Ekonomi

Usahanya Dibantu Pebatik Profesional, Difabel di Bondowoso Siap Buka Sanggar Batik

Senin, 10 Januari 2022 - 17:14 | 51.25k
Rahma saat melukiskan malam di atas kain batik yang sudah digambar (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Rahma saat melukiskan malam di atas kain batik yang sudah digambar (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Rahma (25), seorang difabel atau penyandang disabilitas daksa di Bondowoso, tidak pernah berhenti untuk terus mengembangkan kemampuannya dalam membatik. Setelah sekian lama bekerja ke orang, kini dia siap membuka sanggar batik sendiri.

Rahma memiliki ketertarikan untuk menggambar sejak sekolah dasar. Kemudian beberapa tahun terakhir dia tertarik untuk membatik. Hingga pada 2019 ia dibina Dinas Sosial Bondowoso, dan dia diberi kesempatan belajar ke salah satu sanggar batik di Kecamatan Jambesari DS.

Rahma menceritakan, setelah belajar dengan gigih akhirnya dia sudah bisa melukis di kain menggunakan malam.  Memang tak bisa diremehkan, meski mencanting menggunakan kakinya, hasilnya terbilang cukup bagus. 

Saat belajar, Rahma harus mengojek. Dia juga pernah bekerja di salah satu sanggar batik di dekat perkotaan.  Bahkan suatu ketika dia mengaku tidak menerima imbalan apapun dari usahanya. Padahal hasilnya memiliki nilai jual. "Karena masih dianggap pelatihan ya gak dapat bayaran mas, hanya makan siang," katanya.

Oleh karena itu, Rahma akhirnya meminta izin untuk buka usaha sendiri. Bahkan dia mengaku sudah izin juga ke Dinsos Bondowoso. Dia berkeinginan, jika usahanya nanti berkembang akan mempekerjakan tetangga dan warga sekitar untuk membatik.

"Alhamdulillah saat ini kami terima banyak pesanan. Ada beberapa terpaksa kami tidak terima mas karena kalau tidak sesuai target kasihan sama yang pesan," paparnya.

Dalam menjalankan usahanya, Rahma dibantu oleh suaminya. Suaminya yang membuat sketsa, lalu dia yang mencanting. Bahkan Rahma akan segera memasang papan nama di sanggar batiknya. "Namanya Rahma Batik, biar mudah dicari orang," imbuhnya.

Di saat yang sama, seorang pembatik profesional sekaligus pemilik Ijen Batik, Andrianto tergerak hatinya untuk membantu.

"Sebenarnya tahu Rahma dari dulu kalau dia itu membatik. Sebenarnya Rahma datang ke Ijen Batik awalnya bukan kolaborasi, dia meminta garapan karena dia tidak ada cantingan," katanya saat dikonfirmasi TIMES Indonesia, Senin (10/2/2022)..

Berdasarkan pengakuan Rahma kata dia, warga asal Desa Jetis Curahdami itu menganggur karena tidak ada pesanan minta garapan cantingan. 

"Sampai di Ijen Batik dia bercerita, kalau memang selama ini ada pesanan tetapi sama pembimbingnya itu dilempar ke pembatik lain. Terus Rahma tidak diberikan garapan. Tapi hasil batiknya dibilang garapannya Rahma," katanya menceritakan kembali pengakuan Rahma. 

Mendengar pengakuan itu, Andri merasa harus membantunya. Tetapi dia tidak ingin Rahma ambil cantingan di Ijen Batik.  "Berarti dia bekerja di Ijen Batik. Saya tidak mau kalau seperti itu. Karena Rahma kan sudah punya nama. Eman kalau sudah punya nama terus kerja di Ijen Batik," katanya.

Akhirnya dia ingin membantu untuk membangun branding Rahma Batik. "Sebab sama pendampingnya hanya dikasih kerjaan dua lembar batik. Itu pun hanya dibayar Rp. 20.000. Insya Allah saya bantu di motif dan pemasaran," imbuhnya.

Pemilik butik batik di Tamanan Bondowoso itu siap membantu di desain motifnya. "Nanti Rahma yang membuat batiknya. Kalau ke depan Rahma ada banyak pesanan dan tidak bisa menyelesaikan, bisa dibantu untuk dikerjakan di Ijen Batik. Tapi kalau Ijen Batik banyak pesanan nanti tak lempar ke Rahma," jelasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES