Ekonomi

Ekonom: Bisnis Bidang Ternak dan Kopi Harus Dimaksimalkan Pemkab Bondowoso di 2022

Selasa, 28 Desember 2021 - 14:29 | 37.26k
Pengamat Ekonomi Universitas Jember (UNEJ), Dr. Moehammad Fathorrazi (FOTO: Dokumen UNEJ/TIMES Indonesia).
Pengamat Ekonomi Universitas Jember (UNEJ), Dr. Moehammad Fathorrazi (FOTO: Dokumen UNEJ/TIMES Indonesia).

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Salah satu komitmen Bupati Bondowoso KH Salwa Arifin bersama wakilnya Irwan Bachtiar Rahmat, adalah kemandirian ekonomi. Bondowoso dengan potensi alam dan ternak yang melimpah, bisa menjadi pendukung untuk mewujudkan hal tersebut. Demikian itu diungkapkan oleh Pengamat Ekonomi Universitas Jember (UNEJ), Dr. Moehammad Fathorrazi.

Menurutnya, dalam teori ekonomi ada dua cara untuk membangun ekonomi suatu negara. Pertama namanya Supply Side (penawaran). Teori ini diakui kebenarannya oleh dunia mulai tahun 1776-1930. 

Supply Side itu dipopulerkan Adam Smith. Dalam teori itu dijelaskan, jika mau membangun maka harus meningkatkan produksi. Jika nanti hasil produksi banyak masyarakat akan sejahtera. Efek dari Supply Side harga akan turun dan menguntungkan konsumen. 

Pada Tahun 1930 ada teori baru yang dikemukakan oleh John Maynard Keynes, yaitu Demand Side (permintaan). Teori tersebut menyebutkan, kalau mau membangun maka permintaan masyarakat dinaikkan. Sebab jika permintaan meningkat, masyarakat akan mencari produksi dan produksi akan hidup. 

Menurutnya, Pemerintah Indonesia telah melakukan kedua-duanya, Supply Side dan Demand Side (penawaran dan permintaan).

"Supply Side itu diantaranya ada subsidi untuk UMKM (Usaha Mikro dan Kecil Menengah. Kemudian ada program Sehati (sertifikasi halal gratis) dan mempromosikan secara digital untuk mendukung Supply Side," katanya.

Sementara untuk Demand Side juga dihidupkan. Salah satunya Pemerintah memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai). Konsumsi masyarakat meningkat, akibatnya meningkatkan permintaan. 

"Contoh Demand Side di Kabupaten Bondowoso, diantaranya adalah menyukseskan insentif guru ngaji dan semacamnya, itu termasuk Demand Side. Dengan begitu permintaan akan meningkat,"paparnya.

Dosen UNEJ tersebut memaparkan, potensi ternak di Kabupaten Bondowoso sangat luar biasa. Karena sudah ada beberapa produsen kambing dan sapi yang cukup besar. Secara Supply Side sudah mendukung.

Diantaranya Al-Fatih Farm di Petung; ada Al-Barokah di Karanganyar Kecamatan Tegalampel; kemudian di Suleg ada Kampung Zakat; di Al-Islah dan peternakan yang ada di Koncer. Dengan potensi yang luar biasa itu seharusnya pemerintah bisa melihat peluang. Yakni dengan membuat RPH (rumah penyembelihan hewan) halal. 

"Hal itu juga untuk mendukung keberadaan produksi. Sehingga aktivitas penyembelihan tidak hanya melayani kebutuhan masyarakat saja, tapi bermuara pada bisnis daging halal," paparnya.

Menurutnya, selama ini keberadaan RPH hanya melayani kebutuhan masyarakat, tidak bernuansa bisnis. Tapi ke depan pihaknya berharap ada bisnis, karena banyak peternakan besar. "Nanti kambing itu dimasukkan ke RPH halal, sehingga Bondowoso jadi supplier daging halal Indonesia. Harapannya itu," jelasnya.

Sementara yang terjadi selama ini kata dia, hanya berhenti pada tahap menghasilkan kambing dan sapi. Sehingga value added atau nilai tambah ekonomi yang harus diterima oleh Bondowoso justru diterima oleh orang lain.

"Sebab begitu menghasilkan sapi, banyak yang kulakan ke pasar Bondowoso. Tapi disembelih di Pasuruan, Sidoarjo dan Surabaya, sehingga value added dinikmati orang luar bukan kita," jelasnya.

Dia juga mengambil contoh Kopi Luwak. Menurutnya, Kopi Luwak yang pertama diperkenalkan oleh SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) itu adalah Kopi Luwak Bondowoso. 

"Sekarang produksi yang berkaitan dengan Kopi Luwak justru ada di Sidoarjo yang paling banyak. Value added yang tercecer harus dibenahi," paparnya.

Sementara untuk kopi kata dia, pemasarannya harus diganti. Dimana semua produk kopi di Bondowoso dikemas dan dipasarkan oleh Kominfo yang terintegrasi dengan dinas terkait. 

"Ada suatu web yang dikelola oleh Kominfo dan yang mengisi berasal dari OPD. Jadi dalam rangka saling menjaga, sekaligus untuk perbaikan pemasaran. Jadi kehadiran pemerintah harus memperlancar unit bisnis masyarakat Bondowoso. Baik ternak, kopi dan sebagainya," sarannya.(*)

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES