Gaya Hidup

Ini Dampak yang Dialami Anak Broken Home

Sabtu, 01 Januari 2022 - 15:41 | 382.44k
Ilustrasi seorang anak yang dihadapkan dengan situasi broken home. (foto: halodoc.com)
Ilustrasi seorang anak yang dihadapkan dengan situasi broken home. (foto: halodoc.com)

TIMESINDONESIA, JAKARTABroken home merupakan suatu kondisi di mana keutuhan keluarga sudah tidak lagi terjaga. Pada umumnya, kondisi ini berawal dari orang tua yang pada akhirnya memutuskan untuk berpisah. Sementara, anak akan kebingungan harus memilih siapa di antara kedua orang tuanya. Terlebih lagi, jika sang anak masih berusia dini dan masih memerlukan peran orang tua yang lengkap untuk membentuk karakter dan menemukan jati diri mereka.

Tidak itu saja, stigma anak broken home seringkali terlihat buruk di mata kebanyakan orang. Hal ini tak jarang melatih anak untuk berbohong kepada orang tuanya. Di sinilah peran orang tua sebagai sosok yang mendidik untuk terbuka dan jujur, hilang. 

Di balik sifat yang mudah bergaul, anak broken home menyimpan perasaan yang terpendam dan jarang bahkan enggan bercerita kepada orang lain. Sebenarnya hal ini tidak terlalu memiliki dampak negatif selama anak dapat mengontrol dirinya. Namun sayangnya tidak semua anak akan memiliki karakter demikian.

Oleh karena itu, inilah jawaban mengapa dalam memperlakukan anak broken home cenderung berbeda. Berikut ini beberapa dampak yang dirasakan anak dengan keluarga broken home.

1. Bertindak agresif terhadap Lingkungannya

Pada umunya anak akan mengalami kegelisahan saat mengetahui kondisi ketidakutuhan keluarganya. Selain itu, anak memiliki cara yang berbeda dalam menepis gelisah yang mengganggunya. Salah satunya dengan bersikap agresif terhadap lingkungannya. Salah satu sikap yang ditunjukkan dengan membully orang lain atau teman sebayanya. Hal ini jika tidak segera dihentikan maka akan mempengaruhi hubungan anak dengan lingkungan pertemanannya. 

2. Rasa cemas berlebih

Selain dapat memicu untuk berlaku agresif, ketidakutuhan dalam keluarga mereka juga akan menimbulkan cemas yang berlebih. Rasa cemas bisa terjadi dalam berbagai hal, misalnya berkaitan dengan hubungan pertemanan. Selain itu, mereka biasanya akan cenderung apatis terhadap berbagai hal yang sifatnya berkelompok. Tentu saja hal ini takkan baik karena akan mempersempit lingkup pergaulan si anak.

3. Anak akan memiliki peran baru

Perubahan peran semisal menjadi tulang punggung keluarga, menggantikan ayah atau ibunya. Hal ini akan dirasakan anak saat usianya mulai menginjak dewasa dan tumbuhnya rasa empati terhadap keluarganya yang tersisa. Hal ini tak terlalu buruk, tetapi sangat disayangkan karena apapun yang dikorbankan bukanlah suatu hal yang mudah. 

4. Masalah pada pendidikan anak

Beberapa anak tidak akan selalu mengalami hal ini. Namun bagi anak yang memiliki sifat pemikir akan cenderung menghabiskan waktu dengan memikirkan apapun yang terjadi dengan keluarganya. Hal ini akan membuat konsentrasi anak di sekolah menurun begitu pun dengan prestasi mereka. 

5. Masalah emosional

Hal ini takkan terjadi kepada semua anak dengan usia yang berbeda. Perbedaan usia akan menunjukkan kematangan dalam mengatur emosinya. Bagi anak yang belum dewasa atau masih dini, biasanya cenderung egois dan meledak-ledak dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam keluarganya. Berbeda dengan anak yang sudah menginjak dewasa, mungkin akan jauh lebih berusaha memahami. 

Inilah beberapa dampak yang bisa dirasakan anak jika menjadi 'korban' dari keluarga broken home. Dengan mengetahui hal tersebut, setidaknya memberi pencerahan bagi orang tua untuk tetap peduli terhadap perkembangan anak apapun kondisinya dalam berumah tangga. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES