Peristiwa Daerah

Diduga Dibuli Teman Sekelas, Siswa di Banyuwangi Harus Amputasi Tulang

Selasa, 11 Januari 2022 - 19:40 | 189.47k
Foto rontgen patah tulang siswa korban bullying di Banyuwangi, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)
Foto rontgen patah tulang siswa korban bullying di Banyuwangi, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Seorang siswa kelas 7 di salah satu sekolah swasta di Kecamatan Licin, Banyuwangi, Jawa Timur, harus menjalani operasi patah tulang akibat dugaan pembulian (bullying) oleh teman sekelasnya.

Menurut orang tua korban, anaknya tersebut harus menjalani amputasi dengan memotong tulang paha sepanjang 4 sentimeter. Jika tidak dilakukan, kondisinya akan semakin parah akibat infeksi yang disebabkan.

Dugaan pembulian ini bermula saat korban kembali masuk sekolah untuk pertama kalinya. Sebelumnya, korban mengalami kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang. Korban harus menggunakan tongkat penyangga untuk berjalan.

Selama satu bulan, korban bisa bersekolah dengan normal meskipun harus menggunakan tongkat penyangga yang membantunya berjalan.

"Jadi anak saya itu habis kecelakaan dan mengalami patah tulang. Setelah 6 bulan menjalani perawatan, akhirnya bisa sekolah kembali. Kebetulan pembelajaran tatap muka sudah dimulai," kata Imam Lutvy, ayah korban saat dikonfirmasi, Selasa (11/1/2022).

Selanjutnya, pada tanggal 20 November 2021 lalu, sebuah insiden terjadi. Anak Imam dilaporkan menjadi korban bullying di sekolah. Diduga, tindakan bullying tersebut dilakukan oleh teman sekelas saat jam pelajaran berakhir.

Imam menceritakan, di akhir jam pelajaran, salah satu teman sekelas sengaja mengambil tongkat penyangga anaknya. Meski mencoba memohon untuk dikembalikan, namun tongkat penyangga milik korban tidak diberikan.

"Kejadiannya di sekolah. Egrang (tongkat penyangga) anak saya diambil sama salah satu temannya dan tidak dikembalikan," jelas Imam.

Korban yang tidak bisa bertindak hanya bisa diam. Namun, rupanya ada satu anak lain yang mencoba membantu merebut dan memberikan tongkat penyangga tersebut pada korban.

Tak berselang lama, anak yang diduga melakukan bullying kembali menghampiri korban. Diduga dengan sengaja, anak ini menabrak kaki korban. Korban menjerit dan menangis kesakitan. Hingga akhirnya korban diantarkan pulang oleh salah satu guru.

Setelah insiden tersebut, korban terus-terusan mengeluh kesakitan di bagian kakinya. "Kejadiannya hari Sabtu. Anak saya baru dibawa ke rumah sakit tiga hari kemudian, karena dokter yang mengoperasi anak saya sebelumnya baru ada di hari Selasa," kata Imam.

Berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen, rupanya tulang paha korban kembali patah. Selain itu, pen yang terpasang di dalam kakinya juga lepas akibat benturan keras. Selanjutnya, dokter merekomendasikan agar korban kembali menjalani operasi.

“Tidak bisa segera dioperasi, karena alat yang dibutuhkan masih harus memesan terlebih dahulu. Ya akhirnya nunggu dulu selama 2 mingguan,” ujar ayah korban. 

Belum genap menunggu selama 2 minggu, kondisi korban kian memburuk. Akhirnya keluarga langsung merujuk ke rumah sakit lain. Mengejutkannya lagi, tulang paha korban sudah mengalami infeksi. Beruntung tidak sampai membusuk. Selanjutnya, dokter merekomendasikan agar si korban menjalani operasi amputasi tulang.

"Supaya infeksinya tidak kemana-mana, akhirnya pada bagian tulang atas harus dipotong 2 cm dan 2 cm di bagian tulang bawah. Total 4 cm yang dipotong," ungkap Imam.

Ironisnya, orang tua anak pelaku bullying disebut tidak memiliki niatan baik terhadap korban. Sampai korban menjalani operasi tidak sekalipun menjenguk, baik di rumah sakit atau di rumahnya. Bahkan sekedar meminta maaf pun tak dilakukan.

Imam mengatakan telah melaporkan kejadian yang menimpa anaknya tersebut ke polisi. "Kami hanya bisa pasrah. Sepenuhnya kami serahkan kepada hukum," tegas Imam.

Dikonfirmasi terpisah, Kapolsek Licin, Iptu Dalyono membenarkan peristiwa tersebut. Polisi mendorong agar persoalan ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan, mengingat terduga pelaku pembulian masih di bawah umur. 

"Iya Kamis sudah menerima informasi tersebut. Tadi dari keluarga korban maupun keluarga pelaku kita mediasi. Termasuk pihak sekolah juga kita hadirkan. Semoga permasalahan ini bisa diselesaikan secara baik-baik," kata Iptu Dalyono saat dikonfirmasi adanya kasus bullying di Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES