Kopi TIMES

Menerapkan Pemikiran Pendidikan KH Hasyim Asy’ari dalam Mengawali Tahun Ajaran Baru

Selasa, 04 Januari 2022 - 15:03 | 103.64k
Apria Ningsih, Pengajar SDIT Salsabila Kepanjen.
Apria Ningsih, Pengajar SDIT Salsabila Kepanjen.

TIMESINDONESIA, MALANG – Setelah hampir dua tahun proses belajar mengajar dilakukan dengan penerapan pembelajaran jarak jauh akbitat pademi. Pada awal tahun 2022 hampir seluruh lembaga pendidikan akhirnya dapat melaksanakan pembelajaran secara tatap muka meski dengan kuota yang terbatas. Hal ini tentunya merupakan kabar yang mengembirakan sekaligus tantangan baru bagi seluruh pengajar, karena tidak dapat dipungkiri selama pembelajaran jarak jauh anak-anak mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Perubahan sikap dan perilaku anak tak lepas dari pengaruh arus teknologi dan informasi. Selama masa pandemi gadget memengang peran penting dalam penyampaian informasi pembelajaran kepada siswa, namun bagaikan dua mata pisau pengunaan gadget yang tidak bijak juga memberikan dampak negatif terhadap perkembangan motorik dan psikologis anak.

Pengunaan teknologi yang kurang bijak, tidak sepenuhnya merupakan kesalahan anak. Orang tua dan pendidik juga merupakan orang yang penting dalam fungsi pengawasan. Orang tua yang sibuk dengan bekerja, dan pendidik yang berjauhan sehingga tidak dapat secara langsung memengang kendali pengawasan. Oleh karena itu mengendalikan dan memberikan bimbingan kepada anak merupakan tantangan yang harus dapat dipecahkan, serta membutuhkan sinergi antara orang tua dan pendidik, Hal ini demi mewujudkan generasi yang unggul secara moral dan intelektual.

Dalam dunia pendidikan etika murid kepada guru maupun sebaliknya adalah salah satu kunci dari terciptanya system pembelajaran yang kondusif. Salah satu tokoh pendidikan di Tanah air yang berkiprah dalam mengembangkan pendidikan adalah KH Hasyim Asy’ari, Ia adalah orang yang memiliki kedalaman ilmu yang luar biasa, sehingga para kiai di Jawa lebih suka menyebutnya dengan gelar penghormatan Hadratusysyaikh, yang berarti “ Tuan Guru Besar”. Dan melalui tanggan Hadratusysyaikh Hasyim Asy’ari lahir ulama-ulama terkemuka di Jawa yang nyaris seluruhnya menjadi pendiri dan pengasuh pesantren di daerahnya masing-masing.

Pendidikan dalam pemikiran Hasyim Asy’ari lebih mengedepankan mengenai etika dalam pendidika baik murid kepada guru maupun sebaliknya. Konsep pemikiran  etika itu antara lain adalah sebagai berikut: hendaknya selalu memperhatikan dan mendegarkan guru, memilih guru yang wara’.  Mengikuti jejak guru, memuliakan dan memperhatikan hak-hak guru, bersabar dalam menghadapi ketegasan guru, berkunjung pada guru sesuai dengan tempatnya dan meminta izin terlebih dahulu, duduk dengan rapi dihadapan guru, berbicara dengan sopan dan lembut degan guru, mendengar segala fatwa guru dan tidak menyela pembicaraan dan mengunakan anggota tubuh sebelah kanan bila menyerahkan segala sesuatu kepada guru.

Dalam perkembangan Hasyim Asy’ari tak hanya melihat satu sudut pandang, ia juga mengemukakan bahwa guru juga harus memiliki etika dalam mengajar. Etika guru dalam mengajar yang diungkapkan oleh Hasyim Asy’ari adalah sebagai berikut memulai pelajaran dengan bassmalah, mempunyai rasa belas kasihan kepada para peserta didik dan memperlakukannya sebagai anak sendiri, mengikuti jejak rasul, mengajar bukan untuk mencari upah, melaikanan mata-mata karena beribadah kepada Allah, mengamalakan sepajanag ilmunya dan ucapanya janganlah membohongi perubahannya.

Dari uraian di atas dapat kita ketauhi bahwa pemikiran Hasyim Asy’ari tidak hanya memihak satu sudut pandang, tetapi merangkul berbagai sudut pandang. Pemikiran K. H. Hasyim Asy’ari yang banyak diterapkan di berbagai pondok pesantren dan dibeberapa institusi pendidikan formal, dinilai efektif dalam mencetak generasi yang unggul, tak hanya secara akademis tetapi juga unggul dalam akhlak dan budi pekerti. Sehingga dari berbagai pondok dan institusi banyak melahirkan tokoh-tokoh besar bangsa.

Dalam situasi bangsa yang sedang menghadapi krisis kesehatan ditengah pandemi, bangsa ini juga mengalami krisis moral. Dimana siswa dan siswi yang sedang mengeyam pendidikan justru melalaikan etika kepada guru selaku tenaga pendidik. Peran guru saat ini dimata siswa lebih condong kepada pertemanan, dimana guru diajak cerita, bercanda. Hal ini menyebabkan tingginya kesenjangan etika, sehingga murid kepada guru tidak lagi ada sikap tawadhu’. Kesenjangan etika juga terjadi saat orang tua menyampaikan pendapat kepada guru sehingga tujuan utama penyelengaraan pendidikan yaitu “mendekatkan diri kepada Allah dan menyucikan batinya serta memperindah dirinya dengan sifat-sifat utama”. Lunturnya etika dalam dunia pendidikan akan menyebabkan rusaknya dari tujuan diadakannya pendidikan itu terdendiri.

Pemikiran Hasyim Asy’ari merupakan suatu hal yang keritis, jauh sebelum berbagai persoalan pendidikan muncul dipermukaan beliau telah menciptaka gagasan pemecahan permasalahan tersebut. Menerapakan pemikiran Hasyim Asy’ari mengenai etika murid kepada guru dan guru kepada murid merupakan salah satu pemecahan persoalan krisis moral dalam dunia pendidikan di tengah pandemi Covid-19. 

***

*)Oleh: Apria Ningsih, Pengajar SDIT Salsabila Kepanjen.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES