoso dalam pencanangan Gelida tersebut tentu saja dengan tujuan mulia bagaimana lembaga pemerintah membangun sinergitas dengan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk membumikan literasi. Adapun sasaran Gelida meliputi; literasi instansi dengan inovasi “SUBAIRI”, Aksi PARISAKATU untuk jenjang SD dan SMP, literasi keluarga dengan Gerakan Ibu Mendongeng (Gendongan), dan masyarakat dengan layanan “Jambu Ules”. Akhirnya, mari bersama-sama kita melakukan inisiasi apapun yang dapat mendorong aktifnya gerakan literasi kepada sekitar kita demi mimpi kita bersama, Bondowoso TAPE EMAS.

*) Penulis, Soekaryo, SH.,MM, Pj. Sekda Kabupaten Bondowoso

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

______
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES