Ekonomi

Potensi Pengembangan Kakao di Jatim Capai 16 Ribu Hektare

Selasa, 11 Januari 2022 - 21:21 | 49.96k
Pohon kakao.(Dok.Tanipedia.co)
Pohon kakao.(Dok.Tanipedia.co)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Komoditas lahan kakao berdasarkan data Data Dinas Perkebunan Jatim mencapai kurang lebih 16.000 hektare (ha). 

Potensi tersebut diharapkan dapat menyuplai permintaan kakao yang selama ini masih belum tercukupi setiap bulannya. 

Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Heru Suseno mengatakan selama ini produksi kakao biji kering di Jawa Timur sebesar 50-80 ton per bulan.

Namun permintaan yang ingin menyerap produksi kakao kelompok tani sebesar 100 ton per bulan. Tentu saja, permintaan pasar tersebut belum dapat dipenuhi untuk saat ini.

Dari beberapa lahan yang memiliki potensi pengembangan kakao tersebut, beberapa lokasi tersebar dibeberapa kabupaten, di antaranya Pacitan, Trenggalek, Madiun, Malang, Blitar, Lumajang, Kediri, Nganjuk dan Tulungagung.

"Jika potensi lahan tersebut dapat digarap secara maksimal, status Jatim sebagai sentra kakao nasional dapat kita raih,” harapnya, Selasa (11/1/2022). 

Data tahun 2021 menyebutkan, luas exsisting kakao di Jatim sebesar 57.020 ha. Lahan-lahan tersebut tersebar di Perkebunan Rakyat seluas 40.184 ha, Perkebunan Besar Negara seluas 12.229 ha, dan Perkebunan Besar Swasta 4.608 ha.

Sementara untuk produksinya sendiri pada tahun 2021 mencapai 34.988,85 ton. Produksi itu berasal dari Perkebunan Rakyat sebanyak 20.558,10 ton, Perkebunan Besar Negara sebesar 11.2019 ton dan Perkebunan Besar Swasta sebesar 3.211,75 ton.

“Potensi kakao rakyat di Jatim masih cukup besar tapi belum dikembangkan optimal, padahal komoditas tersebut mampu meningkatkan perekonomian masyarakat desa karena bisa dipanen dua kali per bulan dan penjualannya juga cukup mudah,” imbuhnya.

Kebutuhan pabrik pengolahan kakao dalam negeri sendiri kekurangan bahan baku, sehingga kerap mendatangkan kakao dari kawasan timur Indonesia bahkan impor dari Afrika.

Guna meningkatkan kembali produktivitas kakao di Jawa Timur, pemerintah terus melaksanakan kegiatan pengembangan, rehabilitasi, dan intensifikasi kakao. Hal ini juga untuk memberikan peluang kesempatan kerja bagi petani .

Lebih lanjut Heru Suseno mengatakan, kegiatan intensifikasi sendiri bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani kakao di Jawa Timur.

Di lain pihak kegiatan rehabilitasi tanaman dilakukan untuk memperbaiki tanaman yang tua atau rusak, serta kegiatan pengembangan untuk menumbuhkan sentra kakao baru di Jawa Timur.

Sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman kakao di Jawa Timur juga dilakukan bantuan alat panen dan pasca panen serta peningkatan SDM petugas dan petani melalui pelatihan.

Dengan adanya pelatihan diharapkan petani dapat meningkatkan ketrampilan dalam berbudidaya serta mengolah biji kakao yang dihasilkan menjadi produk sekunder sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Kegiatan pengembangan kakao ini sangat diminati masyarakat karena harga komoditi yang dalam lima tahun ini relatif stabil, tidak dikenal musim berbuah serta teknik budidaya kakao yang relatif mudah dan memerlukan naungan sehingga oleh petani banyak ditanam di antara pertanaman yang telah ada sebelumnya.

Harga per kakao untuk non fermentasi rata-rata berkisar Rp 20.000 – Rp 23.000. Sementara untuk fermentasi berkisar rata-rata Rp 27.000 – 35.000 sesuai dengan grade masing-masing.

“Dengan potensi harga yang cenderung naik, tentunya minat petani untuk mengembangkan komoditas ini semakin bergairah,” katanya.

Pada tahun 2020, areal tanam kakao di Jawa Timur mencapai seluas 56.895 ha. Luasan tersebut terdiri dari areal kakao rakyat seluas 40.059 ha dan Perkebunan Besar Negara seluas 12.229 ha dan Perkebunan Besar Swasta seluas, 4,607 ha.

Produksi kakao di Jatim pada tahun 2020 mencapai 35.304 ton terdiri dari produksi kakao rakyat sebesar 20.815 ton, produksi kakao Perkebunan Besar Negara 11.249 ton dan Perkebunan Besar Swasta sebesar 3,240 ton.

Komoditi kakao ini merupakan komoditi strategis untuk mengangkat martabat masyarakat dengan meningkatkan pendapatan petani perkebunan dan tumbuhnya sentra ekonomi regional.

"Kakao juga merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam pembangunan sub sektor perkebunan, antara lain untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara,” terangnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES