Kopi TIMES

Membaca Kondisi Perekonomian Jawa Timur

Rabu, 29 Desember 2021 - 11:11 | 93.95k
Basuki Rachmad, S.E., M.AP. ASN pada Kanwil DJPb Provinsi Jawa Timur.
Basuki Rachmad, S.E., M.AP. ASN pada Kanwil DJPb Provinsi Jawa Timur.

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Isu gangguan supply di negara maju serta sempat memburuknya kasus Covid-19 di negara berkembang ditengarai oleh IMF menjadi beberapa aspek yang mempengaruhi perubahan proyeksi, meskipun pemulihan ekonomi global masih solid. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2021 kembali dikoreksi oleh International Monetary Fund (IMF) dari 6,0 persen menjadi 5,9 persen dibanding proyeksi sebelumnya pada bulan Juli. Hal ini dituangkan dalam Laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2021. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang menandakan adanya risiko global yang meningkat, terjadi secara luas baik di negara maju maupun berkembang. Bahkan dua raksasa perekonomian dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok, tak luput direvisi ke bawah untuk outlook pertumbuhannya, masing-masing diproyeksikan tumbuh 6,0 persen dan 8,0 persen di tahun 2021. Sementara itu, laju pertumbuhan 2021 di negara ASEAN-5 diperkirakan hanya mencapai 2,9 persen (turun 1,4 percentage point/pp). 

Berdasarkan laporan IMF, proyeksi pertumbuhan Indonesia berada di tingkat 3,2 persen atau turun 0,7 pp dari proyeksi Juli yang notabene tidak sedalam koreksi pada negara ASEAN-5 lain, seperti Thailand 1,0 persen (turun 1,1 pp), Malaysia 3,5 persen (turun 1,2 pp), Filipina 3,2 persen (turun 2,2 pp), dan Vietnam 3,8 persen (turun 2,7 pp). Tahap pemulihan dampak melesunya perekonomian global akibat pandemi Covid-19 juga terasa bagi Indonesia. Untuk itu, pemerintah Indonesia terus mewaspadai berbagai risiko global yang terjadi dengan meningkatkan kapabilitas dalam penanganan pandemi dan menjaga kewaspadaan dengan tetap disiplin pada protokol kesehatan, serta terus menyukseskan program vaksinasi. 

Potret perekonomian domestik terus menguat, khususnya sejak September 2021, seiring membaiknya situasi pandemi Covid-19. Hal ini tercermin dari berbagai indikator ekonomi, seperti mobilitas penduduk yang kembali tumbuh positif dan PMI Manufaktur yang kembali ke level ekspansif. Selain itu, pemerintah juga akan memastikan bahwa kebijakan ekonomi dan fiskal senantiasa diarahkan untuk mendukung upaya pengendalian pandemi, menjaga keberlanjutan pemulihan ekonomi, serta akselerasi reformasi struktural. Hal ini tercermin dalam kebijakan APBN 2022 yang telah disepakati oleh Pemerintah dan DPR RI. Kebijakan APBN 2022 menunjukkan adanya sikap kewaspadaan dan antisipatif terhadap peningkatan risiko global yang telah terjadi.   

Perekonomian Jawa Timur Triwulan III-2021 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp624,87 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp423,04 triliun. Perekonomian Jawa Timur Triwulan III-2021 ADHK tersebut tumbuh sebesar 2,26 persen dibandingkan Triwulan II-2021 (q-to-q). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tersebut ditopang oleh tiga komponen PDRB sisi pengeluran yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 8,81 persen, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 5,48 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 0,58 persen. Sedangkan komponen pembentuk PDRB Jatim dengan proporsi terbesar yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) masih terkontraksi sebesar 1,27 persen, hal yang sama juga terjadi pada komponen ekspor luar negeri sebesar 5,39 persen. Dari sisi produksi pertumbuhan terjadi pada hampir semua lapangan usaha, namun ada beberapa yang terkontraksi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha konstruksi yang tumbuh sebesar 9,84 persen dan dan industri pengolahan sebesar 3,82 persen. Sedangkan kontraksi tertinggi pada lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 8,37 persen dan pertambangan dan penggalian sebesar 5,31 persen. 

Jika dibandingkan dengan Triwulan III-2020, PDRB ADHK Jawa Timur Triwulan III-2021 tumbuh sebesar 3,23 persen (y-on-y). Dari sisi pengeluaran semua komponen pembentuk PDRB tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi komponen PK-LNPRT sebesar 2,27 persen, sedangkan satu-satunya komponen yang masih terkontraksi adalah ekspor luar negeri sebesar 8,27 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang tumbuh sebesar 8,33 persen dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 8,24 persen. Sedangkan kontraksi tertinggi pada jasa pendidikan sebesar 2,11 persen dan administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 1,78 persen. 

Perekonomian Jawa Timur sampai dengan Triwulan III-2021 tumbuh sebesar 3,20 persen (c-to-c). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tersebut ditopang oleh hampir semua komponen pembentuk PDRB sisi pengeluran. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 1,57 persen,  sedangkan komponen PDRB sisi pengeluaran yang mengalami kontraksi hanya ekspor luar negeri sebesar 1,28 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ditopang hampir semua lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha jasa lainnya yang tumbuh sebesar 7,66 persen dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 7,50 persen. Sedangkan lapangan usaha yang masih mengalami kontraksi hanya pertambangan dan penggalian sebesar 1,46 persen. 

Struktur perekonomian Jawa Timur Tahun 2021 sampai dengan Triwulan III-2021 menurut pengeluaran ADHK, masih didominasi oleh PKRT mencapai 57,33 persen dan PMTB sebesar 26,74 persen. Untuk pengeluaran konsumsi pemerintah berkontribusi mencapai 4,49 persen. Sedangkan struktur perekonomian Jawa Timur Tahun 2021 sampai dengan Triwulan III-2021 menurut lapangan usaha ADHK, masih didominasi industri pengolahan mencapai 30,71 persen, Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 18,11 persen, dan pertanian, perkebunan dan Perikanan sebesar 12,71 persen. 

Tingkat inflasi di Jawa Timur pada bulan November 2021 sebesar 0,35 persen (m-to-m), untuk inflasi tahun kalender (Januari s.d November 2021) sebesar 1,75 persen, dan jika dibandingkan dengan November 2020 mencapai 2,22 persen (y-o-y). Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, semuanya mengalami inflasi.  Dengan infasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 0,65 persen dan terendah terjadi di Kota Madiun sebesar 0,22 persen. Dari 11 kelompok pengeluaran, pada bulan November 2021 terdapat 9 kelompok yang mengalami inflasi, satu kelompok mengalami deflasi dan satu yang lain tidak mengalami perubahan. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,76 persen dan kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,67 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen. Kelompok pengeluaran yang tidak mengalami perubahan adalah kelompok pendidikan. Sepuluh komoditas yang mengalami kenaikan harga tertinggi pada November 2021 antara lain telur ayam ras, minyak goreng, pepaya, angkutan udara, nasi dengan lauk, emas perhiasan, cabai merah, capcai, pasta gigi, dan minuman ringan. Sedangkan sepuluh komoditas yang mengalami penurunan harga tertinggi pada November 2021 antara lain bawang merah, anggur, tomat, daging ayam ras, mangga, semangka, tongkol diawetkan, jagung manis, cumi-cumi, dan kol putih/kubis. 

Berdasarkan komponen inflasi yang terbagi menjadi dua yaitu energi dan bahan makanan, komponen energi pada November 2021 tidak mengalami perubahan. Sedangkan komponen bahan makanan pada November 2021 mengalami inflasi sebesar 0,77 persen. 

Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur bulan November 2021 turun 0,29 persen dari 101,17 pada bulan Oktober 2021 menjadi 100,88 pada bulan November 2021. Penurunan NTP ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,03 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,27 persen. Jika dibandingkan dengan bulan November 2020, perkembangan NTP bulan November 2021 (y-on-y) mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen. Sedangkan perkembangan NTP bulan November 2021 dibandingkan bulan Desember 2020 (tahun kalender) mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen. Dari lima provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP pada bulan November 2021, empat provinsi mengalami penurunan NTP sedangkan satu provinsi mengalami kenaikan (Provinsi Banten). NTP Provinsi Jawa Timur (100,88) merupakan yang tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Jawa Tengah (101,34). Sepuluh komoditas utama yang mengalami kenaikan terbesar indeks harga yang diterima petani bulan November 2021 adalah telur ayam ras, gabah, cabai merah, sapi perah, buncis, ketela pohon, kopi, kacang tanah, udang payau dan apel. Sedangkan sepuluh komoditas utama yang mengalami penurunan terbesar indeks harga yang diterima petani adalah cabai rawit, bawang merah, jagung, kentang, kol/kubis, mangga, tomat, sapi potong, ketela rambat dan bawang daun. 

Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur bulan November 2021 turun 0,09 persen dari 104,31 di bulan Oktober 2021 menjadi 104,21 di bulan November 2021. Perkembangan NTN bulan November 2021 terhadap Desember 2020 (tahun kalender) naik sebesar 8,2 persen. Perkembangan NTN bulan November 2021 terhadap bulan November 2020 (y-on-y) naik sebesar 9,15 persen. Dari enam provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTN pada bulan November 2021, satu provinsi mengalami kenaikan NTN (Jawa Tengah), dan lima provinsi mengalami penurunan NTN. 

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Jawa Timur melalui  pintu masuk Juanda pada bulan Oktober 2021 meningkat dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman bulan September  2021, yaitu dari 2 kunjungan menjadi 37 kunjungan. Jumlah kunjungan wisman bulan Oktober 2021 tersebut turun sebesar 28,85 persen dibandingkan jumlah wisman periode Oktober 2020 yang mencapai 52 kunjungan. Kunjungan tersebut masih jauh dari jumlah kunjungan sebelum Pandemi Covid-19 pada bulan Oktober 2019 yang mencapai 21.152 kunjungan. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Jawa Timur bulan Oktober 2021 mencapai rata-rata 49,26 persen atau naik sebesar 8,07 poin dibandingkan bulan September 2021.
Nilai ekspor Provinsi Jawa Timur Oktober 2021 mencapai USD1,88 miliar atau mengalami penurunan sebesar 5,42 persen dibandingkan September 2021 (m-to-m). Tetapi jika dibandingkan dengan Oktober 2020 nilai tersebut meningkat sebesar 18,46 persen (y-on-y). Nilai impor Provinsi Jawa Timur Oktober 2021 mencapai USD2,52 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 17,34 persen dibandingkan September 2021 (m-to-m), nilai tersebut juga meningkat sebesar 74,51 persen dibandingkan Oktober 2020 (y-on-y). Neraca Perdagangan bulan Oktober 2021 defisit USD0,64 miliar atau melemah dibandingkan bulan sebelumnya. 

Neraca perdagangan defisit utamanya dikarenakan importasi sektor migas yang cukup tinggi di Jatim dibandingkan ekspornya. Akumulasi neraca perdagangan s.d. Oktober 2021 adalah defisit USD3,40 miliar.

IPM Jawa Timur tahun 2021 sebesar 72,14 atau tumbuh 0,60 persen (meningkat 0,43 poin) dibandingkan IPM Tahun 2020 sebesar 71,71. Capaian IPM Jawa Timur Tahun 2021, masih dibawah rata-rata nasional sebesar 72,29. Peningkatan pertumbuhan IPM pada tahun 2021 dipengaruhi oleh meningkatnya  seluruh indikator pembentuknya, baik indeks kesehatan, indeks pendidikan,  maupun indeks pengeluaran per kapita per tahun. Dari sisi kesehatan, bayi yang lahir pada tahun 2021 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga usia 71,38 tahun, lebih lama 0,08 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya. Untuk indikator pendidikan, komponen Harapan Laman Sekolah (HLS) tahun 2021 tercatat sebesar 13,36, lebih tinggi 1,29 persen dibanding sebelumnya yaitu 13,19, sedangkan komponen pendidikan lainnya yaitu Rata-rata Lama Sekolah (RLS 25 thn+) tahun 2021 mencapai 7,88, atau meningkat 1,29 persen dibanding tahun lalu. Untuk Indikator Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan pada tahun 2021 mencapai Rp11.707.000 atau meningkat 0,91 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp11.601.000. 

IPM tertinggi Jawa Timur tercatat di Kota Surabaya sebesar 82,31 disusul Kota Malang, Kota Madiun, dan Kabupaten Sidoarjo yang merupakan daerah dengan IPM berkategori "sangat tinggi". Sementara itu, daerah dengan kategori IPM "tinggi" sebanyak 21 kabupaten/kota, sedangkan daerah berkategori IPM "sedang" sebanyak 13 kabupaten/kota. Kabupaten di Jawa Timur yang IPM-nya "naik kelas" tahun ini adalah Kabupaten Trenggalek dari IPM berkategori "sedang" ke "tinggi".

***

*) Oleh:  Basuki Rachmad, S.E., M.AP. ASN pada Kanwil DJPb Provinsi Jawa Timur.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES