Kopi TIMES

Kolaborasi Pendidikan Tinggi dalam Pembangunan SDM dan Mengurai Kemiskinan di Sumenep

Sabtu, 08 Januari 2022 - 22:05 | 138.64k
Ahmad Shiddiq, Dosen STKIP PGRI Sumenep dan Ketua LPTNU Sumenep.
Ahmad Shiddiq, Dosen STKIP PGRI Sumenep dan Ketua LPTNU Sumenep.

TIMESINDONESIA, SUMENEP – Sumenep merupakan kabupaten yang terbagi atas wilayah Daratan dan kepulauan. Sumenep memiliki banyak pulau dibanding dengan kabupaten lainnya di Madura. Tentu, kelebihan secara georafis ini menjadi tantangan dan tanggung jawab pemerintah daerah untuk memerhatikan pemerataan pembangunan terutama di bidang SDM. Sebab, sumber daya manusia (SDM) adalah kunci bagi semua aspek pembangunan suatu daerah.   Daerah akan bergerak cepat, jika pemegang kebijakan mampu mengelola sekaligus mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi menghadapi masa depan.

Sumenep mengalami peningkatan kualiatas SDM, hal ini terlihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam 5 Tahun Terakhir. Dari tahun 2017 IPM Sumenep berada  di posisi 64.28, tahun 2018 mengalami kenaikan dengan persentase 65.25, tahun 2019 menunjukkan posisi yang makin membaik dengan angka 66.22, dan tahun 2020 menunjukkan posisi Sumenep makin menunjukkan  peningkatan SDM dengan persentase IPM 66.43, serta tahun 2021 merupakan puncak pembangunan SDM dengan posisi 67.04. Sebagai perbandingan IPM dari empat kabupaten di Madura pada tahun 2021 menunjukkan posisi Sumenep sebagai Kabupaten dengan IPM tertinggi yaitu 67.04, disusul dengan Kabupaten Pamekasan runner-up dengan angka 66.40, lebih lanjut Kabupaten Bangkalan 64.36, dan Kabupaten Sampang 62.80 menempati posisi ketiga dan keempat.

Yang menjadi indikator IPM Sumenep tahun 2021 meliputi pertama mendapat nilai tertinggi di Madura karena angka harapan hidup yang menunjukkan nilai 71.56, angka harapan lama Sekolah 13.33 dan rata-rata lama sekolah 5.90 dan hal ini masih mengalami problem serta perlu mendapatkan sentuhan tangan dari pemegang kebijakan, sedangkan pengeluaran perkapita adalah 9juta/pertahun yang bisa dikatakan membaik. Bahkan, IPM Sumenep menempati rangking ketiga di Jawa Timur, setelah Banyuwangi 1.07 persen, Lumajang 0.93 persen dan Sumenep 0.91 persen tahun 2021.

Akan tetapi, apabila melihat tingkat kemiskinan yang tinggi di Sumenep malah menunjukkan pembangunan Sumenep yang belum merata. Apalagi masuknya Kabupaten Sumenep sebagai salah satu wilayah yang mengalami kemiskinan ekstrem pada tahun 2021. Hal tersebut dapat dilihat dalam lima besar kemiskinan ekstrem di Jawa Timur diantaranya Bangkalan 12.44 setara dengan Jumlah penduduk miskin 123.490 jiwa, Sumenep 11.98 dengan perhitungan jumlah penduduk miskin 130.750 jiwa,  Probolinggo 9.75 dengan penduduk miskin berjumlah 114,250 Jiwa, Lamongan 7.37 dengan jumlah penduduk 87.620 Jiwa, Bojonegoro 6.05 dengan jumlah penduduk miskin 50.200 jiwa.

Dari dua kondisi yang dialami Kabupaten Sumenep tersebut dirasa ambigu, sebab di satu sisi IPMnya mengalami kenaikan, namun pada posisi kemiskinan ekstrem justru merupakan terbesar kedua di Jawa Timur. Hal ini menjadi pertanyaan besar sekaligus bahan refleksi bagi pemerintah daerah untuk melakukan perbaikan dan memerhatikan kondisi reel di masyarakat. Karena sebenarnya yang benar-benar merasakan dan melaksanakan kebijakan pemerintah adalah masyarakat.

Melihat realitas pembangunan SDM Sumenep dan  kemiskinan ekstrem 2021, pemerintah Kabupaten Sumenep perlu melakukan  strategi dan teknis penanganan prioritas terhadap 1929 jiwa/orang yang terdapat pada lima kecamatan terekstrem yang meliputi kecamatan Arjasa, Batang-Batang, Lenteng, Pragaan, dan Sapeken. Karena di lima kecamatan ini menunjukkan angka kemiskinan yang besar. Sebagai langkah dan teknis penanganan yang dilakukan perlu dan tetap memerhatikan sosial pendidikan ekonomi setempat dari hulu ke hilir. Sebab penanganan kemiskinan bukan pekerjaan mudah sebagaimana membalikkan telapak tangan, namun harus melibatkan semua stake holder baik pemerintah, masyarakat, organisasi sosial keagamaan dan termasuk pula Perguruan Tinggi setempat sebagai civitas akademik yang akan membentuk generasi unggul dan ahli di masa depan .  

Merujuk pandangan Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memberikan pemaparan bahwa ada empat (4) hal tentang problem dan isu pembangunan SDM (IDN Times, 29/08/2019). Pertama, lemahnya produktifitas dan lambatnya peningkatan tenaga kerja. Kedua, lembaga pendidikan tidak bisa memberi solusi peningkatan produktivitas dan profesionalisme tenaga kerja. Ketiga, terjadi jarak yang lebar antara suplay dan demand tenaga kerja. Keempat, adanya perkembangan ekonomi dan evolusi teknologi berdampak terhadap kebutuhan klasifikasi tenaga kerja. Untuk mewujudkan SDM handal, inovatif dan kreatif harus dilakukan terobosan-terobosan kolaboratif antar pemerintah kabupaten (pemkab), masyarakat dan instansi lembaga pendidikan tinggi, melalui Tridharma Perguruan Tinggi.

Potensi Perguruan Tinggi melalui tridharma yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian dengan memetakan secara proporsional akan melahirkan terobosan dan inovasi pembangunan sumberdaya manusia serta pemberdayaaan masyarakat Sumenep. Secara simple dari pengajaran akan membentuk suatu kesadaran akan pentingnya pembangunan, dan penelitian akan menemukan inovasi dan terobosan, kemudian pengabdian akan menciptakan suatu pembangunan dan pemberdayaan yang memberdayakan masyarakat.

Sumenep sendiri memiliki tiga belas (13) Lembaga pendidikan tinggi baik yang dibina oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, maupun di bawah binaan Kementerian Agama RI. Ketiga belas perguruan tinggi yaitu meliputi Universitas Wiraraja Sumenep, Universitas Bahaudin Sumenep, Institut Sains dan Teknologi Annuqayah Guluk-Guluk, STKIP PGRI Sumenep, Akademi Kesehatan Sumenep. Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Guluk-Guluk, Institut Kariman Wirayudha Gapura, STAI Miftahul Ulum Sumenep, STIT Aqidah Usymuni Sumenep, STIQ Nurul Islam Bluto, STID Raudlatul Iman Ganding, STIS Nurud Dhalam Ganding. Dari tiga belas (13) Perguruan Tinggi tersebut memiliki jumlah 62 program studi (prodi) yang terklasifikasi pada bidang Humaniora 45 prodi atau jurusan dan Sains-Teknologi 17 program studi, serta diantaranya terdapat tiga (3) program Pascasarjana strata dua (S2), dengan jumlah keseluruhan mahasiswa laki –laki 7.894 dan perempuan 8.275 dengan dibimbing oleh Dosen tetap sebanyak 560 orang.

Untuk itu perlu adanya kemitraan strategis Lembaga Pendidikan Tinggi dan Pemerintah Sumenep. Dalam hal ini, Lembaga Pendidikan Tinggi NU Sumenep, melakukan sejumlah terobosan untuk menjawab tantangan dan isu pembangunan Sumber Daya Manusia serta penurunan kemiskinan di Sumenep melalui kegiatan kemitraan berbasis tridharma Perguruan Tinggi, diantaranya Pertama, Melakukan konsolidasi dan kerjasama antara LPTNU Sumenep bersama Perguruan Tinggi di Sumenep untuk melakukan kerja-kerja kolaboratif dengan ditandai MOU tentang Tridharma. Kedua, melalui kerjasama LPTNU Sumenep dengan Pemerintah kabupaten Sumenep yang dituangkan dalam bentuk kerjasama tentang peningkatan sumber daya manusia, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga, melalui program Merdeka Belajar kampus Merdeka (MBKM) Pemerintah pusat dengan delapan model kegiatan pembelajaran di luar kampus yaitu proyek kemanusian, mengajar di Sekolah, magang /praktik industri, proyek di Desa, pertukaran Pelajar, penelitian/riset, wirausaha, dan studi/proyek independent.

Beberapa langkah di atas diharapkan mampu mengatasi problem yang terjadi dalam pembangunan Sumenep, yang tentunya butuh dukungan dan semangat berkolaborasi yang tinggi dari semua pihak baik pemerintah sebagai pemangku kebijakan, perguruan tinggi sebagai mitra kerjasama sekaligus pelaksana tri dharma, terutama bagi LPTNU Sumenep sendiri sebagai mitra dalam berkolaborasi guna membangun Sumenep yang melayani.

 

*) Penulis: Ahmad Shiddiq, Dosen STKIP PGRI Sumenep dan Ketua LPTNU Sumenep.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES